7

4K 239 7
                                    


📍WARNING; KATA KATA KASAR & TYPO. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA📍




Di sinilah Herza berada. Duduk ber alaskan rumput hijau alami dengan pemandangan danau yang dapat memanjakan mata siapapun, angin senja yang lembut menyapu surai hitamnya secara perlahan. Pikirannya berlari kesana kemari memikirkan apa yang sudah ia lalukan belakangan ini. Terjebak dalam ulahnya sendiri.

Herza menarik salah satu sudut bibirnya, menampilkan senyuman tipis dari wajah tegas yang dimilikinya. Menyesal sudah tidak ada artinya, bukan? jadi yang perlu ia lakukan hanya terus menjalaninya sampai waktu yang tidak ditentukan.

Ia mengeluarkan benda persegi panjang dari saku jaket hitamnya saat dirasa benda tersebut berdering menandakan panggilan masuk, langsung ditempelkannya pada telinga sebelah kanan setelah menerima panggilan tersebut.

"Kenapa?"

' Lagi di luar kan? nitip sireng A.'

"Apaan anjir, sireng sireng?"

'Nasi Goreng, gitu aja gatau.'

"Lo sekte aneh nyebutnya sireng, pedes nggak?"

'Hehehe, sedeng aja.'

"Oke, ada lagi?"

'Dah, itu aja. GPL!'

"Hmm."

Herza langsung menutup panggilan tersebut, menghela nafas secara perlahan. Rasanya ia enggan untuk beranjak seakan rerumputan adalah lem yang sangat kuat menempel di pantatnya. Tapi, mau tidak mau diringa harus membelikan sebungkus nasi goreng untuk kembarannya, Hernan. Yang baru saja menghubunginya.

"Hah, hidup rasanya kalo nggak di ganggu si curut itu bakal goyang satu dunia kali ya." Ia terbangun dari duduknya dengan sedikit menepuk pelan pantatnya untuk menyingkirkan sedikit debu dan kotoran yang menempel.

Menghampiri motor kesayangannya, Ocung. Begitulah ia memberikan nama kepada sahabat matinya, sebuah motor Hyosung Bobber 300 V.

Memakai helm yang sedari tadi bertengger di spion, lalu dengan sigap menyalakan mesin dan mulai meninggalkan tempat ternyaman yang selalu ia kunjungi saat merasakan hal yang tidak enak, baik dari dirinya atau dari suatu hal yang lain.

•••••

"Nih."

Herza melempar dengan pelan sebungkus nasi goreng yang ia beli tadi kepada Hernan yang sedang duduk di atas karpet dengan sofa sebagai sandarannya. Mendudukan dirinya di sofa dan sesekali melihat Hernan yang tengah fokus dengan laptopnya.

"Wih, makasih Brader. Abis kemana sih lo? pasti kalo nggak gue telpon bakal pulang malem lagi."

"Tempat biasa." Ucap Herza santai dengan tatapan yang ia alihkan ke televisi yang sedang menayangkan kartun kesukaannya, Spongebob.

"Apa? Bar?"

Herza menoyor kepala sang adik yang hanya selisih 3 menit darinya. "Congor lo!"

Yang ditoyor hanya terkekeh, bangkit dari tempat duduknya lalu ke dapur untuk menyiapkan piring guna menyantap nasi goreng.

"Makan sini lah, takut amat gue pinta."

Tidak lama Hernan kembali dengan piring dan gelas di kedua tangannya.

"Padahal emang iya." Kekeh Herza.

"Yeu, si Bapet. Kenapa nggak beli dua coba?" Hernan mendudukan dirinya di tempat semula, lalu sedikit menggeser laptop dan beberapa bukunya untuk menempatkan piring serta gelas.

KHAZEIR || SELESAI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang