Bagian 14

105 13 0
                                    

Dua hari setelahnya aku tidak bertemu dengan Zaky lagi sepertinya dia sedang melakukan giat.

"Heh," aku terlonjak ketika seseorang menepuk pundakku "ngagetin aja lo," dumalku.

"Abisnya lo ngelamun sih, gue panggil nggak nyaut-nyaut, ngelamunin si Alfian lagi?" Aku mendengus "gak usah diingetin udah bagus mood gue seharian ini, jangan karena kedatengan lo sisa hari gue jadi muram yaaa,"

"Padahal niat gue ketemu lo kan emang mau berbagi duka," aku mendengus dan mendorong dahinya dengan jari telunjukku "giliran duka aja dibagi-bagi, giliran happy mana mau bagi-bagi, emang kampret banget punya temen babik kayak lo,"

"Babik pala lo? Rupa gue dah macem artis Korea begini lo katain babik, sialan emang lo,"

"Artis dari Hongkong? Pusing gue lama-lama ngadepin kepedean lo yang unlimited ini, dah lah naik aja, sebelum tensi gue naek gara-gara ngadepin lo,"

Sore ini Kinara datang dari Bandung dan tentu saja aku harus menjemputnya ke bawah karena dia tidak punya akses masuk ke apartemen.

"Ini seriusan lo nggak dijadiin ani-ani? Gila aja fasilitas tempat tinggal lo di apartemen mahal begini,"

Sambil menunggu lift Kinara beberapa kali memutar tubuhnya untuk melihat lobi apartemen dengan jelas "sumpah, lo sekarang kayak orang udik, harusnya gue pake masker kalo tau lo kampungan begini, akkkhhh, anjir sakit,"

Dengan tidak berperasaan Kinara menggeplak kepala bagian belakangku "enak aja kalo ngomong, gue ini lagi menilai bego, gedung apartemen lo sebagus ini pikiran gue jadi kemana-mana,"

"Kapok gue Kin nggak mikirin yang aneh-aneh lagi, dia serem banget kalo ngamuk,"

Aku bergidik sambil memasuki lift "si Bi?" Tanya Kinara sambil mengikutiku masuk ke dalam lift "menurut lo siapa lagi?"

"Ya gimana nggak ngamuk bagi dia lo kan the princess gak boleh cacat sedikitpun," ucapan Kinara membuatku mendadak terkekeh "masih aja diinget, udah masa lalu juga,"

"Emang iya loh, sejak lo pacaran sama dia dulu, jangankan seujung jari seujung kuku aja lo luka udah kayak tornado ngamuknya, inget gue si Vivian yang abis ketahuan ngunciin lo di gudang besoknya langsung DO dan tiga hari setelahnya bokap dia ketangkap KPK karena kasus korupsi,"

"Makanya itu gue takut banget kalo dia marah, dia bahkan kasih pilihan ke gue kalo emang gue mau sama Alfian dia akan bikin Alfian jadi milik gue,"

"Serius?" Kami melangkah bersama menuju unit tempat tinggalku, setelah masuk Kinara buru-buru menarik tanganku agar kami bisa duduk bersama di sofa "anjir seriusan lo dia bilang begitu?"

"Iya, dia bilang kalo gue jawab iya dia akan melakukan segalanya agar Alfian bisa jadi milik gue,"

"Kalo orang normal sih yaa mending milih dia ketimbang Alfian, dari bibit bebet bobot sudah jelas kualitas nomor satu,"

"Alfian juga bagus kok, punya pekerjaan tetap, dari keluarga baik-baik, rupawan juga,"

Kinara mendengus "kalo udah cinta emang susah," aku mencibir "kayak lo nggak aja, apa tuh mendadak ke Jakarta pake KCIC, katanya doang mau coba moda transportasi baru padahal aslinya mau berbagi duka,"

Wajah Kinara mendadak berubah menjadi sendu "di Bandung rasanya berat di Bekasi apa lagi,"

"Apa mau cari pacar sewaan buat digandeng besok?" Dia mendesis ketika mendengar tawaran konyolku "anjir, pacar sewaan kata lo? Gue napakin kaki disana aja mana sanggup njiir,"

"Tunangan doang Kinkin, bisa aja mereka putus di tengah jalan,"

"Doa lo jelek banget tapi amin sih, amin ya Allah," aku menoyor kepalanya dari samping tidak menyangka dengan apa yang diucapkannya barusan.

"Seriusan lo ngarep dia putus Kin?"

"Gue sampe ikut tes dua kali Qai supaya bisa keterima kerja di sana, di tempat dia kerja, gue rela pindah dari Bekasi ke Bandung cuma buat nyusulin dia, menurut lo kurang serius apaaah? Kapan itu ya pernah gue seminggu pas sholat doanya supaya dia putus sama pacarnya tapi nyatanya bukannya putus mereka malah tunangan, kayaknya Allah sengaja banget bikin gue merana,"

"Ngerasanya permintaan kita sederhana banget, nggak minta suami CEO, gus atau mafia tapi nyatanya tetap nggak diijabah,"

"Bener kan? Mintanya kita tuh sederhana banget Qai tapi ternyata Allah menghendaki yang lainnya, marah gue Qai, marah, kecewa, putus asa semua jadi satu,"

Mata Kinara nampak berkaca-kaca membuatku segera memeluknya "gue pengin bilang it's okay Kin, semuanya akan baik-baik saja, tapi nyatanya gue nggak sanggup, gue tahu dia punya pacar aja hancur apa lagi lo,"

Suara tangisan mulai memenuhi apartemen, Kinara menangis dengan pilu membuatku ikut menangis juga, kami sama-sama meratapi nasib cinta tak berbalas yang kami rasakan saat ini.

Entah berapa lama akhirnya tangis kami mereda, setelah menghabiskan satu kotak tisu aku dan Kinara bergantian membersihkan diri.

Tadi kami sudah berjanji akan pergi ke kelab bersama dengan Nana, dia bilang kelab adalah salah satu tempat yang tepat untuk melepaskan segala penat yang saat ini menjerat kami.

"Lo ngasih kabar dia nggak kalo lo mau main ke kelab?" Tanya Kinara sambil sibuk menggambar alis.

"Gue bukan pacarnya yang harus kasih tau kemanapun gue pergi," aku mendengus sambil merapikan rambut yang sengaja aku curly untuk memberikan kesan manis dan juga menutupi bagian punggungku yang terbuka karena model midi dress yang kukenakan saat ini.

"Takutnya kalo dia tau ngamuk kan bahaya,"

"Nana kan bilang kita ke kelab elite bukan kelab murahan jadi santai aja toh kalopun ada gadun rese tinggal laporin aja kepenjaganya,"

"Udah pengalaman ya lo?" Aku mendengus "kalo lo lupa lemaren-kemaren gue masih tinggal di Bekasi dan lo tau sendiri Alfian tuh gimana,"

"Hubungan kakak adek yang posesif banget, ke kelab malam doang kagak boleh, entar nih ya gue ajarin minum sekalian biar lo pinter di sini jangan jadi anak ayam lagi,"

"Inget dosa Kinkin,"

"Dosa dikit gak apa-apa toh Allah juga jahat sama gue, harusnya kalo emang Allah gak kasih dia buat gue kenapa gitu pas tes kemaren gue dilolosin? Harusnya gagalin terus sampe gue nyerah,"

"Nyalahin kehendak Allah?"

"Nggak sih, cuma masih kecewa aja, entar juga baikan, maaf ya Allah," diantara kami bertiga Kinara adalah yang paling taat, tapi sekarang dia seakan meluapkan kemarahan akan kehendak tuhan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Mempercayai jika tuhan memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan bukanlah sesuatu yang mudah, karena terkadang nafsu lebih besar dari pada akal sehat.

"Jangan ngelamun Qai, udah yuk cabut, makin merana di sini,"

Segera kusandang sling bagku dan menyusul Kinara yang sudah keluar dari unit terlebih dahulu "lo yang nyetir ya?"

Kusodorkan kunci mobilku kepadanya ketika lift membawa kami turun ke basement "gue? Nyetir mini? Ogah Qai, takut banget gue mobil lo kebaret, sejuta nggak cukup,"

"Nggak apa-apa lah, mobil doang,"

"Lo bisa bilang gitu karena tuh mobil dikasih coba kalo beli sendiri, kebaret dikit udah guling-guling lo mikirin biaya reparasinya,"

"Sumpah stres banget gue pas tau kalo gue dapet mini cooper, mikirnya langsung negatif terus,"

"Kalopun jadi ani-ani tapi sugar daddynya kayak Hyun Bin bisa dikondisikan lah," kugeplak kepala Kinara cepat "gak usah bikin gue mikir aneh-aneh lagi, anggap aja si pak bos emang baik hatinya nggak ketulungan,"

Jujur, rasa takut masih tersimpan di dalam benakku tapi aku mencoba menepisnya, aku punya dia, dan dia pasti tidak akan membiarkanku menjadi simpanan gadun, aku yakin itu.

Finding The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang