Chapter 17 - Tidak Meleset

22 10 0
                                    

Bagi Reihan, bertemu dengan Jessi bisa membangkitkan getaran-getaran yang biasa dirasakannya saat menyukai seseorang. Dulu ada beberapa teman Gea yang sering bertitip salam padanya, malas ia tanggapi. Bahkan Naomi yang katanya dijuluki bidadari FEB saja sempat Reihan tolak.

Bersama dengan Jessi terasa menyenangkan. Memang pertemuan pertama mereka bukanlah awal yang baik. Namun, setelah meminta maaf dan meluruskan kesalahpahaman, mereka malah mendapat rasa nyaman dari satu sama lain.

Sedangkan Reihan bagi Jessi seperti permen yang di tengahnya terdapat lelehan. Selalu ada kejutan walau sudah terasa manis. Ada cinta dengan berbagai aksi nyata yang ia dapat dari Reihan. Perhatian-perhatian kecilnya, sikap ramahnya, keberaniannya, semuanya.

Reihan, Gea dan Jayden masih berada di kantin FEB. Jayden bahkan memesan lagi satu gelas es teh dan roti bakar karena mereka masih ingin berlama-lama duduk sambil mengobrol di sana.

Ada satu pesan masuk ke ponsel Reihan. Nama Jessi terpampang di layarnya.

Jessica Arabella
Hallo, Rei. Lagi dimana?

Reihan Sagara
Gue lagi bareng teman-teman
Di kantin FEB
Mau kesini gak?


Jessica Arabella
Maluuu ah

Reihan Sagara
Pakai baju renang ke kampus?


Jessica Arabella
YA GAK MUNGKIN LAH

Reihan Sagara
Ya udah gak usah malu
Gue jemput mau gak?
Udah beres kelasnya?


Jessica Arabella
Udah kok.
Boleh deh

Reihan Sagara
On my way


Reihan bangkit dari duduk dan mencari kunci motor di tasnya. "Gue jemput Jessi dulu. Mau gabung ke sini katanya."

"Kalau gue bongkar semua aib lo, dia masih suka gak sama lo?" Jayden menahan tawanya.

"Halah, aib apaan? Hidup gue mah mulus kaya pantat bayi." Reihan langsung mengendarai motornya.

Tidak sampai tiga menit Reihan sudah bertemu dengan Jessi yang menunggu di pelataran kelasnya. Jarak antar fakultas sebenarnya dekat, bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Namun, memang lebih cepat apabila memakai kendaraan. Anggaplah ini sebagai salah satu efforts yang harus Reihan lakukan saat mendekati orang yang disukainya.

Hari ini, Jessi memakai blouse putih dengan renda berwarna hitam. Celana biru yang ia kenakan menambah kesan serasi. Sederhana tapi manis. Semua yang ada di dalam diri Jessi terlihat manis bagi Reihan.

"Cantik kaya gini, kok, malu, sih?"

Cantik? Sudah lama Jessi tidak mendengar kata itu ditujukan untuknya. Pipinya bersemu merah secara alami karena hari ini Jessi hanya memakai cushion saja.

"Gimana, ya? Udah lama gak interaksi sama banyak orang. Kaya takut, terus gugup juga. Gimana, ya, jelasinnya?"

"Mereka asyik, kok. Nanti kalau udah ngerasa gak nyaman, chat gue aja. Gimana?"

"Coba dulu aja, deh."

***

Jayden dan Gea terlihat sedang tertawa di meja paling ujung kantin. Entah apa yang sedang mereka tertawakan. Keduanya langsung berhenti tertawa saat melihat Reihan dan Jessi menghampiri mereka.

"Suara ketawa lo, tuh, kedengaran sampai depan, Ge." Reihan mencoba memecahkan awkward moment yang tercipta saat dia dan Jessi datang.

"Maaf, remnya lagi blong. Kebawa sama Bapak Negara ke Bandung ya, Ge?" Jayden menunjuk-nunjuk Gea dengan sedotan.

Au Revoir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang