Chapter 10 - Titip Kado

34 13 0
                                    


Reihan masih punya hati nurani untuk tidak langsung meninggalkan gadis yang tadi ia tolong. Jadi sebelum pergi, ia ingin memastikan keadaan gadis itu.

"Lo gak apa-apa? Baik-baik aja, kan? Ada yang luka gak?"

Gadis itu menggeleng. Wajahnya masih tertutup rambut panjangnya. Seperti kehabisan energi, gadis itu langsung terduduk di tanah. Ada air mata yang mengalir di pipinya. Padahal ia sudah berusaha untuk menahannya semenjak tadi. Bahkan ia sempat tersenyum saat Reihan mengatakan tentang Planet Mars. Namun, pertahanannya runtuh. Sudah lama sekali ia tidak mendengar ada orang yang memastikan kalau ia baik-baik saja dan Reihan melakukannya barusan.

"Eh, bentar. Tunggu bentar disini. Gue beli minum sama tisu di seberang. Lima menit, ok. Tunggu, ya!"

Reihan berlari ke minimarket yang ada di seberang rental komputer. Tidak lama kemudian, ia sudah datang lagi sambil menenteng plastik berwarna putih yang berisi air minum serta yang lainnya.

Reihan memberikan plastik itu pada gadis yang masih terduduk di tanah. "Ada air mineral, tisu, biskuit, coklat, susu sama roti. Ini buat lo. Sori gak bisa milih, tadi ngambil yang deket meja kasir aja biar gak lama."

Gadis itu menerimanya. "Makasih, ya." Ada isak tangis yang masih terdengar.

Reihan melihat arloji di tangan kirinya. "Ada yang bisa gue bantu lagi gak? Soalnya gue ada kelas bentar lagi."

Gadis itu menggeleng lagi. Ia menyeka air mata dengan tisu yang Reihan berikan. Belum berani menatap Reihan secara langsung karena menurutnya keadaan ia saat ini sangat menyedihkan.

"Gak apa-apa, gue udah gak apa-apa, kok. Makasih, ya, sekali lagi."

"Sama-sama. Gue cabut duluan, soalnya dosennya killer."

Sebelum pergi, Reihan teringat sesuatu. "Nama gue Reihan Sagara, anak Teknik Sipil. Cari aja gue kalau lo nanti perlu rekaman tentang kejadian tadi."

***

Jayden
Balik dari kampus ke apartemen gue dong. Perbaikan gizi dulu sini. Dami bawa makanan banyak.

Reihan Sagara
Siap 86. Perut gue siap menampung.


Reihan langsung meluncur setelah mendapat pesan dari Jayden. Hari ini ia sendirian di rumah karena setelah Reihan lulus SMA, Mamah dan Papah jadi sering berkunjung ke Lembang untuk mengurus kebun yang mereka punya. Rere juga memilih untuk ikut kesana.

Dari teman-teman sekolahnya, hanya Jayden dan Gea yang sekampus. Kayli, Oya dan Chaka ada di salah satu kampus swasta lainnya di Jakarta. Tera, Juna, Chandra dan Marvel memilih untuk kuliah di Bandung.

Bundami sering mengirim masakan ke apartemen Jayden. Setidaknya seminggu sekali. Mengingat Jayden punya riwayat perut yang rewel. Namun, kadang Jayden merasa kalau Dami terlalu berlebihan. Apa bedanya hidup terpisah di apartemen tapi masih diawasi seperti anak TK.

Saat hendak menyalakan motornya, ada seseorang yang menghampiri Reihan. Edo, teman sekelasnya datang dengan berlari. Nafasnya masih terengah-engah karena takut Reihan akan pulang.

"Han, ini ada yang nitip kado buat lo." Edo memberikan paper bag yang bertuliskan salah satu merk mewah.

"Kado apaan? Ulang tahun gue masih lama juga." Reihan menjawab heran sambil memakai helmnya.

"Kado apa, kek. Emangnya cuma pas ulang tahun doang boleh ngasih kado?"

"Dari siapa? Lo balikin, gih, bilang aja gue gak mau."

Au Revoir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang