29. Masalah wanita

63 2 0
                                    

Udah chapter 29 aja nih, nggak kerasa sih. Tapi hm, votenya masih dikit hehe.

Mohon bantuan vote dan komennya ya! JANGAN LUPA!

Dan lagi, berhubung aku pemula. Tolong kalian komen kalau ada kata yang salah atau kurang tepat atau yang nggak sesuai sama KBBI. Mohon bantuannya ya!

Selamat membaca


Author POV

"Zarel, kamu ini kenapa ya? Kok ibu perhatiin akhir-akhir ini sering terlambat. Kali ini, apalagi alasan kamu?"

Zarel hanya bisa menunduk, ia malu ditatap oleh teman sekelasnya. Ditambah yang mengajar pada mapel pertama Bu Kankan, sungguh menambah kesialannya hari ini.

"Macet Bu," cicitnya pelan.

Guru itu menggeleng heran, "Ibu sudah bosen dengan alasan kamu yang itu. Sekarang, pergi ke perpustakaan dan bersihkan tempat itu! Tidak ada bantahan!"

Sebelum melaksanakan hukuman dari Bu Kankan, gadis itu lebih dulu menaruh tasnya di meja.

"Jadwal kuliah Nabil pagi banget, nggak bisa nganter gue," bisiknya mengerti gelagat Fasha.

Gadis itu hanya ber-oh ria sembari menggerakkan bibirnya 'semangat', itu yang dapat Zarel lihat.

Memang benar, jika ada hari tertentu dimana Nabil tidak bisa mengantarnya. Seperti hari ini dan hari-hari sebelumnya, cowok itu sangat sibuk. Makanya, Zarel harus bisa berangkat pagi meski hanya menaiki angkutan umum. Jarak dari rumahnya yang sekarang cukup jauh, sudah pernah di jelaskan kan?

Sesuai arahan, gadis itu membersihkan perpustakaan yang sepi karena jam belajar sedang berlangsung, ia sedikit bernafas lega karena tidak melaksanakan hukuman saat jam istirahat. Sayang sekali kalau waktu makan siang harus terbuang sia-sia, kalau belajar sih tidak apa-apa, toh Zarel juga terkadang bosan berada di kelas.

"Kenapa dah hari ini berantakan banget?" Gerutunya sembari memunguti buku yang berserakan di meja, menaruh kembali ke tempatnya.

Di tengah kegiatanmya, perutnya tiba-tiba tidak bisa di ajak kompromi. Dia lapar, keburu-buruan gadis itu tadi pagi membuatnya lupa akan sarapan.

"Ke kantin bentar boleh nggak sih?" Monolognya, memperhatikan sekitar. Tidak ada siapapun disana, kebetulan sekali penjaga perpustakaan baru saja keluar tadi, entah urusan apa.

"Loh rel, ngapain?"

Zarel terkesiap, tiba-tiba saja wajah Sean muncul di hadapannya. "Ngagetin."

Sean mengedikkan bahu acuh, lagipula ia tidak bermaksud. "Ngapain lo jam pelajaran malah disini?"

"Dihukum," balasnya.

"Woy, ni perpus apa kuburan sih, sepi amat," teriakan tersebut membuat Sean mendengus, rupanya dia tidak datang sendiri.

"Jangan berisik," sahut Sean.

Kemudian cowok lain mendekat. Reza yang baru saja datang dengan setumpuk buku paket di tangannya mendekat dan menaruh asal buku tersebut di meja yang ada di dekatnya.

"Wih, pagi-pagi udah rajin gini. Emang istri idaman nih," kekeh Reza.

"Mau pada balikin buku? Gue aja ntar yang kasih tahu pak Gala, udah hus, kalian keluar," usir Zarel.

"Yeh, padahal Sean mau bantuin," ucap Reza, melirik ke arah cowok disampingnya.

Dia hanya bercanda, seperti biasa. Tapi ternyata cowok bernama Sean sepertinya memang berniat membantu, terbukti dari anggukan yang Sean tunjukkan.

Azharel (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang