32

2.1K 200 25
                                    

📍WARNING KATA KATA KASAR DAN TYPO. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA.📍


"Kapan kita akan bergerak cepat untuk ngehancurin keluarga Khazeir itu?!"

"Bahkan rasanya muak ngeliat muka kembar sialan itu!"

Seorang perempuan muda yang tidak lain adalah Salsa menggeram marah.

"Kenapa? kamu tidak bisa menggoda tuan muda sulungnya?" Kata seorang pria paruh baya dengan datar, menatap sengit Salsa.

Salsa tidak membalas melainkan ia memalingkan wajahnya.

"Jangan mengeluh kalau kamu sendiri tidak becus menjalankan tugasmu!"

Di ruangan tersebut terdapat empat orang, yaitu dua perempuan berbeda usia dan dua pria paruh baya.

"Dibelakang Khazeir itu ada keluarga keluarga berpengaruh yang mendukungnya." Sahut pria lainnya yang rambutnya telah beruban.

"Lalu? apa kamu takut?"

"Cih! Saya tidak pernah takut! dan saya pastikan mereka akan segera kalah."

"Kita gunakan anak haram itu sebagai umpan." Ucap wanita yang memakai pakaian dress ketatnya.

"Kamu sangat jahat pada anakmu sendiri, Lauren." Kata pria yang berambut ubanan tersebut.

"Saya tidak pernah menganggapnya anak." Kata Lauren acuh sembari melihat nail art nya.

"Salsa terus mainkan peranmu dan jangan sampai gagal!" Ucap pria paruh baya lainnya.

"Siap Master!"

"Khazeir tinggal tunggu tanggal mainnya untuk hancur."

••••••

"Lo kenapa sih Her dari tadi keliatan gelisah?" Tanya Lingga yang menyadari Hernan yang duduk di sampingnya sedari tadi memasang raut gelisah dan bingung.

Herza, Sabian, Jasta, Juna dan Matteo menghentikan makan mereka dan menoleh ke Hernan.

"Nggak tau, perasaan gue nggak enak." Balas Hernan sembari menghela nafas.

Sabian yang duduk di samping kiri Hernan pun menggenggam tangan sahabatnya tersebut dan mengelusnya pelan.

Hernan menoleh ke Sabian, tersenyum kecil. Sabian mencoba menenangkan diri nya.

"Ja.. Ibun sama Ayah kapan pulang?" Tanya Hernan menatap kembarannya.

"Bulan depan dek, lo lupa?" balas Herza yang berbalik bertanya.

"Ah.. iya gue lupa hehe." Kata Hernan tersenyum kaku.

"Lo makin sering lupa ya Nan?"

Hernan sedikit kaget mendengar ucapan Matteo.

"Hah? yaa biasa lah gue kan emang pelupa." Ucap Hernan sembari terkekeh.

"Dari kapan? kenapa nggak bilang?" Sahut Jasta menatap tegas Hernan.

"Eumm kapan ya? setahun lalu mungkin?"

"Setelah kecelakaan itu?" Tanya Juna.

Herza mengepalkan tangan kiri nya setelah mendengar ucapan Juna dan Hernan melihat perubahan raut wajah Herza.

KHAZEIR || SELESAI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang