Epilog

160 13 0
                                    

"Qai?" Qai hampir menjatuhkan gelas berisi air yang dipegangnya karena terkejut "lo ngagetin gue ihh," dia berseru sambil meletakkan gelas di atas kitchen island.

"Lo insom lagi?" Beberapa kali Kinara mendapati Qai terjaga di pagi buta dan menyibukkan diri di pantry.

"Kayaknya sih gitu," kinara mendekat kemudian bersendekap di depan kitchen island membuat mereka saling berhadapan.

"Sumpah deh Qai, kalo emang nggak bisa jangan dipaksa, obat lo aja udah nggak mempan, lo mau tambah dosis lagi? Lo nggak sayang sama badan lo?"

"Emang lo sendiri sayang sama badan lo?" Kinara mencebik mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh Qai.

"Ya seenggaknya gue nggak kecanduan obat,"

"Tapi kecanduan alkohol, sama aja bego!"

Kinara menyeret kursi kemudian duduk di atasnya "tapi kasus lo kan beda sama gue Qai, lo masih bisa balik ke dia, sedangkan gue? Nggak mungkin kan gue ngarepin si Hardin cereee,"

"Yang lagi viral kan gitu, kalo belum ketemu jodohnya siapa tahu jodohnya masih ngurus akta cerai," tangan Kinara dengan cepat meraih sejumput terigu dan melemparkannya ke arah Qai.

"Gilak lo, masih waras gue, lagian Hardin juga udah terang-terangan nolak gue, jadi yaa nggak ada yang bisa diharapkan lagi,"

"Lo confess ke dia?" Tangan Qai yang hendak mengambil mixerpun terhenti di udara "ihhh lo tega banget nggak cerita ke gue,"

"Jangankan ke elo, ke Nana aja enggak kok, sumpah malu banget gue, pengen banget sembunyi ke ujung dunia biar nggak ketemu dia lagi,"

"Cerita ihh, gimana awalnya," Qai nampak antusias dan melupakan apa yang hendak dikerjakannya tadi "cuci tangan deh, kita ngobrol sambil minum di atas,"

Qai buru-buru mencuci tangannya kemudian melepas apron dan mengikuti Kinara yang sudah lebih dulu naik ke lantai atas.

Saat tiba di lantai atas rupanya Kinara sudah menuangkan segelas wine untuknya sedangkan gadis itu sendiri sudah duduk dengan posisi miring sembari menekuk lututnya di atas sofa dan menenggak wine.

Qai ikut duduk di atas sofa lalu menandaskan winenya dalam sekali tenggak "sebulan sebelum gue resign Hardin ngajak gue makan berdua,"

Mata Kinara nampak menerawang mengingat kejadian yang lalu "awalnya kita ngobrol biasa aja, ngobrol tentang pekerjaan, ngobrol tentang kangen Bekasi terus pas selesai makan,"

Kinara menjeda ucapannya membuat gerakan tangan Qai yang hendak menuangkan kembali wine ke dalam gelasnya urung ia lakukan.

"Terus?" Qai nampak berucap dengan hati-hati ketika melihat wajah Kinara yang berubah sendu.

"Dia minta maaf ke gue karena nggak bisa balas perasaan gue," air mata tiba-tiba luruh dari pelupuk mata Kinara membuat Qai dengan cepat meraih gelas yang dipegang oleh Kinara dan meletakkannya di atas meja.

Mata kinara terpejam kemudian kepalanya ia sandarkan di sofa "gilak nggak sih Qai, dia tahu gue suka sama dia tapi dia pura-pura nggak tahu dan biarin gue kayak orang bego ngejar-ngejar dia, nggak kebayang kalo gue jadi bahan lelucon dia sama istrinya nanti,"

"Shhhh nggak boleh ngomong gitu, mungkin aja dia nggak enak sama lo, makanya dia pura-pura nggak tahu kalo lo naksir dia,"

"Bayangin aja Qai gimana nanti kalau dia cerita sama istrinya kayak, aku punya temen cewek loh yang ngejar aku sampai ke Bandung, bego banget dia udah tahu aku nggak suka masih aja ngejar,"

Tangis Kinara semakin menjadi hingga membuat Qai memeluknya agar gadis itu merasa tenang "shhhh udah jangan mikir yang enggak-enggak, belum tentu juga hardin begitu kan,"

Finding The HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang