34

2K 236 15
                                    

📍WARNING KATA KATA KASAR DAN TYPO. JANGAN LUPA VOTE DAN KOMENNYA.📍

Sekarang Jasta sedang menunggu Lingga yang lagi menembus obat dan melakukan pembayaran administrasi rumah sakit.

Ia menghela nafas bosan sembari menunduk melihat salah satu kaki nya yang di gips dan diri nya yang harus duduk di kursi roda untuk sementara waktu.

Benar, setelah kejadian itu Jasta menghubungi Lingga dan menceritakan semuanya dan berakhir ia yang di larikan ke rumah sakit dan kaki nya yang mengalami cedara patah tulang.

"Waktu itu tangan sekarang kaki, nanti lain kali leher gue kali ya." Gumam Jasta yang diakhiri dengan kekehan kecil.

"Makanya jangan banyak tingkah lo deh."

Jasta mendongakkan kepalanya melihat Lingga yang berjalan mendekatinya dengan ekspresi datar.

"Eitss nggak boleh marahin orang lagi sakit."

"Bacot lo! ngebunuh beberapa orang aja nggak ngeluh kesakitan." Cibir Lingga lalu ia mulai mendorong perlahan kursi roda Jasta, mereka beranjak pergi dari sana.

Kemudian suasana diantara mereka hening, namun saat mereka berdua melewati lorong rumah sakit tanpa sengaja netra mata tajam Jasta melihat Karel yang sedang terduduk lemas di bangku panjang depan sebuah ruangan.

"Ling itu Karel kan?"

Lingga mengedarkan pandangannya mengikuti objek yang ditunjuk oleh Jasta.

Benar itu Karel.

Terlihat Karel yang sedang duduk di kursi sembari menundukkan kepala nya, di tangan nya terdapat selembar kertas yang telah terbuka.

Karel tersadar dari lamunannya saat kertas yang berada di tangannya di ambil tiba-tiba, ia mengangkat kepalanya dan terkejut melihat Jasta yang ternyata mengambik kertas tersebut dan membacanya.

Ekspresi wajah Jasta menjadi datar setelah membaca isi kertas tersebut.

"Apaan sih lo Jas? nggak sopan!" Karel bangkit berdiri ingin mengambil kembali kertas itu namun dengan lebih cepat Jasta memberikannya pada Lingga yang berada dibelakangnya.

Lingga yang penasaran pun membaca isi kertas yang ternyata hasil pemeriksaan rumah sakit tersebut.

Tertulis di sana bahwa Karel adalah pendonor ginjal yang akan dilakukan pada besok lusa.

Lingga tentu saja terkejut setelah membaca isi kertas tersebut, ia menatap tak percaya pada teman dekatnya ini.

"Pendonor ginjal? apa maksudnya ini Karel?!"

"Lingga siniin kertasnya." Ucap Karel enggan untuk menjawab pertanyaan Lingga.

"Bukannya ginjal lo sekarang cuma satu? kenapa malah ini lo jadi pendonor lagi? JAWAB KAREL?!" Kata Lingga yang diakhiri dengan bentakan.

Karel menghela nafas kasar, ia tidak bisa mengelak lagi.

"Iya, gue akan jadi pendonor ginjal buat Kakak gue." Jawab Karel tegas namun mata nya terlihat sangat terluka.

Lingga menatap kecewa ke Karel.

"Udah ya ini rumah sakit, jangan ribut! kita pulang dulu terus bicarain hal ini sama yang lain. Karel lo ikut kita." Lerai Jasta tegas.

••••••

Di sini lah Karel, Jasta dan Lingga berada. Di rumah keluarga Khazeir.

Mereka juga berkumpul dengan Hernan, Herza, Juna, dan Matteo di ruang tengah.

Karel hanya bisa duduk pasrah sembari menundukkan kepalanya.

KHAZEIR || SELESAI✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang