Chapter 22 - Lapangan Futsal

21 10 2
                                    

Hari Rabu adalah jadwal rutin Reihan bermain futsal. Jika tidak ada halangan, Reihan selalu menyempatkan diri untuk ke lapangan futsal. Terkadang saat lelah, ia tidak bermain. Ia hanya menjadi penonton yang bersorak melihat temannya yang lain.

"Malam ini aku main futsal, ya. Kamu jangan begadang, nanti kantung matamu punya kantung mata kaya Squidward," ucap Reihan kepada Jessi saat mengantarnya pulang ke rumah.

"Iya. Nanti kasih kabar kalau pas pulang, ya. Biar aku tau kamu pulang selamat ke rumah."

Setelah berpamitan, Reihan langsung pulang ke rumahnya. Waktu masih menunjukkan jam lima sore. Masih ada waktu sekitar tiga jam untuk berangkat ke lapangan. Layar di ponsel menunjukkan ada pesan masuk. Reihan segera membacanya.

Jayden
Nanti malam kemana?
Pasti pacaran ya?
Huh gini banget nasib jomlo. Udah mah gak ada cewek, ditinggal pula sama teman yang pacaran

Reihan Sagara
Sebagian prasangka adalah dosa.
Ntar malem jadwal gue futsal

Jayden
Gue boleh ikut gak?

Reihan Sagara
Gak usah,
ntar ada angin ribut
kalau lo ikut


Jayden
Reihan kok gitu?
Jayden jadi sedih loh 😭😭😭

Reihan Sagara
Idih si najis 


Jayden
Boleh ya Jayden ikut? 🥺🥺🥺

Reihan Sagara
Emot lo kek bocah pick me


Jayden
Reihan, pliz ya Jayden boleh ikut? 🥺🥺

Reihan Sagara
Emang lo punya baju sama sepatu futsalnya?


Jayden
Langsung otw beli gas ngueng 🏃‍♂️🏃‍♂️

Reihan Sagara
Lapangan Buana. Jam 8 udah di sana. Jangan ngaret


Jayden
Ok bossque

Malam ini, giliran Fakultas Teknik dengan Fakultas Ilkom yang bertanding. Reihan dan Jayden sedang meminum air mineral di samping lapangan. Lalu mereka mengganti sandal dengan sepatu futsal. Reihan memotret Jayden beberapa kali sebagai bukti. Nantinya akan Reihan kirimkan ke grup karena hari ini akhirnya keajaiban itu datang. Jayden bersedia berolahraga dengan suka rela.

Reihan tidak tahu dari tadi ada sepasang mata yang terus memperhatikan gerak geriknya di seberang lapangan. Sesekali dia menunjuk Reihan dan berbisik pada teman setimnya.

Pertandingan dimulai. Menang atau kalah adalah soal biasa. Apalagi ini hanya tandingan rutin antar fakultas. Jayden bermain terlebih dahulu. Menggantikan posisi yang biasa Reihan mainkan. Hanya setengah babak, kemudian  ia meminta untuk berhenti karena bajunya sudah basah oleh keringat.

"Gue udahan, ah. Lengket banget badan gue. Gak enak." Jayden refleks membuka baju di pinggir lapangan. Menampakkan badan bongsornya yang tidak sadar ia umbar.

Reihan langsung masuk ke lapangan dan bermain dengan lincah. Terkadang ia berbicara agar temannya mengoper bola kepadanya atau tertawa saat tendangannya meleset. Ia bermain seperti biasa saja, tidak ada yang dilebih-lebihkan.

Sampai akhirnya ada gerakan yang mendorong dia dari belakang sehingga badannya hampir terlentang di lapangan. Mungkin tidak sengaja, batin Reihan. Lalu ia bermain lagi dan melupakan kejadian tadi. Satu gerakan terasa lagi mendorongnya. Kali ini berhasil membuatnya tersungkur. "Woy, santai, dong, mainnya!"

Au Revoir [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang