21. Luka yang tak sebanding

90 7 0
                                    

Selamat membaca


Author POV

"Bi Sariii."

Zarel berlari kecil, menghampiri dengan antusias orang yang sudah ia anggap pengganti mamanya. Memeluk singkat sebagai tanda bahwa ia merindukan sosok ini.

"Zarel kangen sama bibii," adunya.

Bi Sari hanya tersenyum sedikit dengan tawa renyah. Mengusap surai Zarel lembut. "Bibi juga kangen sama non."

"Ngobrolnya di dalem aja non, kasian den Nabil kalau berdiri terus."

Zarel mengangguk antusias, "kak Daniel ada bi?"

"Di dalem non."

Zarel mempercepat langkahnya. "Kak Daniel!" Teriaknya tak tahu tempat.

Zarel meringis saat tatapan tajam menghunusnya telak. Darren berlalu begitu saja tanpa menyambut kedatangan putrinya, sangat jauh berbeda dengan Daniel. Laki-laki itu menampakkan senyum sumringah, sedikit menghiburnya. "Ck, Dateng nggak bilang-bilang."

Dia mengerutkan bibirnya, mendongak menatap Daniel yang lebih tinggi darinya. "Kangen.." adunya.

Terkekeh gemas, Daniel semakin merapatkan wajah Zarel hingga bersembunyi dibalik dada bidang. Sebelum tersadar masih ada Nabil disana.

"Udah ah, nanti suami lo jealous lagi."

Zarel mendengus, "ck, nggak akan kali."

Zarel berkunjung kerumahnya bukan semata-mata berkunjung biasa, melainkan untuk membawa buku Fasha yang sempat ia pinjam. Gadis itu memintanya segera. Semoga saja masih ada, kalau tidak bisa diamuk dia. "Gue ke atas dulu ya kak. Ambil barang."

Setelah Zarel benar-benar menghilang dari pandangannya, Daniel menoleh. "Kenapa? Ada yang aneh?" tanyanya lantaran melihat Nabil yang seperti ingin mengatakan sesuatu.

"Cuman mau tanya, apa Zarel sering konsumsi obat tidur?"

Kerutan tipis tampak jelas di dahi Daniel, "gue nggak tau."

Sudah ia duga, pasti gadis itu diam-diam mengkonsumsi nya sendiri. Nabil hanya takut kalau Zarel mengkonsumsi obat tersebut dengan dosis yang tak wajar, belajar dari semalam. Melihat Zarel yang hampir menelan tiga pil obat sekaligus, dia sedikit takut. "Semalem dia mimpi buruk, kebangun dan kayaknya nggak bisa tidur lagi. Hampir nelen tiga butir obat sekaligus."

Daniel kaget. Dia tidak tau kalau Zarel sudah tergantung dengan obat-obatan itu. "Tiga sekaligus?"

Dan Nabil mengangguk, "untungnya gue keburu rebut tuh obat."

"Zarel nggak pernah cerita apa-apa sama gue," ucap Daniel. Dia mulai khawatir, apa yang dikatakan Nabil tak pernah terpikirkan olehnya.

"Bukan mimpi biasa, gue nggak tau persisnya tapi dia .. ketakutan banget waktu itu," beritahu Nabil lagi.

Daniel kembali merebahkan tubuhnya, diikuti Nabil yang memilih duduk. Dia mencoba menerawang, memikirkan apa yang terjadi pada adiknya. Belum sempat percakapan mereka berlanjut, Zarel sudah lebih dulu selesai dengan urusannya.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang