Selamat membaca
•
•
•Setelah selesai makan dengan keluarga Fasha, kini kedua gadis yang memiliki status sahabat tengah bersantai di kamar sang tuan rumah. Zarel bosan dengan ponsel ditangannya, kepala gadis itu berada di tepi ranjang.
Brak
Refleks memejamkan matanya saat ponsel yang ia pegang tiba-tiba jatuh mengenai wajahnya. Fasha menertawakan Zarel yang kemudian bangkit dengan perasaan kesal.
"Duduk yang bener makanya." Fasha geleng-geleng kepala, kemudian sibuk kembali dengan buku didepan.
Zarel berubah tengkurap dengan menopang dagu, "Lo tumben nggak maksa-maksa gue pulang lagi sha?"
Fasha mengedikkan bahunya, tidak tahu saja kalau dia sudah menghubungi Nabil dan menyuruhnya untuk menjemput Zarel. "Buat apa? Tar juga kesini suami lo."
Zarel langsung menegakkan tubuhnya, "maksud lo?!"
"Jangan bilang kalau lo kasih tahu dia."
Belum sempat kalimatnya terjawab, pintu kamar sudah dibuka seseorang. "Kak, diluar ada yang nyariin kak Zarel," ujar Rion adik Fasha yang masih SMP.
"Iya Yon, lo masuk kamar lagi aja," balas Fasha lalu menatap Zarel dengan senyum tipis.
Menghampiri gadis itu, lalu menariknya untuk bangkit. "Bilang aja udah tidur sha."
"Ck, keras kepala. Dia nyariin lo tau nggak! Udah ah pulang sana, kasian anjir."
Zarel kemudian bangkit dengan lesu, "nggak asik lo, gue kan nggak marah beneran cuman ngerjain dikit aja."
Fasha menaruh paper bag yang berisi seragam Zarel, sebelum benar-benar pergi. "Jangan lupa baju gue kembaliin."
Berdecak kesal, "gue bakar sekalian," gumamnya yang hanya bisa ia denger sendiri.
Zarel sampai didepan rumah Fasha setelah berpamitan dengan keluarga gadis itu, hanya Mama nya karena kepala keluarga sedang ada tugas diluar kota. Fasha mengantar sampai depan pintu, kemudian masuk lagi setelah memastikan Zarel bersama Nabil.
Nabil merasa lega kala gadis yang dia cari sekarang benar-benar ada didepannya.
Grep
Zarel membeku saat Nabil memeluknya erat, bisa dia rasakan kalau Nabil benar-benar khawatir.
"Maaf."
"Gue keterlaluan ya."
"Maaf gue egois rel."
Nabil masih enggan melepaskan dekapannya. Zarel membalas, mengusap lembut punggung cowok itu yang terus menggumamkan kata maaf. Kalau seperti ini jadinya Zarel yang merasa bersalah.
"Motor lo kenapa?" Tanyanya, melihat body motor Nabil yang banyak baret.
Netranya beralih dengan daksa cowok itu, memperhatikan dari ujung rambut hingga ujung kaki. "Ini kenapa lagi?"
Nabil tak menjawab, sorot teduhnya tak sedikitpun lepas dari netra Zarel. Dia meringis pelan saat Zarel menggenggam tangan erat. Tangan yang tidak terbungkus apa-apa sempat bergesekan dengan aspal hingga meninggal bekas luka dengan darah yang merembes.
"Nggak papa, cuman keserempet terus jatuh deh."
Zarel melotot, keserempet? dan dia bilang cuman?

KAMU SEDANG MEMBACA
Azharel (On Going)
Teen FictionHarap follow sebelum baca ya! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! _____°°•°°_____ Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertama mereka. Tapi terkadang masih banyak mereka yang tidak beruntung. Sama seperti yang dialami Azharel Natashen. Tentang Zarel yang...