Selamat Membaca
•
•
•Autjor POV
"Bella nggak sekolah lagi?"
"Udah empat hari nggak ada kabar dari dia."
"Terakhir ngabarin sih yang ibunya drop lagi."
Hazel beralih menopang dagu dengan satu tangan lain yang mengaduk-aduk makanan, selera makannya mendadak hilang. Tak jauh beda dengan Hazel kedua temannya pun melakukan hal yang sama, bedanya dengan Fasha yang masih menyuapkan sedikit saja makanan yang ia pesan.
Kabar mengenai Bella empat hari lalu mampu membuat sahabatnya kehilangan semangat untuk beraktivitas. Ditambah sudah selama itu pula gadis itu sulit dihubungi, saat dikunjungi pun dia tidak ada di rumah.
"Setiap ditanya dia selalu menghindar, sebenarnya ada apa sih?" Lontaran kalimat tanya keluar dari bibir mungil Hazel.
Zarel tidak tahu, juga dengan Fasha. "Kenapa nggak kita tanya Arkan aja," usul Zarel, yang bodohnya baru terpikir sekarang.
"Iya ya? Kenapa nggak dari dulu sih," kesal Fasha.
"Aduh, setelah empat hari yang lalu dan kita baru nyadar sekarang?!" Heboh Hazel. Mereka merutuki kebodohan masing-masing, tapi juga tersenyum cerah merasa masalah sudah terpecahkan.
"Gue ada liat Arkan tadi di perpustakaan, sekarang nggak tahu deh dimana," Zarel memberitahu.
Hazel menyisir sekitar kantin dan tidak menemukan satupun dari keempat lelaki yang biasanya bersama.
Keningnya mengerut, tak lama kemudian menunjuk dengan wajah antusias. "Arkan!"
Yang merasa dipanggil menoleh dengan kening mengerut. Bukan hanya dia, melainkan temannya yang lain pun sama.
"Kenapa cantik?"
"Nyaut ae lo buaya." Ditengah makannya Fasha menyempatkan berkomentar.
"Gue nggak ngomong sama lo ya," sementara atensi Hazel teralihkan pada Damian yang tiba-tiba menyahut dan mendekat. "Lo punya kabar dari Bella nggak?"
Arkan mengangguk, sedetik kemudian berucap sebelum Hazel buka suara lagi. "Secret."
"Loh, Bella? Kenapa emang sama dia?" Sean menyeruput asal es teh didepannya, ditelannya buliran cairan tersebut hingga tenggorokan yang semula kering kini terasa segar.
"Punya gue itu," pekik Zarel terlambat.
Sean nyengir. "Hehe, minta dikit rel."
"Minta sih minta, tapi nggak usah pakai sedotan bekas gue kan bisa?!"
Sean kalut yang sebenarnya dibuat-buat, tapi dalam hati bersorak kecil. "Aduh, sorry-sorry. Gimana dong gue kan nggak tahu, tanggung jawab deh gue. Lo mau gue apain rel, pacarin? nikahin langsung juga gue jabanin deh."
Reyhan langsung menoleh saat itu juga. Obrolan Sean yang melantur mendapat gelengan heran dari Zarel. Dia tahu itu hanya candaan.
Fasha bergidik. "Dih serem, bawa-bawa nikah."
Sebenarnya yang ada dipikiran gadis itu adalah bayangan Nabil.
"Ck, ngelantur lo Se," gumam Reyhan yang masih bisa di dengar Sean.
Gue serius, Reyhan. Mungkin saja Reyhan tidak menyadari gerak-gerik Sean yang makin hari suka merecoki gadis yang menjadi cinta pertamanya itu.
"Diem dulu deh, gue lagi introgasi nih cowok. Capek banget nggak jawab apa-apa dari tadi," keluh Hazel menghentikan obrolan kecil orang yang ada disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Azharel (On Going)
Teen FictionHarap follow sebelum baca ya! PLAGIAT DILARANG MENDEKAT!! _____°°•°°_____ Bagi anak perempuan, ayah adalah cinta pertama mereka. Tapi terkadang masih banyak mereka yang tidak beruntung. Sama seperti yang dialami Azharel Natashen. Tentang Zarel yang...