Part 33

58 9 0
                                    

Suasana begitu tegang di dalam ruang tamu rumah bernuansa putih gold.

Wanita berhijab usia 24 tahun menatap tajam seorang pria yang tidak terlihat muda yang berada di hadapannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Wanita berhijab usia 24 tahun menatap tajam seorang pria yang tidak terlihat muda yang berada di hadapannya itu. Sedangkan pria tersebut menatap putri kesayangannya dengan tatapan sendu.

"Saya menemui anda karena permintaan ibu saya. Jangan terlalu berharap dengan pertemuan ini dan saya harap setelah ini, anda jangan pernah menginjakkan kaki ke rumah ini!," Tegas Amira.

"Begitu kecewanya kamu sama ayah, nak?," tanya Pak Umar.

"Siapa yang tidak kecewa ketika seorang anak perempuan ditinggal oleh cinta pertamanya dan tidak ditemui selama 16 tahun lamanya?," sindir Amira.

Begitu tenangnya Amira berhadapat dengan ayah tetapi tidak dengan hatinya. Hatinya begitu teriris melihat orang yang sudah lama meninggalkannya, sekarang kembali di hadapannya.

"Ayah gak bermaksud untuk tinggalin Amira dan ibu. Ayah terpaksa nak. Ayah terpaksa karena keadaan yang mendesak," jelas Pak Umar.

"Hal apa yang membuat anda mendesak tuan Umar, sehingga anda melantarkan anak dan istri anda. Oh tidak mantan istri anda?,"

Pak Umar terdiam sejenak mempersiapkan diri untuk menjelaskan semua yang terjadi pada Amira. Kemana Bu Kim dan Bu Aisyah?

Mereka berada di butik, Bu Aisyah sengaja mengajak Bu Kim agar Amira dan ayahnya bisa mendapatkan waktu berbicara cukup lama. Sebab ini bukan masalah dia lagi, tetapi masalah anak dan ayah. Bu Aisyah percaya dengan Amira, ia cukup dewasa menyikapi masalahnya.

"Ayah minta maaf Amira. Ayah terpaksa karena nenekmu," pengakuan Pak Umar.

Nenek? Batin Amira.

"Ketika itu 24 tahun yang lalu,"

Seorang pria muda berpakaian koko putih dengan usia 28 tahun duduk tertunduk di sebuah rumah dalam pesantren.

"Berani-beraninya kamu membantah yang ibu katakan Umar," Amarah seorang wanita paruh baya, usia 48 tahun.

"Maafin Umar Bu! Umar sangat mencintainya. Umar gak mau dijodohkan sama anaknya Kyai Taufik. Tolong bu, terima dia!," pinta Umar.

"Sampai kapanpun ibu gak merestui pernikahan kalian. Berani-beraninya kamu menikah tanpa restu ibu, Umar. Kamu pikir ibu ini siapa?," Amarah Bu Fatimah.

"Maafin Umar bu! Umar terpaksa karena Umar gak mau dijodohkan dan Umar juga mencinta dia. Dia sangat baik hati, dia jugaa sudah menjadi muallaf bu," Umar bersipuh di hadapan ibunya yang sedang duduk.

"Kamu tidak memikirkan keluarganya? Apa keluarganya menerima? Kamu tau bebet, bibit, bobotnya? ibu gak mau punya menantu asal-asalan. Dia harus punya ilmu agama yang selaras denganmu. Kamu seorang anak pemilik pesantren. Kamu adalah penerus abah, kalo tidak ada kamu siapa yang akan menjadi pemimpin pesantren?" ucap Bu Fatimah.

Fairy of Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang