16. Sedikit tentang Bella

84 6 0
                                    

Selamat membaca


"Kita hanya perlu manusia untuk menjadi pelipur lara."

_Bella Aqila Yodha


Author POV

"APAAA?!"

Fasha membekam mulut Hazel, "Stt, jangan teriak-teriak anjir."

Hazel mengangguk, menjauhkan tangan Fasha dari bibir nya. Menatap kembali Zarek dengan tatapan mengintimidasi.

"Lo bercanda kan? Masa sih, ah nggak percaya gue."

Zarel menghela nafas berat, meringis pelan saat semua atensi temannya menyorot padanya. "Gue serius."

"Lo kenal sama cowok nya rel?"

Zarel menggeleng, "nggak sih, tapi pernah ketemu aja beberapa kali."

Hazel mengusap wajahnya tak habis pikir. Temannya akan menikah secepat itu kah?

"Lo setuju?"

Zarel mengangguk pelan, dari raut wajahnya, Bella yang terlihat seperti tak suka. Entah apa yang gadis itu pikirkan.

Hazel menyeruput minuman miliknya sebelum berbicara kembali, "apa ini alasan lo jauhin dia?"

Kali ini Zarel mengangguk ragu, "mungkin," cicitnya.

"Yaudahlah, kalau udah kayak gini mau gimana lagi. Lo juga kayak nya nggak terlalu nolak banget kan," ucap Hazel santai.

"Nggak, ini bukan mau lo rel. Pokoknya lo harus bisa batalin perjodohan ini, gue nggak setuju." Bella memegang pundak Zarel dengan tatapan yang sulit diartikan.

Fasha yang bingung dengan tingkah Bella yang sedikit terlihat seperti 'takut', memotong ucapan Bella. "Loh, nggak bisa gitu dong. Om Darren pasti punya alasan sendiri."

Bella menoleh dengan menggeleng tegas, "nggak sha, lo nggak tau cowok itu. B-boleh jadikan kalau cowok itu toxic, nggak ada yang tau."

Hazel melirik Bella bingung, "Lo kenapa deh zel, nggak biasanya,"

Bella menunduk, dalam diamnya, pikiran berkecamuk. Takut, kalau sahabat nya merasakan apa yang ibunya rasa.

"Perjodohan nggak sebaik yang kalian kira," ucap Bella meracau.

Bella menengadah saat pundaknya di tepuk pelan. Mulut Fasha kembali bungkam saat suara dering ponsel membuyarkan lamunan Bella. Semuanya menunggu, memandangi Bella yang sudah grasak-grusuk..

"Iya bang gue kesana sekarang."

Bella mengakhiri panggilan sebelah pihak. Ia mengeluarkan lembaran uang untuk membayar minumannya. "Gue pulang duluan."

"Eh- " Hazel menatap punggung temannya yang kian menjauh, heran.
"Kenapa ya? Kok kayak khawatir gitu."

Fasha menggeleng tak tahu, sejenak mereka lupa dengan topik awal. Masih memandang ke arah luar. Sementara Bella sudah melaju dengan taksi.

_____°°°_____


Sepanjang jalan, Bella terus merapal kan doa untuk ibunya. Tangannya terkepal kuat, degup jantungnya berdetak lebih cepat saat sampai. Bella melintasi lorong rumah sakit yang sedikit sepi. Ia melihat Fathur duduk dengan kedua tangan yang menggenggam erat satu sama lain.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang