Chapter 21 - Hanya Rabun

21 10 2
                                    

Sebelum berangkat ke kampusnya, Reihan seperti biasa selalu menjemput Jessi terlebih dahulu untuk berangkat bersama. Reihan semakin menyukai kebersamaan dengan Jessi. Ia rasa Jessi pun demikian.

Bagi Reihan, Jessi adalah perempuan yang  too easy to handle. Diajak makan di restoran mahal bisa, tetapi diajak di kali lima juga ia bisa terima. Saat Reihan tidak bisa mengantar atau menjemput, Jessi tidak keberatan jika ia harus naik kendaraan umum. Jika lama membalas pesan, itu memang kebiasaan Jessi, karena Jessi malas mengisi ulang daya ponselnya. Jadi, ya sudah, tidak usah dibuat pusing. Semua hal bisa dicari langsung solusinya, bukan berlarut-larut dalam masalah yang menguras energi. Mereka sama-sama sadar, ada perkara yang lebih besar antara mereka berdua.

Reihan adalah saksi bagaimana naik turunnya hubungan antara Gea dan Tera. Tentang Gea yang marah-marah hanya karena Tera lambat membalas pesannya. Tentang Tera yang cemburu jika ada lelaki yang berkomentar di postingan sosial media Gea. Reihan dan Jessi tidak pernah mengalaminya. Mereka tidak pernah bertengkar untuk hal-hal yang seperti itu.

Reihan membunyikan klakson di depan pintu pagar rumah Jessi. Jessi langsung menyambut Reihan dengan senyuman manisnya. "Maaf, ya, semalam aku ketiduran. Kamu lama gak dimarahinnya?"

"Lumayan lah, bisa bikin aku jadi susah tidur."

"Serius? Emang papi bilang apa aja?"

"Rahasia," cibir Reihan sambil memakaikan helm pada Jessi.

"Beneran papi marah?"

"Gak, aku kan anak baik. Gak ada acara dimarahin, kok."

Jessi lega mendengarnya. Ia lalu naik ke atas motor dan memeluk Reihan dari belakang. Ya, Tuhan, aku sayang sekali pada lelaki ini. Boleh, ya, aku barengan terus sama dia? pinta Jessi dalam hatinya.

***

Jessi dan Reihan sudah sampai di kampus. Reihan terlebih dahulu mengantar Jessi ke fakultasnya. Saat Jessi turun dari motor, notifikasi ponsel Reihan berbunyi secara beruntun. Tentu saja, ini notifikasi pesan dari grup Huru Hara Sehari-hari.

"Jess, kamu mau ikut gak?" tanya Reihan yang masih memegang ponsel di tangan kanannya. Ia membaca satu per satu pesan yang ada di sana.

"Ke mana?"

"Ke apartemen Gea, pacarnya lagi ulang tahun. Ngumpul rame-rame sama yang lain, tapi santai aja acaranya."

"Kapan emangnya?"

"Hari Minggu jam sembilan, soalnya siang Tera langsung balik ke Bandung."

"Minggu, ya? Aku pengen, sih, tapi aku harus ibadah." Jessi memilin-milin ujung blus berwarna ungu yang dipakainya hari ini. Ada gelisah yang sedang ia coba sembunyikan.

Reihan, sumpah lo tolol banget, gumam Reihan dalam hati. "Oh, iya. Kapan-kapan lagi aja ngumpulnya. Jangan bolos ibadah, kan seminggu sekali."

"Iya, ya, malu kalau bolos. Kamu aja yang sehari lima kali gak pernah bolos, ya?"

Reihan terkekeh mendengar ucapan Jessi dan mengusap pelan puncak kepala Jessi. Lalu ia pamit dan melajukan motor ke fakultasnya sendiri.

Kata Reihan, terkadang ia memang perlu menertawakan masalah yang dihadapi. Bukan karena tidak serius menyelesaikannya. Hanya saja, ia terlalu takut untuk bertemu dengan ujung kenyataan yang sudah jelas terlihat.

***

Di ponsel Reihan terdapat penanda yang tercatat. Tiga bulan bersama Jessi, hanya tinggal dua hari lagi. Ternyata sudah lumayan lamanya kisah kasih ini dirajut bersama Jessi. Perasaan Reihan masih sama. Ia suka pada senyuman Jessi yang manis. Pada mata yang menatapnya dengan hangat. Pada peluk yang menenangkannya dengan erat.

Begitu pun dengan Jessi. Bersama Reihan, setiap hari selalu ada hal yang membuatnya bersemangat. Pesan-pesan yang Reihan kirimkan, hadiah yang Reihan berikan, juga perhatian yang Reihan tunjukkan. Namun, setelah semua cukup sudah terpenuhi, rasa serakah mulai menyambut. Ada rasa ingin memiliki yang lebih.

Tidak setiap hari Minggu Gea mengajak teman-teman berkumpul di apartemen miliknya. Kebetulan saja hari ini Tera ulang tahun dan Gea ingin merayakannya.

Tera secara khusus datang dari Bandung bersama Juna karena Marvel dan Hagi sedang ada jadwal lain. Oya dan Kayli sudah diangkat menjadi panitia untuk acara ulang tahun ini. Chaka dan Jayden pun ikut bergabung setelah diancam akan di-kick dari grup kalau tidak bisa datang. Menurut Gea, alasan mereka berdua kurang kuat untuk bisa dimaklumi untuk tidak bisa datang ke acara ulang tahun Tera. Reihan akan hadir ke apartemen Gea, sendirian.

Acaranya dimulai dengan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun yang sangat kacau. Oya bersikeras ingin menyanyi lagu ulang tahun dalam bahasa Korea, karena ia ingin merekam dan mengunggahnya ke sosial media. Ide yang terpaksa harus disetujui oleh Gea sebagai ucapan terima kasih karena Oya bersedia membantunya membuat dekorasi di apartemennya.

"Yang bener, dong, nyanyinya. Mau gue upload, nih." Oya melihat hasil rekaman kedua yang menurutnya masih belum memadai.

"Bisa gak, sih, gak usah ribet?" Jayden melayangkan protes kepada Oya.

"Gak bisa. Lo harus nurut, atau ntar pas lo ulang tahun, kita gak bakalan rayain kaya gini."

Nyali Jayden langsung ciut mendengar Oya bicara. Juna yang tadinya akan protes juga, langsung menutup mulutnya.

Acara menyanyi akhirnya selesai setelah diulang sampai tujuh kali. Setelah itu, Tera meniup lilin, memotong kue dan berfoto. Lalu memakan kue tart bersama-sama.

"Pacar lo gak ikut, Han?" Oya bertanya kepada Reihan. Sayang sekali karena selama ini Oya selalu tidak sempat bertemu dengan Jessi. Padahal ia ingin bertanya tentang skincare rutin yang dilakukan oleh Jessi. Menurutnya Jessi sangat cantik saat terlihat di foto dan testimoni dari Gea bahwa aslinya jauh lebih cantik saat bertemu langsung.

"Ini hari Minggu. Dia ibadah dulu lah ke gereja," jawab Reihan dengan santai.

Kue tart berwarna cokelat itu berhasil membuat Chaka hampir tersedak karena mendengar pengakuan Reihan. Selama ini -kecuali Gea dan Jayden- tidak ada yang tahu jika Reihan dan Jessi berbeda keyakinan.

Ada hening yang lama setelahnya. Ada tatap yang saling bertanya. Ada gelengan kepala yang menandakan ketidaktahuan. Gea dan Jayden hanya bisa menggedikkan dagu ke arah Reihan sebagai kode, silakan tanya saja langsung ke orangnya.

"Terus lo gimana, Han?" Juna benar-benar tidak habis pikir dengan Reihan. Bisa-bisanya ia nekat bersama orang yang sudah jelas berbeda dengannya.

"Mau gimana lagi? Gue sayang banget sama dia."

"Han, gue tau kita gak bisa memilih buat jatuh cinta ke siapa. Tapi asal lo tau, kita juga bisa mengendalikan untuk tidak jatuh terlalu dalam." Chaka mendadak serius.

"Jangan main-main, Han, sama hati perempuan. Inget, ya, lo punya Rere." Tera memperingatkan Reihan.

"Lo kalau mau main ke Dufan aja, Han. Kasian anak orang lo gituin." Kayli ikut bersuara karena merasa heran dengan keputusan Reihan.

"Gue gak lagi main-main, kok." Reihan melakukan pembelaan. Ia merasa tersudut karena semua mata sekarang tertuju padanya.

"Hati-hati aja kalau cinta udah bikin lo jadi buta. Bakal kesasar ntar lo berdua." Oya memberikan nasehat yang sama kepada Reihan.

Reihan tidak dibutakan oleh cinta. Mungkin saja sekarang ia sedang rabun.


Au Revoir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang