"Selamat kembali ke rumah. Semoga masalahnya cepet selesai ya, kabarin gue kalo lo butuh apa-apa," ujar Zaid setelah membantu Nadia membawa kopernya ke teras rumah.
Gadis itu mengangguk. "Makasih udah nganterin, mau mampir dulu gak?"
"Next time."
"Okai, hati-hati di jalan."
Zaid beranjak dari rumah sang pujaan hati, tumben ia tidak bertemu papanya Nadia.
Selepas lelaki itu pergi, Nadia memasuki rumahnya yang terlihat sepi. Mungkinkah kedua orang tuanya tidak di rumah? Lagipula jika tidak ada Nadia, untuk apa mereka di rumah berduaan saja kan? Tapi beruntung ia membawa kunci cadangan.
Setelah Nadia memastikan bahwa rumahnya benar-benar kosong, ia masuk ke kamarnya sendiri. Rasanya sangat sepi dan ia tidak suka dengan kesendirian.
Argh..
Akhirnya Nadia memutuskan untuk mandi. Berharap saja salah seorang dari mereka pulang ketika ia selesai mandi.
.
.
"Kayak ada yang kelupaan tapi apa ya?" gumam Jevian yang sedang menonton film di ruang santai. Kalau perlu diingatkan, ia lupa dengan kotak hadiah milik Nadia. "AH IYA! Gue belum bales chat adik tingkat."
Haish, Jev, bukan itu.
"Ngapain woy!"
Panggilan seseorang membuat Jevian menoleh ke arah pintu, sedari tadi ia memang sendirian di ruang santai, sementara teman-teman yang lain sibuk di kamarnya sendiri.
"Nonton njir, gue gabut banget di kamar," kata Jevian.
Memang di setiap kamar kos tidak ada televisi sehingga bagi yang ingin menonton harus ke ruangan itu.
Dimas mendekat ke arah sofa, ia menggeleng kala melihat Jevian dengan santainya memakan camilan sembari rebahan. "Udah kayak ruangan lo sendiri aja."
"Ya gimana lagi, penghuni kamar lain selain kita gak ada yang berani ke sini, cuma kita-kita doang."
Ucapan Jevian dibenarkan dalam hati Dimas.
Konon ruangan ini banyak penghuni sehingga jarang ada yang menempatinya selain geng Jevian. Bapak dan ibu kos pun jarang memasuki ruangan ini kalau sudah malam hari. Jangankan malam, masih pukul 5 sore pun tidak ada yang sukarela ke sana.
Beda lagi kalau Jevian dan teman-temannya, mereka menganut prinsip kalau mereka tidak mengganggu maka mereka pun tidak akan diganggu. Oleh karena itu lah Jevian berani di sana sendirian. Namun, saat ini sudah ada Dimas, jadi ia tidak sendiri.
"Zaid belum balik kah?" tanya Jevian sambil melihat jam dinding, sudah jam 21:30.
"Mana gue tau," balas Dimas lalu menyomot camilan milik Jevian. "Tapi bisa aja udah di kamarnya."
Jevian mengangguk. "Iya juga."
Mereka kembali diam dan fokus dengan film action yang sedang diputar.
Ting
Jevian mengalihkan perhatiannya, ia membuka notifikasi pesan dari sahabatnya.
Nadia
Je, udah tidur?"Tumben," gumamnya lalu mengetikkan beberapa pesan.
Jevian
Belum, kenapa?
Eh, lo udah sampe rumah kan?Nadia
Nah itu, gue udah di rumah, tapi bokap nyokap gue gak ada
Ngeselin emangJevian
Ooohh, minta gue temenin jadinya?
KAMU SEDANG MEMBACA
My Beloved Friend [END]
Novela Juvenilcw // harsh words Bagi Nadia, berteman dengan Jevian adalah hal yang patut ia syukuri. Jevian adalah orang yang baik dan tidak pernah memandang rendah orang lain. Sifatnya itulah yang perlahan membuat Nadia jatuh suka. Di samping itu, ada sosok lela...