12. Supermarket

540 90 2
                                    

Jan lupa vote & komen.

Dahulukan membaca Al Qur'an & Sholawat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

______


Setelah keduanya melakukan room tour bersama, Nara beranjak pergi ke dapur dengan perutnya yang tiba-tiba saja ingin memakan sesuatu.

Kedua matanya menelisik setiap sudut dapur mencari sesuatu untuk bisa ia makan. Nara menghela napas bosan, sepertinya zayyan memang belum membeli keperluan dapur.

Siluet ide yang cepat dalam otak kecil gadis itu, langkah kedua kakinya melangkah pergi dengan tergopoh-
gopoh untuk menghampiri suaminya.

"Ustadz." Panggil Nara dengan senyum manisnya.

"Sebentar." Ucap zayyan yang sedang merapikan rak buku dan menaruhnya.

Punggung kekar itu membalik dengan menghadap Nara yang tersenyum manis padanya.

"Kenapa?"

Dua langkah sengaja Nara lebih mendekat dengan dirinya yang harus lebih mendoak ke atas sedikit karena tinggi badannya yang hanya sebatas dada zayyan.

"Anter Nara ke supermarket yuk." Ucapnya sembari kedua tangan mungil itu mulai menautkan pergelangannya pada leher zayyan.

Apa kabar dengan rasa malu dirinya terhadap zayyan? Entahlah, sepertinya Nara membuangnya sejenak agar suaminya ini mengiyakan permintaannya.

Sedikit kaget dengan kelakuan istri kecilnya yang tiba-tiba menunjukkan sikapnya yang tak biasa, zayyan tersenyum miring. Kedua tangannya langsung meraih pinggang kecil itu dan mengangkatnya.

"USTADZ!" pekik nara membuat zayyan meringis dengan suara nyaring istrinya. sedangkan dengan Nara, dirinya semakin mengeratkan tautan kedua tangannya dan memilih mendekatkan wajahnya dari leher zayyan.

"Nara berat tau! Nanti kalo jatuh gimana?" Gumam nara dengan napas nya yang mengenai leher zayyan sehingga sang pemilik memejamkan kedua matanya sejenak.

Zayyan melangkah kecil dan mendudukkan dirinya di pinggiran kasur dengan posisi Nara yang berada dalam pangkuannya. Sementara dengan Nara? Jantungnya berdegup kencang dengan perlahan wajahnya menjauh dan kedua tangannya melonggar dari leher zayyan.

Salahkan dirinya sendiri yang memulai! Bagaimana bisa sekarang Nara menghindarinya jika ia telah masuk dalam perangkap. Bayangkan saja! Posisi yang tadinya hanya menggendong dirinya dari depan pun jantungnya mulai berdegup, apalagi? Posisi sekarang yang keduanya ini sangat intim dengan dirinya menjadi duduk dalam pangkuan suaminya.

"Mau beli apa?" Tanya zayyan dengan menatap wajah cantik istri kecilnya yang malu.

"Nara hm bentar Nara pindah--" kini ucapannya telah didahului serta dengan kedua tangan kekar zayyan yang menahan pinggang rampingnya.

"Disini saja." Sela zayyan dengan satu tangannya meraih anak rambut Nara yang menghalangi wajah cantik itu.

Sangat terasa usapan lembut dari satu sisi pinggangnya membuat Nara meringis tidak enak dengan posisinya sekarang. Ditambah satu tangan zayyan merapikan rambutnya yang sedikit menutupi wajah.

"Ituu t-tadi Nara ke dapur. tapi, belum ada apa-apa. Hm, jadinya Nara inisiatif pengen ke supermarket buat belanja." Ujar Nara mencoba menatap zayyan lalu ia tundukkan kembali kepalanya.

Akhir dari Takdir [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang