11.

27.4K 164 11
                                    

*Tandai kalo ada typo*

Sesuai apa yang di katakan Zio, sepulang Kia dan Cia dari sekolah, pemuda itu akan mengantarkan pulang kerumah. Jangan di tanyakan bagaimana raut wajah si kembar, mereka cemberut, karena tak ingin berpisah dengan Zio, padahal Zio sudah memberi pengertian jika orangtua mereka mengizinkan, Zio tidak keberatan jika dua iblis itu tinggal di apartemen Zio.

"Semuanya udah?" Zio berkata manatap Kedua iblis-iblis cantiknya yang sudah memegang koper berwarna pink dan merah, Kia dan Cia mengangguk, nampak tak ada semangat di wajah gadis-gadis itu.

"Yaudah siniin kopernya biar Kakak yang bawa." Zio segera menyeret kedua koper tersebut, sementara Kia dan Cia mengekornya dari belakang hingga tiba di mobil.

Di perjalanan tidak ada yang membuka suara, keduanya tampak sedang menaruh amarah pada Zio, padahal Zio sudah menjelaskan berulang kali jika di izinkan.. ya tentu saja Zio tidak keberatan.

Begitu sampai, ketiganya di sambut oleh beberapa pelayan dan bodyguard membantu menurunkan barang-barang Kia dan Cia, di pintu utama juga pelayan sudah berbaris rapi sembari menunduk hormat saat Zio, Kia dan Ciara memasuki rumah besar mereka.

"Hei baby girl." Itu suara Daniel Abraham —Ayah Zio. Pria tegap, tinggi serta wajahnya begitu mirip dengan Zio itu tersenyum, melihat ketiga anaknya datang... terutama Zio.. putra kandungnya yang begitu ia rindukan. Jujur saja, Daniel khawatir sejak Zio memutuskan untuk tinggal sendiri, tantu saja.. Daniel takut jika putranya ikut pergaulan bebas, dia juga mencemaskan jika makan Zio tidak teratur, Zio merupakan anak satu-satunya ia miliki di dunia ini.

"Daddy!" seru Kia dan Cia, keduanya berhamburan memeluk Daniel. "Mana oleh-olehnya?" tanya Kia dengan bibir yang maju kedepan.

"Oh tentu ada dong, sayang. Coba cek kamar masing-masing ya, kalian pasti suka." Daniel mengusap puncak kepala putrinya, membuat Kia dan Cia tersenyum lebar dan mengangguk, lantas gadis-gadis itu melenggang pergi.

"Zio, apa kabar, nak?" Daniel melangkah menghampiri putranya, dan tak lama kemudian datanglah seorang wanita cantik yang masih tampak muda, tersenyum pada Zio.

Zio mendesah kasar. "Zio baik, Dad." Zio pun melangkah duduk di sofa, di ikuti kedua orang tuanya.

"Adik-adik kamu gak nakal kan? Mereka gak nyusahin kamu?" tanya Nathalie, selaku —Ibu tiri Zio.

"Gak, tan. Mereka gak nakal kok," jawab Zio sembari tersenyum. Satu hal yang perlu kalian ketahui, Zio tidak pernah memanggil Nathalie dengan sebutan 'Ibu' karena menurutnya yang berhak ia panggil Ibu hanyalah satu orang, yaitu Ibu kandungnya yang sudah meninggal.

Daniel mendesah panjang, mendengar ucapan Zio, ternyata putranya itu masih belum membuka hati menerima istrinya Nathalie.

"Syukurlah. Kalo gitu, tante ke dapur dulu ya, Zio pasti belum makan siang." Nathalie tersenyum penuh semangat, bangkit berdiri sebelum mendengar tolakan Zio.

"Zio, Daddy pengen mulai sekarang cobalah untuk menerima tante Nathalie menjadi Mommy mu. Kamu tau sendiri Nathalie sosok Ibu yang sangat baik, dia juga gak pernah beda-bedain antara si kembar dan kamu."

"Zio udah terima tante Nathalie kok, tapi Daddy jangan pernah maksa Zio buat panggil dia dengan sebutan Mommy, karn Zio gak akan pernah bisa. Beruntung Zio masih sopan panggil dia tante, kalo gak Zio bakal panggil dia Nathalie," jawab Zio dengan suara tenang.

Passionate Love [Zio&Kiara]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang