Dua belas

2.2K 270 24
                                    

Ada kalanya benci dikalahkan dengan sebuah perasaan tulus, dan yang terjadi, walaupun dihantam ribuan kali dengan rasa sakit, Ia akan tetap kembali, karena rumah yang hancur akan selalu punya kenangan di dalamnya.

Tangan itu menggenggam dengan erat, Becky bingung dengan perasaannya sendiri, namun jika berpisah yang Ia inginkan, Becky juga tidak yakin dengan itu semua.

"Hey, butuh apa?"

Gelengan kepala itu lemah, air matanya mengalir deras, namun senyum Becky seakan mampu sedikit membuatnya tenang, Freen kehilangan banyak kepercayaan dirinya, Ia selalu dihantui rasa takut, bereaksi berlebihan untuk sesuatu hal yang sederhana.

"Shooting Kamu yang handle Heng, Kamu gak usah khawatir, client juga gak masalah, Mereka tau Kamu sakit. "

Tidak berbicara apapun, tatapan itu masih sama kosongnya, menatap dirinya tanpa henti, bahkan air mata itu juga terus mengalir deras, mungkin dengan cara itu Freen bisa lega.

"Kita mulai dari awal ya Freen, Aku harap itu terakhir kalinya Kamu ngelecehin Aku karena emosi Kamu, Aku gak mau hanya karena satu kesalahan fatal, Aku kehilangan Kita. "

Kali ini Freen merespon dengan baik, Ia mengangguk dan tersenyum, membawa tubuh Becky jatuh padanya, Ia bahkan tidak lagi punya muka untuk sekedar minta maaf, tapi bersyukur untuk kenyataan yang Tuhan titipkan, perasaan yang Ia hancurkan, Tuhan ijinkan kembali untuk diperbaiki.

"Mungkin setelah ini, Kamulah yang banyak terluka Freen, maafkan Aku. " Batinnya.

🔺🔻🔺

Sebulan kemudian.

Waktu ternyata tidak selalu ingin berada di sana, detak jam berjalan cepat dari yang Mereka harapkan, sampai di mana, dirinya berada di sana, dengan penghargaan di tangan kanannya, dengan nama terukir di sana, Mereka memberikannya untuk mengapresiasi kerja kerasnya.

Suara riuh tepuk tangan itu menyadarkannya, jika dirinya adalah salah satu yang terbaik di antara Mereka, Becky menangis haru dengan semua hal yang terjadi, perjuangannya tidak menghianati dirinya.

Gaun maroon dengan make up gotik, memberi kesal elegan, Ia begitu cantik dengan dirinya sendiri hari ini, membuat laki-laki yang bersamanya tidak berhenti menfokuskan dirinya kepada gadisnya.

Tubuhnya jauh lebih kurus, nafsu makannya berkurang, sebulan dengan rasa mual yang benar-benar menyiksanya, Ia bahkan selalu menyiapkan jahe di setiap kesempatan yang ada, menghilangkan rasa ingin muntah yang selalu membuatnya kewalahan.

Rasa mual itu datang lagi, mati-matian Becky menahannya, Freen melihat itu, Ia sigap menarik Becky menjauh dari kerumunan.

"Kamu yakin kalau Kamu gak sakit Sayang?"

"Perut Aku aja kok yang gak enak. "

"Mau pulang aja?"

"Acaranya masih lama Freen. "

"Gak masalah, Mereka pasti ngerti kok kalau Kamu sakit, Aku bilang Zayn nanti, kalau ada penghanrgaan lain yang tertuju buat Kamu, biar staff aja yang naik. "

Kali ini Becky setuju, Ia menurut, tubuh lemahnya Ia tumpukan kepada Freen sepenuhnya, Ia tidak punya tenaga lagi, rasanya tidak karu-karuan.

"Dua minggu ini Aku liat Kamu kurus banget Babe, gak mau makan sama sekali, mual terus, apa gak Kita periksa aja ke dokter?"

Satu hal yang Becky takutkan, jika Ia memeriksakan kondisinya, Freen akan tau penyakitnya, Becky tidak ingi itu terjadi, Ia harus menjaga rahasianya apapun yang akan terjadi nantinya.

"Aku cek deh nanti. "

"Hari ini aja yuk, selagi Aku di sini. "

"Aku aja ya, Kamu udah harus pergi di Jogja, biar Aku aja. "

Banyak yang berubah?, mungkin, karena Becky benar-benar tidak ingin Freen tau sedikitpun tentang penyakitnya, Mereka sudah membaik, seharusnya yang ada hanya bagia, bukan kecewa.

"Aku bisa batalin proyeknya. "

"Jangan, Kamu udah gak usah pikirin Aku, Aku bakal baik-baik aja. "

"Sayang, Kamu gak meratiin tubuh Kamu sendiri, Kamu kurus banget, makan gak mau, ke dokter gak mau, Aku khawatir Sayang. "

Miris terdengar, karena Becky tau persis, bagaimana penyakit ini akan memakannya sampai tidak ada lagi yang tersisa, menanggung semuanya sendirian, tanpa berani untuk mengatakan apapun, Ia menciptakan tekanannya sendiri.

Jalanan Ibu kota masih sama, ramai dan semrawut, wanita itu memegang perutnya, mencengkram keras di sana, rasa mualnya datang lagi, tidak ada yang keluar dari mulutnya, hanya saja Ia merasakan tidak enak di sekujur tubuhnya.

"Sayang. "

"Its oke. "

"Ke apotik ya, kali aja mba apotiknya tau obat yang pas. "

Mengangguk, Ia juga tidak akan tahan dengan semua hal ini, Freen melaju perlahan, ini sudah malam, tidak semua apotik buka 24 jam, beruntung di seberang jalan, Ia menemukannya.

"Bentar ya. "

"Hmm. "

Memutar mobilnya ke arah yang pertama kali Ia pergi tadi, wajahnya masih sangat khawatir, Becky tau persis, jika mata itu berbicara, Becky tau jawabannya.

"Aku mau mangga itu ya, mau yang muda. "

"Oke Sayang, sebentar ya, keluhannya apa aja?"

"Mual tapi kalau muntah yang keluar air, kadang gak ada yang keluar cuma mual banget, cium makanan tu gak selera malah mau muntah, kepalanya pusing, perutnya keram. "

"Sebentar ya Sayang, Aku beli obat dulu, nanti beli mangga, kalau gak ada yang muda yang mateng mau?"

"Boleh. "

Langkah kaki lelaki itu menghilang, seiring pintu apotek yang tertutup.

Sementara Freen menceritakan semua yang istrinya rasakan, apoteker itu menyarankan hanya satu benda, tidak memberikan obat apapun, membuat Freen bingung dengan ini semua.

"Istri Saya sakit loh Mba. "

"Hamil itu Pak, coba deh Bapak periksa, kalau ini garisnya dua, berarti hamil, kalau gak bisa bapak ambil merek ini biar lebih konkrit, kalau ada tulisan pregnant, berarti isi itu, diperiksanya besok pagi ya Pak, agar lebih akurat. "

Freen tersenyum sumringah, Ia membayar ketiga bentuk test pack yang sang apoteker rekomendasikan kepadanya, buru-buru Ia masuj lagi ke dalam mobilnya, membuat Becky bingung dengan wajah bahagia Freen itu.

"Kenapa?"

"Kemungkinan Kamu hamil, Aku disuruh beli 3 test pack ini. "

Becky masih sibuk mencerna apa yang Freen katakan, apa iya dirinya akan mendapatkan amanah itu secepat ini, walaupun Ia tau usaha yang Mereka lakukan tidak main-main.

"Kalau Kamu hamil, Aku bakal cuti dulu kerja, bisa Saint yang handle studio, Aku bakal jadi suami siaga sebulan. "

Ia terdiam, entah respon apa yang harus berikan, ketika Freen seantusias itu, apa Ia tega menghancurkan harapannya? sepertinya tidak akan pernah.

In the dark right nowFeeling lost, but I like itComfort in my sins, and all about meAll I got right nowFeel the taste of resentmentSimmer in my skin, it's all about

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

In the dark right now
Feeling lost, but I like it
Comfort in my sins, and all about me
All I got right now
Feel the taste of resentment
Simmer in my skin, it's all about.

Bumi untuk Freenky (Freenbecky)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang