Hari berlalu begitu cepat. Tak terasa, setengah dari objek penerang alam telah tenggelam. Namun, tak seperti biasanya yang senantiasa memancarkan cahaya jingga. Gumpalan hitam pekat itu menguasai isi langit, menyita semua keindahannya, merubahnya menjadi pemandangan yang tak enak dilihat.
Tak hanya langit, udara di sekitar mendadak dingin. Angin tak pernah berhenti berembus kencang sedari pagi. Sunyi, juga ikut menghiasi petang. Biasanya, orang-orang akan keluar rumah untuk mengikuti ibadah jemaah di musala. Khusus kali ini, semuanya hampir tak berani beranjak dari tempat hunian. Isu datangnya badai, satu-satunya hal yang menjadi alasan.
"Danan!" Suara khas yang kerap kali terdengar, berulang kembali. Menunggu beberapa menit hingga anak yang disinggung menampakkan batang hidungnya. Pakaian muslim rapi dengan penutup hitam yang menghiasi kepala sudah siap. Danan tersenyum, menyapa temannya itu. Ia memberikan isyarat kepadanya untuk menunggunya sebentar, mengunci pintu dan mengecek keamanan rumah sebelum ditinggal, mengingat ibu dari anak itu tak berada di rumah.
"Ayo, mangkat," pintanya ketika kedua kaki telah menginjak sepasang jalu kaki kuda. Sepeda segera melesat, menjauhi rumah sebelumnya. Sepanjang perjalanan, sama sekali tak mereka rasakan suasana desa seperti hari-hari yang lalu. Kali ini, sembilan puluh persen berubah drastis, seperti berada di desa mati, lebih tepatnya.
Danan menggelengkan kepala. "Kok, sepi banget, yo," ucapnya. Fajar menyetujui, berpendapat yang sama dengan temannya itu.
"Iyo, Nan, krungu-krungu, mengko bakal ono udan seng gedi. Dadi, wong-wong milih nang umah wae, wedi nek mengko kejebak udan," Iya, Nan, dengar-dengar, nanti akan ada hujan deras. Jadi, orang-orang memilih di rumah saja, takut jika nanti terjebak hujan) jelas Fajar. Danan manggut-manggut.
"Tapi ... mosok iyo gara-gara udan, wong-wong ora podo salat nang musala? Padahal, jare Pak Samad, salat nang musala pahalane luwih gedi." Danan kembali menyeletuk.
"Iyo, Nan, bener seng diomongke koe, rugi nek misale ora salat berjamaah, podo karo nolak pahala seng akeh."
Danan tak membalas perkataan itu lagi. Fokus anak itu kembali buyar, menyatu dengan padat ke arah depan sana, di mana sosok yang sering mendatanginya itu, berulah kembali. "Jar, rem!" Dorongan mendadak dari arah belakang tangan Fajar refleks menarik tuas rem, membuat sepeda berhenti mendadak, menghasilkan bunyi gesekan yang sangat keras.
"Danan! 'Kan, aku wes pernah ngomong, nek anu ojo seneng mendadak, aku e kaget, Nan!" Fajar menoleh ke arah belakang, menatap raut wajah Danan yang sama sekali tak memedulikannya. Fajar langsung mengernyitkan dahi. "Danan? Delok opo koe?"
Di lain sisi, dalam penglihatan milik Danan, kuda putih tengah berdiri jauh di jalan yang akan mereka lalui. Danan mematung, seolah terhipnotis dengan kehadirannya. Danan merasa seperti ada kontak batin antara dirinya dengan hewan tak kasat mata itu. Berusaha mengumpulkan semua konsentrasinya, Danan mencoba untuk menerjemahkan apa yang ingin kuda itu sampaikan, menatap mata hewan itu dengan saksama. Dengan semua usaha, akhirnya keduanya berhasil terhubung. Danan terperanjat kaget tatkala sebuah suara menggema di dalam otaknya.
Petoko iku bakalan dibaleni. Ojo metu kadi umah! Demit-demit iku wes bebas, kabeh wong nang deso iki jero bahaya! Bali, Danan, selametke nyowomu!!! (Bencana itu akan terulang. Jangan keluar dari rumah! Demit-demit itu sudah bebas, semua orang di desa ini dalam bahaya! Pulang, Danan, selamatkan nyawa kamu!).
Angin kencang menerpa kedua anak itu, membuat mereka kesulitan untuk melihat ke depan sana dikarenakan ada banyak debu yang masuk ke dalam mata mereka. Tak hanya itu, daun beserta ranting-ranting pohon ikut berguguran, berlalu-lalang di sekitar mereka berdua. Danan menepuk pundak Fajar, menyerukan suara dengan intonasi yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rogo Dedemit (TELAH TERBIT)
HorrorRank 1 in #horror (23 - 10 - 2023) Rank 1 in #horor (15 - 02 - 2023) "Tolong ...! Tolong ...! Kuburan e Pak Joko ...!" Suara itu meraung-raung hingga terdengar oleh satu penduduk desa. Para warga sontak berkumpul untuk mengobati rasa penasaran akan...