Bagian 2

299 22 1
                                    

"Duduk sini Qai, abang harus ambil arsip kasus sebentar," di dalam ruangan ini masih nampak ramai karena masih banyak orang yang diperiksa tapi tetap saja aku masih merasa cemas.

"Bisa kita mulai sekarang mbak?" Seorang pria paruh baya berwajah seram tiba-tiba saja mengambil tempat di balik meja yang berhadapan denganku.

Wajah seramnya membuat tanganku semakin gemetar "sa-sa-," aku mendadak tergagap dan tidak tahu harus berbicara apa.

"Biar sama saya aja Yud," seseorang datang dan menepuk bahu pria itu "siap komandan! Silahkan duduk," dia menahan pria itu agar tetap duduk, "biar ke ruangan saya aja, mari mbak Qailula,"

Aku mengerjap ketika menyadari jika laki-laki ini tidak asing denganku "mbak Qailula?" Aku langsung berdiri dan mengikuti langkah laki-laki itu masuk ke dalam ruangannya.

Ketika sudah di dalam dan duduk berhadapan mulutku membuka lalu menutup, hendak berkata tapi aku tidak bisa.

"Sudah lupa dengan saya?" Dia tersenyum miring.

Mana mungkin aku lupa dengan laki-laki tampan yang menghebohkan seisi gedung tempatku bekerja tiga bulan yang lalu.

Posisinya yang sebagai security baru menghebohkan seluruh wanita penghuni gedung, bahkan teman-tamanku di kantor berlomba-lomba untuk mendapatkan nomor teleponnya.

"Mas Rizal? Ehhh," tatapanku turun ke bagian dada atasnya kemudian menyadari jika namanya bukan Rizal, name tagnya tertulis Hisyam A.

"Hisyam Azzaky tapi panggil saja Zaky," dia mengulurkan tangannya ke hadapanku, kusambut uluran tangannya "Qailula Nafisyakhira,"

"Ada yang mau kamu tanyakan ke saya?" Tanyanya sambil kembali memasang senyum miring ketika jabatan tangan kami terlepas.

"Jadi mas ini beneran intel yang dikirim ke gedung buat bongkar praktik prostitusi di kantor Amaze?"

Aku masih ingat sebulan yang lalu setelah kasus perusahaan penyedia wanita panggilan yang berkedok sebagai perusahaan MLM terbongkar mas Rizal tiba-tiba saja mengundurkan diri dan membuat heboh kembali seisi gedung.

Bahkan seminggu setelahnya masih banyak temanku yang bertanya-tanya kenapa mas Rizal berhenti secara tiba-tiba.

"Bisa dibilang seperti itu, tapi ingat Qai semua ini rahasia, saya nggak mau jadi bahan gosip di kantor kamu lagi," aku terkekeh mendegar akhir kalimatnya.

"Teman aku ganas-ganas ya mas?"

"Padahal saya di sana hanya seorang security, dibandingkan dengan mereka yang bergelar sarjana bahkan master jelas posisi security tidak ada apa-apanya,"

"Karena mas good looking, teman aku aja sampai cari tahu gaji security gendung tuh berapa, katanya siapa tahu mas jadi jodohnya,"

Kami tertawa bersama "melihat ekspresi kamu sekarang sepertinya pemeriksaannya bisa kita mulai sekarang,"

"Eeehh," aku menyadari jika gemetar dan rasa cemas yang kurasakan tadi kini sudah menghilang.

Setelahnya Zaky mulai bertanya tentang rentetan peristiwa yang terjadi tadi, sesekali aku terdiam berusaha mengingat apa yang terjadi tadi karena kejadiannya sangat cepat dan rasa takut yang kurasakan tadi membuat otakku lebih lama memproses setiap potongan kilasan peristiwa.

Ketika semua prosedur pemeriksaan sudah selesai dan aku hendak keluar Zaky menahanku "saya harap pertemuan kita hari ini, nama dan pekerjaan saya adalah rahasia."

Aku menggerakkan jari di depan mulut seperti gerakan mengunci "mas bisa percaya sama aku ehh harusnya panggil bapak ya?"

"Saya belum setua itu Qai untuk dipanggil bapak," protesnya.

Finding The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang