12. Menjauh

115 10 0
                                    


Selamat membaca


"Bukankah kelebihan manusia berbeda? Lantas, mengapa ibuku bersikap seolah nilai menentukan segalanya?"
_Reza Adinata


"Darimana saja kamu?"

Reza menulikan pendengarannya bersikap masa bodo, seolah tidak ada yang berbicara apapun padanya.

"Reza ibu mau bicara dengan kamu."

"Saya tidak pernah mengajarkan kamu bersikap tidak sopan."

Kalimat itu membawa tubuh nya berbalik, menaikkan sebelah alisnya. Menunggu kalimat selanjutnya yang akan terlontar.

"Coba kamu sedikit mencontoh adik kamu, dia rajin, berprestasi dan bisa diandalkan tidak berandal seperti kamu yang hanya bisa membangkang. Reputasi nya bahkan bisa jatuh kalau mereka tahu Hasla memiliki kakak seperti kamu."

Sudah diduga kalimat itu akan terlontar lagi, Reza muak lelaki itu tidak pernah suka dibandingkan. Saat Karin hendak berucap kembali, kalimatnya terpotong dengan sahutan sang anak.

"Trus? Apalagi? Mau bilang kalau dia pintar sementara gue nggak? Mau bilang kalau nggak ada yang bisa dibanggakan dari gue? Basi." Reza berbicara dengan wajah yang sudah muak. Tidak peduli jika ibunya akan marah, setidaknya kekesalan nya sedikit berkurang sekarang.

"Berani kamu memotong ucapan saya?"

Hasla, adik satu-satunya yang ia miliki memunculkan diri di hadapan Karin. "Udah bu, bang Reza baru pulang mending ibu temenin aku belajar."

Karin menatap Hasla, "ini udah larut sayang, nanti lagi aja ya?" ucap Karin yang terdengar lembut sangat berbeda jika berbicara dengan putra sulungnya

"Kamu lihat? Betapa ingin adik kamu belajar supaya bisa membanggakan ibu. Andai kamu seperti ini ibu juga nggak akan kayak gini sama kamu."

Hasla menggigit bibirnya takut, sial seperti nya kalimat yang ia lontarkan salah dan malah berakibat fatal. Hasla menatap Reza yang sudah menyuguhkan tatapan tidak suka padanya.

Bukan ini yang dia inginkan, bukan permusuhan antara saudara. Hasla ingin jika suatu saat nanti Reza akan menyayanginya layaknya seorang kakak tapi harapan nya tanpa sadar selalu pupus oleh ulah ibunya sendiri.

"Berhenti bandingin gue sama dia!" Nada bicara Reza naik satu oktaf.
Rasa bencinya kian bertambah.

"Mama tidak pernah mengajarkan kamu menjadi pembangkang."

"Ya karena Lo nggak pernah ngajarin gue apa-apa. Karena terlalu sibuk bandingin kemampuan anak yang udah jelas beda. Lo terlalu sibuk ngulik kekurangan gue sampai nggak sadar kalau setiap manusia punya kelebihannya masing-masing."

Untuk pertama kali Karin diam, bukan karena merasa bersalah tapi justru wanita itu berusaha mengubur emosi yang meluap.

Tidak peduli lagi, cowok itu melanjutkan langkahnya menuju kamar. Sama sekali tidak merespon panggilan Karin yang terdengar semakin marah. Slalu hal ini yang menjadi permasalahan keluarga mereka, Karin terlalu terobsesi dengan popularitas. Baginya, nilai di atas segalanya.

_____°°°_____

Udara malam yang terasa dingin tidak sama sekali membuat gadis itu beranjak. Ia suka saat langit sudah menampakkan keindahan versi nya sendiri.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang