Becky POV.
Senja di sore hari kota Jakarta, di riuhnya kemacetan kota metropolitan ini, mungkin di dalam mobil mewahku, Aku tidak mendengaf betapa ributnya mereka di luar sana, entah betapa berisiknya suara klakson yang bersautan, entah betapa lelahnya mereka yang berkejaran dengan waktu.
Aku di balik kemudiku, menatap kagum dengan semua orang yang sedang berjuang untuk hidup mereka di jalanan, bahkan dulu aku juga seperti mereka, terlahir dengan keluarga sederhana, tidak ada privilage yang mampu membuat hidupku bahagia 7 turunan, aku berjuang sebegitu kerasnya, sampai di sini, di saat semua orang mengenalku sebagai diriku.
Tapi perhatianku teralihkan oleh panggilan Javier, kemarin aku menghubunginya, aku merindukan Bella, ini sudah 8 bulan gadis itu tidak ingin sekalipun bertemu denganku.
Sampai saat ini aku masih bingung dengan alasannya kepada Bella tidak ingin bertemu denganku.
Gadis yang tengah hamil 8 bulan itu begitu takut aku akan terluka karena Ia hamil lebih dulu, aku tidak masalah, namun berbeda dengannya, yang lebih mementingkan perasaanku, dibandingkan dengan dirinya sendiri.
Bahkan sampai saat ini, Javier masih mengeluh kepada kami, Bella menaruh kesal yang sering kali muncul saat mengingat kalau dirinya lah sebab dari kehamilan Bella.
"Ada mama juga? ya udah aku sama Freen beliin tom yam dulu ya sama apa?"
Freen masih tertidur, Ia begadang semalaman karena begitu senangnya dengan kehamilanku, lelakiku tak berhenti mengusap perutku sampai jam tujuh pagi, Ia bahkan dengan senyum manisnya menyambutku terjaga pagi ini.
"Pak, bangun, beliin bolu sana. "
Tak ada pergerakan apapun dari lelakiku, membuat aku benar-benar gemas, menggigit pipi itu dengan semangat, membuat Freen terpekik kaget, namun yang setelahnya Ia mendapatkan kesempatan baik, mencium bibir ku dengan cepat, menarik tengkuk ku dengan semangat, dasar mesum.
"Astaga, sana. "
"Pelit banget Ibu hamil. "
Entahlah, kata itu mungkin terdengar sederhana untuk siapapun, tapi tidak untuk ku, Aku selalu berbunga dengan ucapan Freen tentang kondisiku sekarang, perut ku yang tidak pernah lagi menganggur karena pasti akan selalu saja ada tangan Freen yang menetap di sana, bahkan saat tertidur pun, Ia akan tetap merasakan elusan lembut itu.
Dari dalam mobil ini, Aku benar-benar terkesima, bagaimana lelaki ku berjalan dengan wajah dinginnya, bahkan tanpa senyuman sedikitpun, berbeda saat Freen bersama ku yang mendadak menjadi manusia semanis gula.
Tak perlu lama, karena nyatanya, ke kamar mandi pun, Freen tidak pernah ingin berlama-lama, meninggalkan ku lebih dari 10 menit mendadak menjadi ketakutan untuk lelakiku itu, Ia begitu meletakkan ku di atas kepalanya.
"Buat aku?"
"Ini dong, bolu keju kesukaan Ibu. "
Dia selalu tau apa yang aku mau, kesukaanku, dan juga yang tidak aku inginkan, bahkan semua tentangku, Freen jauh lebih tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi untuk Freenky (Freenbecky)
Cerita Pendek(Misgendering⚠️) Bumi itu luas, Ia tidak akan membuatmu kesepian.