24

2.7K 290 21
                                    

📍WARNING KATA KATA KASAR DAN TYPO. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA.📍

Malam hari nya mereka semua kecuali Matteo, Hernan dan Sabian makan bersama di meja makan.

Lalu tidak lama kemudian datanglah Sabian yang baru keluar dari kamar Hernan.

"Lo nggak mau ke Hernan? hibur dia." Ucap Sabian datar menatap Herza.

Herza menghentikan aksi makannya, ia melirik Sabian.

"Nggak, gue belum bisa."

"Kembaran lo lagi butuh support dari lo terus lo gini?"

"Ada lo kan? yaudah sama lo."

"Anjing!" Sabian berjalan cepat ke Herza lalu menarik kasar kerah kemeja nya.

Tatapan dingin kedua nya beradu.

"Hernan butuh lo! mikir kesana nggak sih lo hah?" kata Sabian sarkas.

"Gue bakal ke dia tapi bukan sekarang, jangan paksa gue!"

"Lo selalu gini setiap Hernan lagi terpukul, mau sampe kapan lo jadi pengecut hah?!"

"Iya gue pengecut! gue sakit liat dia sakit apalagi itu penyebabnya karena gue, tapi sekarang lo juga penyebab dia sakit. Gara-gara cewek yang suka sama lo malah bikin adek gue kacau kayak gini." Balas Herza.

"Bangsat! Gue bukan lo yang terus berlagak baik ke orang munafik! Hernan udah kasih tau kan? lo nya aja yang nggak bisa peka." Ucap Sabian yang mulai emosi.

Prang!

Suara pecahan dari gelas yang dibanting oleh Jasta membuat perhatian mereka semua teralihkan, termasuk Sabian dan Herza yang langsung terdiam.

"Lanjutin! ada pisau, ada garpu pake buat senjata gih." Kata Jasta lembut dengan eye smile andalannya.

Namun mereka merasakan aura kuat yang mengintimidasi dari Jasta.

Herza menepis kasar tangan Sabian, lalu ia bangkit berdiri dan beranjak pergi tanpa sepatah kata.

"Nggak usah ribut di depan makanan." Sahut Juna sinis.

••••••

Herza menyalakan putung rokoknya dengan api, lalu ia mengisap tembakau tersebut.

Kini ia berada di halaman belakang rumahnya.

Banyak sekali yang sedang ia pikirkan saat ini hingga rasanya kepalanya ingin pecah.

"Ngerokok emang dapat bikin tenang?"

Herza menoleh ke Karel yang berjalan mendekati nya lalu duduk di sampingnya.

"Ya buat gue sih iya."

"Kalau Enan tau pasti dia ngomelin lo." Kata Karel sembari terkekeh kecil.

Herza hanya tersenyum tipis.

Lalu beberapa menit kemudian suasana diantara mereka berdua hening.

"Gue bikin Hernan dalam bahaya terus, alasan dia sakit terus karena gue." Ucap Herza pelan.

Karel melirik sahabatnya itu, terlihat jelas raut wajah yang frustasi.

"Bukan salah lo dan bukan kemauan lo."

"Malah Bian yang lebih sigap jaga Hernan, gue nggak bisa."

KHAZEIR || SELESAI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang