17. Mine?

110 6 0
                                    

Absen dong, baca ini jamber?

Tau dari mana lapak aku?

Tinggalkan jejak🐾🐾

Semoga membaca


Author POV

Rumah sakit di depan pintu bertuliskan ruang nomor 1023 tampak ramai dengan ocehan orang yang katanya ingin menjenguk. Zarel yang baru saja keluar dari ruangan menatap temannya yang masih sibuk dengan berceloteh ringan.

Netra coklat terang Zarel berpapasan dengan Bella, sejenak Zarel mengisyaratkan Bella untuk mendekat. Gadis itu menurut kemudian beranjak menghampiri.

"Ada apa?" tanya Bella, saat Zarel sudah membawanya sedikit menjauh.

"Emm, soal perjodohan gue.... Lo ada bicara sama Arkan?" ucap Zarel tampak gelisah.

Bella melirik sejenak sekumpulan lelaki yang masih berkumpul entah membicarakan apa. Ada satu mata yang menatap mereka, ah lebih tepatnya menatap Zarel, Reyhan. Dia mengalihkan pandangannya saat bertemu dengan Bella.

"Iya," jawab Bella singkat.

"Lo tenang aja dia nggak akan ember kok,?" Bella mengelus pundak Zarel singkat, seolah meyakinkan kalau ketakutannya tidak akan terjadi.

Zarel menghembuskan nafas yang terasa tercekat, pikirannya banyak akhir-akhir ini. "Gue mohon bilang, jangan kasih tau Reyhan sama yang lain ya."

Bella mengangguk. Zarel melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

"Bella, gue pulang duluan ya. Kak Daniel kayaknya sebentar lagi jemput."

Zarel beralih menatap temannya yang lain, berpamitan kepada mereka. Lalu langkahnya terayun menjauhi area rumah sakit. Dia tidak sempat berpamitan dengan Tante Disa.

Saat sudah di depan rumah sakit, Zarel celingukan mencari Daniel. Satu jam lalu ia sudah menghubungi laki-laki itu untuk menjemputnya dan tentu saja langsung disanggupi. Tapi kini, Daniel tidak bisa dihubungi, nomornya pun tidak aktif saat Zarel sudah berapa kali mencoba menghubunginya.

"Aduh kak Daniel mana sih, katanya mau jemput."

"Ni juga orang-orang kenapa sih, liatinnya gitu banget."

Zarel risih, tentu. Rata-rata orang yang melewati nya, menatap penuh arti. Sampai sepasang tangan melilit kan jaket di pinggangnya. Ia terkejut, tapi lebih terkejut lagi saat melihat siapa yang datang.

Baru beberapa kali bertemu, namun Zarel sudah sangat hapal wajah ini.

"Lo tembus," ucap orang itu saat sudah selesai mengikatkan jaket.

Zarel menatap dengan wajah terkejut, ia malu. Anjir ditaro dimana muka guee, tolong bumi hanguskan gue sekarang!!!

"Banyak nggak?" tanya Zarel sedikit meringis.

"Lumayan."

Dalam hatinya, Zarel merutuki dirinya yang lupa dengan jadwal menstruasi. Menatal Nabil yang masih menampakkan ekspresi datar dengan kesal.

"Kenapa masih disini?" tanya Zarel menatap wajah datar itu yang masih berdiri di sampingnya.

Melirik Zarel sekilas lalu mengalihkan kembali atensinya pada yang lain, "gue di suruh Daniel buat gantiin jemput lo, sekalian mama pengen ketemu."

Zarel menghembuskan nafasnya, tidak bisakah laki-laki ini melihatnya saat berbicara? Apakah Zarel sejelek itu sampai menatap pun sepertinya dia enggan.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang