50

1.7K 250 51
                                    

📍WARNING KATA KATA KASAR DAN TYPO. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN ALUR CERITANYA.📍

"Ah jadi semua ini saling terhubung dan pelakunya juga sama." Ucap Lingga pelan.

"Khazeir.. kita harus lawan keturunan Khazeir ya walaupun sekarang mereka udah bukan Khazeir kan tetap aja." Timpal Karel.

Mereka berdelapan sudah berdiskusi kembali sembari menceritakan informasi yang mereka bawa.

"Semua bukti-bukti yang udah kita kumpulkan apa itu udah cukup buat nangkep mereka?" Kata Matteo.

"Elah nggak seru maen nangkep, balas lah anjing, hajar! nyawa di bayar hukuman jeruji besi mah nggak adil!" Ucap Jasta memprotes.

"Salsa juga kata teman sekelasnya dia udah nggak masuk kampus udah 2 bulan, pantesan aja kita nggak liat dia di kampus." Sahut Juna.

"Ya pasti dia lagi bersembunyi, ntah apa yang mereka rencanain kali ini." Balas Herza.

"Kalian siap untuk berperang?" Tanya Matteo menatap teman-temannya.

"SIAP LEADER!" Balas tegas mereka bertujuh dengan kompak.

"Apapun yang akan kita hadapin nanti, kita harus tetap berdelapan!" Kata Matteo tegas.

"Ya kita akan berdelapan selamanya!" Ucap Jasta tak kalah tegas yang diangguki oleh yang lain.

•••••

"Lebay banget lo pake diperban gitu, dulu kepala bocor dapat 5 jaitan lo nolak diperban."

Sabian yang sedang duduk santai di ruangan tengah sembari menonton televisi menatap datar Jasta yang meledek dirinya.

"Bacot ah."

Jasta yang geram kesal melihat Sabian yang nampak nyebelin ingin menjitak kepala Jasta namun sebelum tangan Jasta mengenai kepalanya, Sabian melihat Hernan yang ingin berjalan ke arahnya.

Seringai tipis tercetak di kedua sudut bibir Sabian.

"ADUH ENAN!" Teriak Sabian dengan pura-pura merintih.

Hernan yang tadi berjalan sembari memainkan ponsel kini mengalihkan pandangan ke Sabian yang melindungi kepalanya dan ada Jasta yang dengan posisi seperti ingin memukul Sabian.

Hernan berjalan cepat mendekati mereka.

"Kenapa sih? Bian lo kenapa? Jasta lo mau ngapain?"

Hernan menatap Sabian dan Jasta bergantian.

Jasta menurunkan kembali tangannya.

"Jasta mau mukul gue Nan.. Kan gue lagi sakit." Adu Sabian dengan nada memelas sedikit merengek.

Jasta sedikit membuka mulutnya setelah mendengar ucapan Sabian.

"Heh lo tu--"

"Jasta bener yang dibilang Bian? Jas jangan gitu lah, Bian kan masih sakit harusnya lo ngertiin dong jangan mau di pukul gitu. Gimana sih lo Jas?" Ucap Hernan mencerca Jasta dengan omelan.


J

asta melihat Sabian yang di belakang Hernan menatap sinis ke arahnya, ia memperhatikan gerakan mulut Sabian yang berbicara tanpa suara.

KHAZEIR || SELESAI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang