Kening itu berkerut lucu, wanita yang dalam pangkuannya ini berulang kali melukis apapun pada kerutannya, wajahnya fokus kepada komputernya, dengan banyaknya foto model yang harus Ia edit untuk edisi terbaru dari salah satu majalah besar yang bekerja sama dengannya.
Sesekali Becky mencuri ciuman di sana, dan Freen tersenyum sembari membalasnya, perlakuan kecil yang kedua pasangan itu sukai, Freen tidak terlalu mau bekerja sendiri, Ia lebih nyaman jika memangku Becky, menjadikan gadis itu sebagai bayinya.
"Cantik ya?"
"Di mata Aku sih biasa aja. "
"Gombal?"
"Gak, cuma ya biasa aja Babe, kata Mama, kalau udah punya istri, mau sejelek apapun tetap cantik, karena yang dilihat itu wataknya, bukan parasnya, yang Aku nikahi itu pribadinya, bukan kecantikannya. "
Melayang?, iya satu-satunya hal yang terjadi, Freen terlalu manis untuk semua perlakuan, Ia tau cara memperlakukan wanita, bagaimana lembutnya Ia bersikap, bagaimana dirinya menciptakan rumah yang nyaman untuk pulang, Becky bersyukur memilikinya.
"Kenapa?"
"Aku mencintaimu, Kau percaya kan Bec?"
"Iya, Aku selalu bisa melihatnya. "
10 tahun, tidak satupun ada yang berubah dari Mereka, bahkan hal sekecil apapun tidak pernah luput dari perhatiannya, Freen mencintai setiap sisi dalam hidup wanitanya, mencurahkan untuk semua yang ada pada dirinya untuk kebahagiaan istrinya.
"Bentar Kak Charlote telphone. "
Becky turun dari pangkuan istrinya, Ia duduk di kursi sebelah Freen, mengangkat panggilan itu dengan wajah sumbringah, panggilan yang Ia loudspeaker, yang bisa dengan sangat jelas Freen dengar.
Namun senyum itu luntur seketika saat Kakak pertamanya itu menceritakan bagaimana Ia bahagianya kembali hamil yang keempat kalinya, Ia tau persis bagaimana sang Kakak ingin sekali lagi untuk mendapatkan anak perempuan, karena Ia sudah memiliki 3 anak laki-laki sebelumnya.
"Selamat ya Kak, nanti Aku ke rumah Kakak kangen Ayah. "
Raut wajah tidak pernah berbohong, Freen menutup matanya tidak ingin tau maksud itu untuk apa, Ia tau persis bagaimana Becky menginginkan seorang bayi ada di dalam rumah tangga Mereka, namun Freen terlalu takut untuk memilikinya, dan semua orang memakluminya, entah bagaimana perasaan istrinya, Freen tidak terlalu tau, Ia menyelamatkan dirinya sendiri, yang Freen tau, rasa khawatir dan sakitnya tidak akan mudah orang lain untuk mengerti.
"Aku ke kamar mandi dulu ya Babe, Kamu pesen makanan aja ya kayaknya Aku mager buat masak. "
Tenggorokannya panas, Ia menahan Isak tangisnya sendirian, mata itu memerah, Ia sembunyikan dari suaminya, Becky tidak ingin ini kembali menjadi masalah seperti yang sudah-sudah.
Menutup pintu kamar mandi dengan rapat, Becky bersandar di sana, yg tubuhnya meluruh ke lantai, Ia menangis, menekan kuat dadanya karena sesak, kebahagiaan yang tidak kunjung Ia dapatkan, bukan perihal Freen bukan suami yang baik, namun keturunan, mungkin semua orang menikah karena ingin memiliki keturunan, bukan hanya sekedar menghilangkan kesepian, namun untuk apa jika itu tidak pernah terjadi, bagaimana pola pikir Freen bisa dimaklumi?.
Becky terlalu mencintai Freen, Ia tidak bisa hidup sehari saja tanpa Freen, tapi bagaimana dengan nanti?, satu-satunya harapan adalah buah hati, Ia ingin rumah yang ramai dengan suara riuh tangis anak bayi, namun Freen membencinya, Ia terlalu takut untuk mengambil perannya sebagai seorang Ayah, karena trauma yang tidak kunjung sembuh walaupun sudah puluhan tahun lamanya.
"Sampai kapan Aku akan hidup seperti ini. " Sesaknya tidak lagi bisa Ia tahan, Becky meraung dengan keras, melepaskan semua kesedihan yang menekan dadanya kuat, Ia benar-benar merasa gagal menjadi seorang wanita.
"Aku cuma ingin punya anak Freen, hanya itu. "
Nyatanya, keinginan itu bukan cuma "hanya" untuk Freen, karena adalah yang paling sulit untuk Ia kabulkan, di antara banyaknya permintaan Becky, 10 tahun bersama dengan semua hal mewah, akan dengan mudah untuk Freen berikan, tapi tidak dengan anak.
"Sayang, Aku ada meeting di Sudirman, Kamu mau ikut?"
"Huh? gak kayaknya, Aku lagi mandi nanti ya. "
"Aku masuk ya. "
"Aku bentar lagi selesai mandinya, Kamu mandi sendiri ya hari ini. "
"Charlote?"
Tebakan Freen, akan selalu benar, bukan orang yang peka, namun masalah ini tidak sekali dua kali terjadi, Freen tau persis hal ini pasti sangat menganggu Becky.
"Sayang, Kamu udah tau kan, kalau Aku...
"Kamu bisa mandi di bawah aja Babe, Aku lagi mau mandi sendiri. "
Helaan nafas itu terdengar frustasi, Freen beranjak, langkahnya gontai keluar dari kamar Mereka, demi apapun, mungkin ini akan sangat melukai Becky, tadi Dia benar-benar tidak bisa untuk melakukannya.
🔺🔻🔺
Jakarta tidak terlalu cerah hari ini, di rumah mewah ini, keluarga Hans berkumpul, ada Charlote dan suaminya beserta 3 anak laki-laki Mereka, ada Rose dan suaminya juga tidak lupa kedua anak perempuannya, merayakan kehamilan ke-empat dari putri sulung lelaki itu.
Jika dilihat, sebenarnya tidak ada yang kurang darinya, Ia sudah memiliki banyak sekali cucu, namun tetap saja, anak bungsunya yang seharusnya menutup semuanya malah harus jadi harapan semua untuk semuanya.
Becky menikah paling dulu, namun tidak kunjung memiliki buah hati, jika alasannya adalah Freen, semua orang sudah tau tentang itu, awalnya tidak ada masalah, namun semakin lama waktu berlalu, ini terdengar seperti omong kosong untuk Mereka semua.
"Becky belum datang Yah?"
"Belum, tadi udah di telpon Kakak, katanya mau ke sini. "
Hari minggu, selalu menjadi hari berkumpulnya Mereka, namun akan selalu ada Becky yang absen pada setiap pertemuan, entah itu karena Freen atau alasan klasik lainnya.
"Becky masih belum mau punya anak, Kak?"
"Kopinya Yah. " Charlotte menaruh kopi dan beberapa cemilan di meja.
"Gak tau. " Ucap Rose sembari mencomot kue kering rasa coklat itu.
"Freen kan gak mau, lagian kalau masih pakai pil KB ya kapan hamilnya, Freen juga, masih pakek kondom, ya buat apa. " Char berucap gemas, nyatanya hubungan Char dengan Freen tidak terlalu baik, karena Char masih berpikir waras tentang masa depan adiknya, jika tidak mendapatkan anak, pernikahan akan terasa hampa.
"Trauma kan susah Kak, gak bisa sembuh ceunah. " Rose percaya, kalau alasan Freen mugkin masuk akal, cuma ini terlalu menyiksa untuk sang Adik, Becky seharusnya sudah bahagia dengan anak lelakinya, atau bahkan sudah shopping dengan anak perempuannya.
"Sekarang dukung aja, selagi adik Kalian belum mau cerai sama Freen, jangan diapa-apain anak Ayah. "
Hans tidak benci dengan Freen, tidak juga menyukai lelaki yang hampir 85% menyetir kehidupan anak bungsunya itu, tapi sedikit rasa kecewa membuatnya enggan untuk tau apa yang terjadi dengan rumah tangga Becky dan Freen.
"Bunda sih, percaya banget ama Freen, liat deh sekarang, Adek yang susah deh. "
(Di ingatkan lagi, di cerita ini Freen adalah laki-laki, bukan FUTA)
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi untuk Freenky (Freenbecky)
Short Story(Misgendering⚠️) Bumi itu luas, Ia tidak akan membuatmu kesepian.