10. Satu hati yang terungkap

129 10 1
                                    

Selamat membaca



"Kenapa alur hidup gue harus kayak gini? Kenapa g-ue mau mati hiks gue capek tuhan..."

"Papa bahkan pengen gue hilang dari hidup dia. Apa gue emang nggak pantes hidup? Apa gue udah berakhir?"

"HAHHHH, CAPEKK GUE PENGEN MATI. GUE NGGAK PERNAH MINTA HIDUP TUHAN, NGGAK PERNAH MINTA DILAHIRKAN KALAU KAYA GINI GUE -gue pengen nyusul mama aja hiks gue nggak sekuat itu tuhan..."

Arya, Gisel, bahkan Nabil dengan panik menghampiri kamar tamu yang ditempati oleh Zarel. Takut jika gadis itu berbuat sesuatu yang tidak diinginkan.

"Sayang... Jangan gini." Panggil Gisel lembut.

Ia meraih pecahan kaca digenggaman Zarel lembut dan menyerahkannya pada Nabil supaya di jauhkan.

"Lihat Tante, kamu masih punya kita yang pengen kamu hidup. Mama kamu bakal sedih liatnya."

Darren juga, lanjutnya dalam hati.

Gisel membawa tubuh Zarel ke pelukannya. Mengusap lembut punggung rapuh milik gadis ini, setetes cairan bening yang keluar dari sudut matanya segera ia usap ia tidak boleh ikut menangis jika ingin menguatkan gadis itu.

Punggung Zarel terasa bergetar hebat, menampung masalah yang dihadapi nya memang bukan hal yang mudah apalagi bagi mereka yang masih remaja.

"Kangen mama..."

Gisel mengangguk, "iya, nanti kita ketemu mama kamu ya. Tapi Zarel harus kuat biar mamanya juga nggak khawatir sama kamu."

Andai kamu ada disini Rina, mungkin semua ini nggak akan terjadi. Mungkin masa remaja anak kamu akan indah seperti pada umumnya.

"Capek..hiks badan aku sakit semua."

Gisel menatap Nabil dengan isyarat agar menggantikan posisinya. Sementara dirinya dan Arya keluar untuk memberi ruang bagi keduanya dengan pintu yang terbuka lebar.

"Kalo capek istirahat abis itu bangun lagi, jangan pernah punya pikiran mengakhiri hidup tuhan kasih ujian nggak pernah diluar batas kemampuan manusia, Lo pasti tahu itu."

Nabil mendudukkan dirinya di samping Zarel yang duduk lesehan memeluk kedua lututnya sendiri. Menyandarkan tubuhnya pada ranjang yang tepat dibelakang mereka.

"Tapi kenapa harus kayak gini, gue nggak pernah minta dilahirkan." Zarel mengulangi kalimatnya dengan lirih. Sudah tidak ada lagi air mata yang keluar, gadis itu sudah lelah.

"Lo sendiri yang minta dilahirkan."

Zarel menoleh dengan tatapan bertanya, maksudnya?

"Sebelum manusia dilahirkan ke dunia, mereka sudah diberi gambaran tentang kehidupan yang akan mereka jalani. Dan malaikat sudah bertanya sebanyak 77kali, apa manusia itu yakin akan dilahirkan ke dunia?, Lo yang ngambil keputusan Lo juga yang harus tanggung konsekuensi nya."

"Pernah denger kalimat ini? Allah menaruhmu di tempat yang sekarang bukan karena kebetulan, tapi Allah telah menentukan jalan terbaik untukmu Allah telah melatih mu untuk menjadi kuat dan hebat. Manusia yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan kenyamanan. Tetapi mereka dibentuk dengan kesukaran, tantangan dam air mata." Jelas Nabil panjang lebar.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang