35.

65 2 0
                                    

Selamat membaca


Author POV


Sinar matahari pagi menerobos lewat celah gorden kamar. Silaunya membuat Zarel terusik untuk bangun, matanya menyipit demi menyesuaikan cahaya yang masuk pada pupil matanya. Ia ingin beranjak, namun sadar satu hal, Zarel menjauhkan tangan Nabil yang semula melingkar di pinggangnya dengan perlahan. Tidur lelaki itu begitu pulas, seolah cahaya pagi maupun pergerakan Zarel sama sekali tidak mengganggunya.

Zarel menyibak selimut bagiannya, kemudian membuka gorden kamar. Ia melirik Nabil, ia pikir biar Nabil dibangunkan saat sarapan sudah siap. Di anak tangga yang ia pijak, dia mencepol asal rambutnya. Dirinya membuka setiap ruang di dapur. Ia akan memasak seadanya. Baru saja mengiris bawang, ketukan pintu utama rumah terdengar.

"Sebentar," seru Zarel sembari berjalan. Meninggalkan sejenak pekerjaannya.

"Mama?" beo gadis itu. Pagi-pagi begini mama Gisel sudah ada dihadapannya.

Dengan senyum mengembang, ia menyapa menantu satu-satunya, "Hai sayang, gimana kabar kamu?"

"Baik, masuk dulu ma." Zarel membuka pintu lebih lebar untuk mertuanya. Kemudian menyusul setelah pintu tersebut ia tutup kembali.

Gisel dipersilahkan duduk di sofa ruang tamu, "Nabil nya mana? Masih tidur dia?"

Zarel mengangguk, "Aku panggilin dulu kalau gitu."

Zarel batal melangkah karena mama Gisel berucap, "Nggak usah dibangunin, nanti aja."

"Oh ya, kamu udah makan?" tanya mama Gisel dibalas gelengan kecil darinya.

"Baru mau masak ini ma," ucapnya.

Mama Gisel bangkit dan menghampiri sang menantu, "Mama mau bantu dong, udah lama nggak bikinin Nabil makan," ucapnya semangat.

Bagi seorang ibu seperti Gisel ada saat dimana ia merindukan sang anak, apalagi Gisel hanya punya anak tunggal yaitu Nabil. Tidak terbayang bagaimana sepinya yang dirasa ibu itu.

Gisel menceritakan bahwa Arya sudah berangkat ke kantor sejak pagi sekali. Meskipun sudah berusia, pria paruh baya itu masih tetap aktif di perusahaannya. Makanya, dia akan disini sampai sore nanti.

Selagi memasak, Gisel asik berceloteh, menceritakan tentang Nabil. Entah itu kesukaan, hal yang tidak disukai Nabil atau masa kecil lelaki itu. Sebenarnya Zarel sendiri sudah tahu, tapi tetap mendengarkan dan sesekali menimpali ucapan Gisel. Rasanya seperti memasak dengan mama sendiri, meskipun dia tidak pernah merasakannya tapi terkaannya begitu.

"Bentar lagi siap nih, kamu panggilin Nabil gih," pinta mama Gisel yang langsung dituruti Zarel.

Baru saja Zarel berbalik, ternyata Nabil sudah ada disana. Memandang keduanya dengan alis mengerut. Muka bantalnya terlihat lucu, rambutnya berantakan hingga beberapa helai menutupi kening. Mama Gisel yang menyadari kehadiran sang anak, langsung menghampiri.

"Ih, udah bangun kamu, mama ikut sarapan disini nggak papa ya? Papa kamu udah berangkat, sepi tau rumah," ucap Gisel sembari menyambut tangan Nabil yang menyaliminya.

Nabil tentu tidak keberatan. Meja makan sudah penuh, Zarel meletakkan nampan terakhir dan menarik kursi untuk ia duduki.

"Ambilin," pinta Nabil kala netra mereka bertemu.

Gadis itu mendengus, namun tak ayal menuruti permintaan Nabil. Gisel senyum-senyum sendiri, lucu sekali menurutnya pasangan ini.

"Nabil kalau kerja suka lembur nggak rel?" tanya Gisel di sela-sela makannya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 06 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang