Reihan melajukan mobil ke arah apartemen Gea. Ia ingin mengembalikan mobil Gea. Walau ia tahu pasti Gea akan menginterogasinya, ia akan layani dengan senang hati. Suasana hatinya sedang menyenangkan. Sudah lama ia tidak begini.
Reihan sudah sampai di apartemen Gea dan segera naik ke unitnya. Reihan hapal betul dengan kebiasaan Gea yang suka menitip ini itu. Jadi, daripada dia kena semprot karena tidak membawa apa-apa saat bertemu, lebih baik dia berinisiatif terlebih dahulu. Ini juga sebagai bentuk terima kasih karena Gea berbaik hati meminjamkan mobil kepadanya. Jadi saat di jalan tadi Reihan mampir ke kedai pizza kesukaan Gea.
Reihan menelepon Gea. Tidak diangkat. Reihan mencoba sampai empat kali. Gea tidak biasanya begini, jadi Reihan khawatir. Reihan mencoba menelepon Tera. Belum juga Reihan memencet kontak Tera, ternyata Tera sudah meneleponnya duluan.
Bapak Negara is calling
"Han, lo dimana? Gue boleh minta tolong? Liatin Gea soalnya dia gak ngangkat telepon atau balas chat. Gue khawatir banget."
"Lah, gue di depan pintu apartemennya, Pak. Gue mau balikin mobilnya."
"Lo tau kode aksesnya? Tanggal gue jadian sama Gea."
"Nggak. Apa urgensinya gue harus hapal tanggal jadian orang lain. Berapa?"
Tera menyebutkan kode akses pintu apartemen Gea. Pintu terbuka dan Reihan masih bersama Tera di telepon.
"Switch ke video call aja, Han," perintah Tera.
Biasanya Gea akan ada di depan televisi untuk menonton drama korea atau musik video dari boygroup kesukaannya. Terkadang di dapur untuk memasak berbagai makanan yang dilihatnya dari internet, atau menggambar di buku sketsa yang selalu ia bawa. Gea tipikal tidak bisa diam, selalu ada yang dikerjakannya. Jadi saat diam, berarti dia sedang tidur atau sakit.
Reihan mengetuk pintu kamar Gea. Tidak ada jawaban meski ia sudah memanggil namanya dengan suara lantang.
"Buka aja pintunya, Han!" Tera masih cemas di seberang sana.
Reihan membuka pintu yang tidak dikunci itu. Benar saja, Gea sedang terbaring di kasur dengan posisi meringkuk. Wajahnya pucat, matanya sayu tidak semangat seperti biasa.
"Astaga, gue lupa. Ini hari pertama Gea kayanya. Han, tolong ke apotek bisa gak?"
"Iya, bentar. Gue suruh Gea makan dulu."
"Ge, bangun. Gue ada bawain pasta sama pizza. Lo makan dulu deh yang gue bawa. Kalau mau yang lain nanti gue beliin, sekalian ke apotek." Reihan memberikan ponselnya pada Gea. Di layarnya masih tersambung video call dengan Tera.
Gea membuka matanya. Lalu beringsut duduk, menerima ponsel yang Reihan berikan.
"Mas, maaf ponselku mati kayanya. Dari pagi sakit pinggangnya, gak bisa kemana-mana. Cuma tiduran aja."
"Mau makan apa? Nanti biar minta tolong Reihan yang beli. Pereda nyerinya masih ada?"
"Habis kayanya, Mas. Yang lain juga habis, lupa belum belanja."
"Kamu minum sama makan dulu, ya. Handphonenya kasih lagi ke Reihan."
Reihan yang dari tadi duduk disamping Gea menerima ponsel yang diberikan. Lalu, ia melanjutkan pembicaraan dengan Tera. Kemudian meninggalkan Gea yang sedang mengunyah pasta dengan sisa kesadaran yang ia punya.
Satu pop up pesan terlihat di ponselnya. Reihan sampai lupa mengabari Jessi. Reihan sampai menutup video call Tera agar segera bisa membalas pesan dari Jessi.
Jessica HI
Rei, udah sampai rumah? Macet ga?Reihan Sagara
Hei, belum di rumah. Mampir ke teman dulu bentar, ada perlu. Lagi apa nih?
Jessica HI
Lagi binge watch aja sih. Sori ya Papi tadi nyebelin.Reihan Sagara
Gak apa-apa. Masih boleh ke rumah kan?
Jessica HI
Boleh kok heheReihan Sagara
Yaudah lanjut aja nonton dulu, nanti kalau udah sampai rumah dikabarin
Jessica HI
Ok. Oh iya, thanks for today yaReihan Sagara
Sama-sama. Gue juga, makasih ya for todayJessica HI
Ok. You are welcome.Ada senyum yang tersungging di bibir Reihan. Sudah lama ia tidak merasa antusias menerima pesan dari seseorang. Semoga pertanda hatinya tidak salah. Pintunya seakan terbuka lebar dan mempersilakan Jessi masuk ke dalam sana.
Reihan pergi ke apotek di sekitar apartemen untuk membeli pesanan Tera. Bukan hal baru untuk Reihan, karena biasanya ia juga membeli ini untuk Rere saat in her period. Jadi yang bilang membeli pembalut bisa merendahkan wibawa laki-laki itu sebenarnya pemikiran dari mana?
Tidak lama Reihan masuk lagi ke unit apartemen Gea. Ternyata sudah ada Mami nya Gea disitu. Mungkin Maminya juga khawatir karena sejak pagi Gea tidak bisa dihubungi.
"Makasih,ya, Han. Kamu udah mau direpotkan sama Gea terus."
"Gak apa-apa, Tante, udah biasa. Saya emang udah tanda tangan kontrak buat jadi kacungnya Tera."
Gea melempar bantal ke arah Reihan. "Han, lo gak mau ngomong sesuatu gitu ke gue?"
"Makasih, Ge. Lo udah minjemin mobil. Udah gue parkir di tempat biasa. Kuncinya ada di dekat tv."
"Bukan itu. Maksud gue, gimana kencan lo sama Jessica?"
"Yang penting lo sehat aja dulu. Masih aja penasaran lagi sakit juga. Gue kira kalau lo sakit, jiwa keponya istirahat."
"Inget, ya, lo masih utang cerita sama gue."
Reihan pamit dari apartemen Gea. Ia melajukan motornya menerjang jalanan ibu kota. Semilir angin yang menerpa wajahnya bagai menyambut kebahagiaan baru untuk Reihan. Walaupun badannya lelah tapi hatinya terasa penuh. Seperti ada kebun bunga yang baru saja disiram dan dipupuk. Indah merekah dan menebarkan wangi bahagia pada pemiliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Au Revoir [END]
Teen FictionAu Revoir Blurb Reihan pernah merasakan sakitnya dikhianati. Jadi, dalam waktu yang lama ia enggan untuk membuka hati. Jessica tidak pernah tahu bahwa ada bentuk lain dari cinta, karena selama ini ia hidup dalam belenggu yang memenjara jiwanya. ...