Jangan lupa vote & komen.
Dahulukan membaca Al Qur'an dan Sholawat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد__________
Gemercik hujan menetes deras dari langit yang telah gelap, berkelip putih disuguhi petir yang menyambar keras. Isakan kecil dengan kedua bibir itu terus saja berlirih menyebut seseorang bergantian, entah itu trauma atau kebiasaan sejak kecil. Dirinya sangat sangat tidak suka hujan yang suguhi kilatan petir! Ya, Nara tidak suka itu.
Sedari tadi, gadis cantik itu telah terbangun di tengah-tengah tidurnya disaat ia mendengar petir yang sangat kencang dari luar sana, Nara menoleh ke samping tempat suaminya tertidur. Tidak ada?
"Mas?" Lirih Nara dengan meringkuk kecil ditambahi raut wajah yang ketakutan.
"Mas zayyan?"
"Hiks... N-nara takut." Gumamnya dengan tangisan yang semakin kencang.
"AAAAA." Teriak Nara menutupi kepalanya dengan selimut saat petir menyambar dan lampu kamarnya mati secara bersamaan.
"Bunda hiks.."
Dibalik selimut, Nara membuka perlahan kedua matanya saat ia merasa seseorang memeluknya erat dengan usapan lembut dari kepalanya.
"Maaf, saya tinggal sebentar."
Perlahan, Nara membuka selimut yang menutupi wajahnya, menatap zayyan dengan linangan air mata.
"Mas."
"T-takut hiks.. N-nara takut." Lirihnya kembali membalas pelukan erat suaminya.
Zayyan tersenyum membaringkan dirinya dan membawa Nara untuk tidur di atas dada bidangnya "udah hm? Saya disini, jangan takut."
Nara mengeratkan pelukannya dengan membenamkan wajahnya dari leher zayyan, sesekali mendusel hingga napas serta sentuhan ringan wajah cantik itu membuat zayyan memilih untuk memejamkan matanya sesekali meringis pelan.
Ada apa dengan dirinya ini? Istri kecilnya ketakutan dengan kilatan petir, ditambahi lampu kamarnya mati. Zayyan sempat-sempat nya tergoda disaat deru napas serta gesekan wajah cantik itu mengenai leher nya yang meremang.
Sadarr zayyan!
"Mas kenapa tinggalin Nara!" Gumam Nara sedikit mengangkat wajahnya menatap zayyan dengan cahaya yang sangat minim.
"..."
"Mas? Ih." Rengek Nara dengan menggerakkan kakinya yang di atas paha zayyan.
"Nara."
"Hm?"
"Diem ya?" Ucap zayyan dengan suaranya yang merendah.
Nara mengerucutkan bibirnya "mas gak jawab pertanyaan Nara!"
Zayyan menghela napas dengan membuka kedua matanya perlahan sembari mengusap rambut Nara yang panjang "saya dari dapur ngisi air."
"Tapi mas ninggalin Nara!"
"Iya sayang gak lagi, maafin mas hm?"
Nara bergeming, apa benar suaminya ini baru saja merubah panggilannya?
"Mas tadi bilang apa?"
Satu tangan kekar itu masih setia mengusap surai kepala Nara, dengan satu tangannya lagi menepuk-nepuk punggungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dari Takdir [On Going]
SpiritualitéON GOING - REVISI Setelah kepulangannya dari pesantren, sosok gadis cantik itu tidak menyangka bahwa perpulangannya membawa dirinya untuk melanjutkan hidup yang serius. Satu permintaan dari kedua orang tuanya yang baru saja berpulang dari perkerjaan...