Jangan lupa vote & komen.
Dahulukan membaca Al Qur'an & Sholawat.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد________
Flashback
"Ciee, Nadia." Celetuk teman nya dengan menyenggol pergelangan gadis itu.
Nadia mengulum senyum nya menunduk malu, bisakah teman nya ini berhenti menggoda nya?
"Kowe seneng karo Zayyan ta?"
"Itu--"
"Sstt Saiki wis ngerti, ora perlu isin."
Celetuk teman nya."Yaudah! Udah tau kan? Mending sekarang ke asrama." Ketus Nadia, lalu pergelangan teman nya melangkah pergi.
Akhirnya ketiga santri itu membaringkan tubuh nya bersamaan di lantai, dengan menatap langit-
langit kamar. Teman nya mulai menoleh menatap Nadia yang sedang memejamkan matanya."Ndak mau cerita gitu?"
"Cerita opo?" Lirih Nadia dengan kedua matanya yang masih terpejam.
Teman nya menghela napas, beranjak bangun dari rebahan nya dan menatap penuh penasaran pada gadis itu.
"Zayyan toh nad!"
Mendengar nama itu seketika kedua mata Nadia terbuka, menatap balik teman nya.
Gadis itu tidak bagaimana menceritakan tentang lelaki yang baru saja ia kagumi baru-baru ini, dirinya tidak terlalu yakin akankah perasan nya hanya sekedar kagum atau memang hatinya benar-benar menyukai zayyan?
"Tapi kalian cocok tau! Aku bakal dukung terus sampeyan sama zayyan sampe nikah." Celetuk teman nya kembali.
Nadia merasakan kedua pipinya memanas saat teman nya melontarkan kata nikah. Apakah bisa, gadis itu berjodoh dengan zayyan? Lelaki yang saat ini mulai menetap dalam hatinya.
Berkelebat hanyut dalam pikiran, Nadia termenung memikirkan ucapan teman nya yang sangat antusias, gadis itu menyandarkan tubuhnya pada pagar balkon asrama. Sementara dengan teman nya telah pergi untuk bersiap mengantri mandi.
Kebiasaannya di sore hari, jika teman temannya yang lain mulai mengantri mandi. Nadia terbiasa untuk berdiam sendiri dari balkon asramanya dengan memandang senja yang indah di kedua matanya. namun, bukan berarti Nadia pun tidak mengikut teman nya untuk mandi sore. Gadis itu lebih terbiasa menitipkan namanya di antrian dan ia akan menyusulnya nanti setelah Nadia merasa puas dengan senja nya, dan juga ia tidak perlu repot-repot untuk menunggu lama mengantri menunggu giliran nya.
"Ngapunten mbak Nadia Disuruh ke dalem sama Bu nyai." Ucap salah satu santri kamar nya setelah gadis itu selesai dengan kegiatan mandi sore nya.
"Nggeh.. Matur nuwun."
Jarak antara asrama putri ke rumah pimpinan pesantren, lumayan cukup jauh dan tepatnya akan melewati asrama putra. Nadia sengaja mengambil jalur samping agar dirinya tidak terlalu menonjolkan melewati asrama putra, pandangan nya tidak sengaja melirik dari jauh sana. seseorang yang selalu menari-nari dalam pikiran nya, kini gadis itu bisa menatap zayyan meskipun jarak mereka sangat jauh. Namun, masih jelas dalam pandangan Nadia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhir dari Takdir [On Going]
EspiritualON GOING - REVISI Setelah kepulangannya dari pesantren, sosok gadis cantik itu tidak menyangka bahwa perpulangannya membawa dirinya untuk melanjutkan hidup yang serius. Satu permintaan dari kedua orang tuanya yang baru saja berpulang dari perkerjaan...