"Becky mana?"
Semua tau jika Freen akan baik-baik saja jika bersama Becky, Ia yang bisa melunak seketika, Ia yang bisa menjadi jauh lebih tenang, Becky punya banyak cara untuk itu, Freen bukan tipikal orang yang mudah dibantah, namun untuk Becky, Ia melakukannya.
"Lagi mandi, Kalian mau makan apa?"
"Ngapain mandi? gak gerah kok, " Irin menatap jahil Freen di sana.
"Tsk, biasa lah Rin, abis mabar, Aku sama Irin sushi deh Freen, Irin jangan dikasih yang mentah, "
Freen tersenyum kikuk, walaupun sudah lama bekerja sama, akan masih ada rasa canggung untuk urusan itu baginya.
"Kak, Aku ke ruangan Freen dulu, Aku tu gak enak tau perasaannya setelah liat lebam-lebam ditubuh Becky, Aku gak mau mikir jelek, cuma kalau gak dipukul, itu luka apa coba. "
"Ya udah Aku temenin. "
Namun belum sempat Mereka beranjak, Becky sudah hadir di hadapannya, wajahnya cukup baik dari pertama Mereka melihatnya hari ini, namun lipstiknya jauh lebih cetar.
"Seger amat abis cocok tanam. "
Mata itu melotot sempurna, masih seperti biasa, sama dengan Freen, walaupun dulu ceritanya gugup dicampur dengan sendu, kali ini sensasinya jauh berbeda.
"Tsk apaan deh, Freen mana?"
"Lagi pesen makan, gak tau Dia beli langsung atau delivery deh. "
Raut wajah menahan rasa sakit itu Irin patut dengan yakin, sudah satu bulan ini Becky terlihat tidak biasa untuknya, gadis itu seperti menyembunyikan banyak hal.
"Are you oke Bec?"
"Huh?"
"Ada yang sakit? atau ada apa?"
"Kepala Aku pusing banget, gak tau kenapa?"
"Are u pregnant?"
"Belum lah, Aku baru ngelakuin itu dua kali. "
"Ya bisa aja Kamu tu sesubur itu. "
"Ngaco, ini begituan nya baru dua hari sama ini. "
Pandangan Nam dan Irin menyipit, mengintrogasi Becky dengan wajah jahil masing-masing, membuat Becky tersudut.
"Woa, bisa biasa aja gak liatnya?"
"Gak, bisa-bisanya bercocok tanam di kantor itu gimana ceritanya?"
Pipi Becky memerah, Ia berlalu begitu saja, akan panjang urusannya jika Ia meladeni Mereka.
Memilih untuk duduk di salah satu tempat favoritnya, Ia bisa melihat betapa sibuknya Jakarta dari atas sini, rasa sakit yang Ia rasakan benar-benar membuatnya kewalahan, matanya berkunang, rabun terlihat, semuanya samar, memicingkan mata berulang kali, sembari menahan nyeri dari segala hantaman rasa sakit yang menyerang bersamaan.
Akan selama apa?, bagaimana dirinya harus menyembunyikan semua hal yang ada, jika rasa sakitnya seperti ini, menggigit bibirnya berulang kali untuk menetralisir rasa nyeri yang ada, namun tidak berkurang sama sekali.
Namun yang dirinya tidak pernah tau, Irin melihatnya, bagaimana gadis itu meringkuk menahan nyeri pada tubuhnya, tentang bagaimana gadis itu memeluk rasa sakitnya sendiri.
Namun Ia menahan langkahnya, membiarkan semuanya, Ia tidak lagi ingin Becky berbohong, mungkin dirinya sendiri yang akan mencari tahu apa yang terjadi kepada sahabatnya itu.
"Rin, ayok, itu makanan udah nyampe. "
"Oke Kak. "
Tidak melupakan apa yang terjadi, kepalanya berisik menelisik tentang apa yang sebenarnya Becky rasakan, tapi kali ini Ia harus sedikit bersabar dengan semuanya.
"Ngapain?"
🔻🔺🔻
Keluarga, arti yang cukup rumit untuk di mengerti, Char masih terdiam atas semua ucapan sang Ayah di panggilan telephone Mereka, Char yang paling sayang dengan Becky, Char yang paling mengerti dengan adiknya, Char memang tidak suka dengan apa yang Freen lakukan kepada Becky, tapi bagaimana Ia bisa melawannya, karena semua ya adalah keputusan sang adik dan suaminya.
"Mikirin ucapan Ayah?"
"Hmm, Aku gak mau Ayah pisahin Becky sama Freen karena cuma perihal anak, Kamu tau kan gimana Mereka saling mencintai, merintis semua usaha bersama dari nol, gak segampang itu. "
"Sebaiknya Kita bilang ini ke Freen nya deh, jangan ke Becky. "
"Sama aja Sayang, Freen pasti bakal marah, dampaknya ke siapa? ke adik Aku juga. "
Dulu sang Bunda bahkan mengatakan kepada Mereka jika harus menyayangi Becky karena Dia lah yang paling lemah dalam segala hal dibandingkan dengan Mereka, namun setelah wanita pergi, lelaki yang Ia panggil Ayah itu punya pemikirannya sendiri.
"Ayah mendadak gak suka Freen, mendadak pengen jauhin Mereka, apa Ayah gak mikir apa hubungan Mereka jadi jelek banget karena Ayah. "
"Kita kasih pengertian ke Ayah, gak gampang loh sembuh dari trauma Char. "
Benar, yang paling sulit dari trauma adalah melanjutkan hidup untuk melupakan, bagaimana kuatnya melawan, rasa sakit dan takutnya masih akan sama.
"Freen lahir dari keluarga yang hancur, perasaannya, hidupnya, pola pikirnya tidak akan sama dengan Kita yang besar di keluarga yang utuh, Freen tumbuh dengan berbagai kekerasan yang Ia terima sampai akhirnya lelaki itu menutup matanya, tapi apa Kamu jamin Dia bisa hidup dengan baik dengan segala macam luka yang bahkan rasa sakitnya tidak bisa Ia lupakan?, Kamu lupa gimana Becky cerita kalau Freen tiap malamnya selalu tidur dalam ketakutan?, bahkan Kamu ingat tidak?, waktu Freen bertemu dengan orang yang sedikit mirip dengan Ayahnya?, bagaimana mata itu liar menatap sekitar, Ia meremas tangan Becky dengan keras?, bagaimana Ia setakut itu padahal itu bukan Ayahnya?, trauma gak main-main Char. "
Charlotte tidak melupakan moment menyedihkan itu, Ia bahkan ada saat pemulihan Freen, setelah 3 tahun terlepas, Ia kembali di hadirkan dengan adik sang Ayah yang bahkan sedikit banyaknya mirip dengan sang Ayah, membuat luka lama berkembang begitu cepat, Ia melihat dengan jelas bagaimana rasa takut itu memakannya, bahkan keringat dingin yang bercucuran, wajah pucat dalam rasa cemas, membuatnya prihatin dengan lelaki itu.
"Aku harus ketemu sama Freen dulu, seenggaknya sebelum Papa temuin Dia, Kita udah ngomong dulu kan Freen bisa siap dengan segala macam bentuk dari keinginan Papa. "
"Kamu ngomong yang baik ya sama Dia. "
"Hmm. "
Yang Charlotte mau adiknya bahagia, dan jika kebahagiaan Becky adalah Freen, tidak ada alasan untuknya untuk menyakiti lelaki itu, walaupun kenyataannya, banyak harapan yang terbunuh hanya karena rasa takut.
Now are you here to stay
Or fade away like every other day?
You're the reason that I lie awake.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi untuk Freenky (Freenbecky)
Short Story(Misgendering⚠️) Bumi itu luas, Ia tidak akan membuatmu kesepian.