37. Poligami?

109 11 1
                                    

Jangan lupa vote & komen.

Dahulukan Membaca Al Qur'an & Sholawat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

_________


Gadis cantik itu tampak pucat dengan wajahnya yang tak biasa, ingatan nya terus saja memutar kembali kata yang sangat melekat dalam pikirannya. Bagaimana mungkin? Seseorang yang ia sudah anggap kakak nya sendiri berpikir untuk meminta zayyan mengijinkan berbagi dengannya.

Nara tidak tau, bahkan Nadia tidak pernah bercerita tentang gadis itu telah menyukai suaminya selama itu. Semua perubahan Nadia berasal semenjak ia menikah dengan zayyan. Dan Nara terlalu telat untuk sadar, Mengapa Nadia tidak hadir dalam acara pernikahan nya sampai-sampai gadis itu berpamitan pulang ke rumahnya di Magelang hanya untuk menjauh dengan tidak menerima kenyataan takdir yang Allah gariskan.

"Nara."

"kenapa ustadz gak pergi ngajar?" Ucap gadis itu dengan pelan.

Zayyan merasa tertohok mendengar ucapan istrinya yang mengubah panggilan nya kembali seperti dulu.

"Mas sayang."

"..."

Nara bergeming dari posisinya yang masih setia tubuh mungil itu memeluk lututnya dengan duduk di ranjang kasur nya.

"Mas ambil tuker jadwal" ucapnya kembali.

Zayyan menghela napas, menyimpan kembali makanan nya di nakas dengan dirinya mendekat pada gadis itu. Sesekali tangan besar nya mengusap lembut surai Nara.

"Makan hm? Nara boleh marah sama mas tapi, jangan sama perutnya sayang. Kesian, perutnya belum di isi apapun."

"Gak mau, Nara gak mau makan."

"Ustadz--"

Nara mengalihkan pandangan nya, menatap jendela kamarnya terlihat rintikan hujan sedikit demi sedikit menderas mengguyur area permukaan bumi. Dalam hati gadis itu, dirinya berdoa. Semoga saja tidak ada petir dengan keadaan nya seperti seperti ini. Dan meskipun ada, Nara tidak mungkin meminta suaminya untuk memeluk dirinya seperti biasa agar rasa takut itu kian mereda.

Entah marah, takut, atau kecewa, apapun itu. Nara tidak tau apa yang ia rasakan pada suaminya sekarang, gadis itu merasa, setelah kejadian hari itu, dirinya merasa cengeng dengan semua hal.

"Tadi mau ngomong apa?"

Gadis itu menggeleng pelan dengan kedua matanya masih menatap rintikan hujan.

"gak jadi." Gumamnya.

Tingg

Zayyan merogoh handphone nya yang berada di dalam saku celana nya membuka satu pesan tersebut, lalu kembali menatap istri kecilnya dengan tersenyum tipis.

"Mas mau buka pintu dulu hm, tunggu sebentar?"

Perlahan, Nara mengalihkan pandangan nya dari jendela dengan menatap punggung kekar itu yang kian menjauh. Dalam lubuk hati gadis itu, ia terlalu lemah jika telah bersangkutan dengan suaminya, air mata kian menetes yang sedari tadi sengaja ia pertahankan untuk tidak menangis di hadapan zayyan.

Ya allah..
Apakah mulai sekarang Engkau sedang menguji rumah tangga hambamu yang lemah ini?

Sekira nya begitu lirihan setiap bait doa-doa yang gadis itu curahkan dalam hatinya.

Akhir dari Takdir [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang