15. Rahasia Zhafran

470 64 0
                                    

Jangan lupa vote & komen.

Dahulukan membaca Al Qur'an & Sholawat.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّد

_______


Setelah isya, keduanya kembali dengan saling murojaah bergantian, dibuat takjub, ketika giliran zayyan murojaah hafalannya. Nara tercengang, dalam satu, dua, hampir tiga juz. Suaminya ini sangat lancar dalam hafalannya. Jiwa-jiwa insecure Nara terus saja meronta-ronta, waktu berlalu sampai satu jam 20 menit kedua selesai.

Nara mengerjap sembari menutup Al Quran dari tangannya "ustadz encer banget otaknya." Sahut Nara.

Zayyan terkekeh "jadikan hafalan kita sebagai tanggung jawab. Agar tidak ada niatan untuk bermalas-malasan, mengulang dan terus mengulangnya sampai nikmat Al-Quran yang kita baca itu terasa nikmat disaat menghafal."

Nara mengerjapkan kembali kedua matanya menatap haru zayyan "keras banget sindiran nya sampe nyelekit, tapi gapapa hehe. Pasti ustadz udah sampai posisi itu ya?"

Zayyan tersenyum tipis "saya tidak yakin, seorang hamba Allah yang terkadang naik turunnya iman." Ucapnya membuat gadis itu tersenyum haru mendengar jawaban suaminya yang terdengar tawadhu masyaallah.

"Ke nya Nara ke tuker jodoh deh." Celetuk Nara membuat dahi lelaki itu sedikit mengernyit.

"Ustadz sadar gak? Kalo ustadz itu nikahin perempuan 19 tahun, masih banyak males nya, belum dewasa, hm ilmu agama Nara pun masih banyak yang ketinggalan, meskipun Nara pesantren 6 tahun. Trus pas Nara lebih banyak tau lagi tentang ustadz setelah kita nikah, Nara paham. Ustadz itu lelaki idaman seribu wanita termasuk Nara juga hehe."

Zayyan mendengar penuturan istri kecilnya dengan serius. Sejenak, gadis itu mengambil napasnya sebentar.

"Ustadz itu baik, gantengnya bikin hati Nara jedag-jedug terus, ilmu agamanya masyaallah udah luas, tawadhu nya sampai mulut Nara gak berenti bertasbih." Tutur Nara dengan panjang lebarnya.

Zayyan meraih Nara dengan merengkuhnya "jangan seperti itu, tidak ada yang namanya tertukar jodoh atau sebagainya. Nara bagi saya adalah separuh bagian hidup yang Allah takdir kan untuk bersama dan saling melengkapi, tidak ada pasangan yang keduanya sempurna. Dan memang, manusia itu tidak ada yang seperti itu, kecuali hanya kekasih kita, Nabi Muhamad. CiptaanNya paling sempurna, panutan semua umat."

Nara mendoak sedikit menatap wajah tampan itu, kedua bibirnya mulai mengerucut.

"Maaf." Gumamnya.

"Tidak apa-apa."

Di tengah satu pergelangannya yang masih setia mengusap kepala Nara yang masih tertutup mukena, zayyan mengingat kembali pertanyaan kemarin yang terlintas dari benaknya.

"Meskipun kita telah menikah, saya tidak akan larang Nara untuk meraih masa depan." Sahut zayyan membuat Nara menjauhkan kepalanya dari bahu zayyan dengan menatap sang pemilik bola mata coklat pekat itu.

"Maksud ustadz?"

Zayyan mengulas senyum tipisnya "saya tidak akan larang, jika Nara ingin melanjutkan kuliah."

Akhir dari Takdir [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang