Tidak ada hari yang sia-sia, saat genggaman tangan terasa hangat, senyuman tulus dengan mata sipit yang menggemaskan, setiap perjalanan adalah cerita menyenangkan untuk dikenang.
Ada banyak lelucon yang keluar dari mulut seorang Freenky, dengan rambut botak seperti cimol itu, tidak berhenti membuat Becky tertawa, Ia baru menyadari jika Freen memiliki bakat menjadi pelawak.
Angin Jakarta yang tidak cukup teduh membuat piknik ala-ala yang Freen ciptakan jauh lebih menyenangkan, bunyi gitar yang cempreng, mimik wajah serius namun dengan lirik yang aneh membuat Becky tidak bisa mengontrol tawanya.
Freen membuatnya benar-benar mau gila dengan semua banyolan yang keluar dari mulutnya, belum lagi goyangan roma irama yang bahkan Ia sendiri tidak terpikirkan Freen yang kaku bisa melakukan hal memalukan ini dengan sadar.
"Udah-udah Pak, Aku sakit perut ketawa mulu. "
Tersenyum, dan menuruti apa yang istrinya inginkan, Freen merebahkan dirinya dengan kepalanya berada di paha Becky, tangan lentik itu bermain di kepala yang bulat dengan rambut 2cm itu, Ia benci keadaan ini, namun melihat Freen dan kepala bulatnya kadang Becky merubah pikirannya, meminta Freen seperti ini saja setiap hari.
"Makasih ya Ibu, "
"Aku bosen loh dengernya. "
"Satu tahun lebih udah bertahan itu harus di reward dong. "
Mengelus alis tebal itu dengan lembut, senyuman yang tidak pernah selesai di bibirnya membuat perasaan Becky menghangat, lelaki penuh kasih yang perlahan mampu membuatnya kecanduan, sikap manisnya, dan semua hal yang ada padanya adalah cinta.
Terlepas hal buruk yang pernah Ia terima dari Freen kala itu, semua kenangan masa lalu yang hanya akan Ia kubur dengan semua hal yang tidak lagi Ia inginkan hadir, Becky percaya, kesabaran akan membawanya kepada kisah yang jauh lebih baik.
"Kemoterapinya tinggal 2 kali lagi, Aku bangga deh sama Ibu, "
Bahkan Becky jauh lebih bangga, Ia ternyata sudah sejauh ini, mungkin untuk ke depannya masih banyak pengobatan yang harus Ia dapatkan tapi setidaknya Ia mampu menyelesaikan ujian demi ujian yang Tuhan berikan kepadanya.
"Ingat kata dokter ya, jangan paksain apapun, perihal anak Kita masih bisa program setelah dokter bolehin Kamu lakuin itu, Aku memang merindukan Bumi, tapi Kamu gak lupakan, Kamu bahkan dunia buat Aku, Aku jauh lebih butuh Kamu, berdua saja sudah cukup, ini bukan perihal trauma Aku, demi Tuhan Aku sudah sembuh dikala Bumi hadir di kehidupan Kita, tapi jika Kamu tanya siapa yang paling Aku inginkan untuk selamanya bersamaku, jawabannya hanya Kamu. "
"I know, makasih udah mencintai Aku sehangat ini. "
Freen mencuri ciuman itu dari bibir sang istri, Ia tidak pernah menginginkan hal apapun berakhir dari Becky untuknya, jika boleh memilih, jika ingin pergi, dirinya ikut bersama cintanya, kemanapun.
"Setelah Aku pikir-pikir, Aku memang ingin punya anak, tapi kalau Kamu bisa Aku jadiin suami, teman, musuh sekaligus bayi Aku, ngapain lagi Aku harus punya anak. "
"Nah, Aku akan siap jadi bayi, mau Kamu kasih ASI tiap hari juga Aku ayok Sayang, mau sekarang?"
Becky menyentil dahi Freen dengan semangat, namun hanya kekehan yang terdengar dari lelaki itu, Ia tidak masalah dengan apapun yang Becky lakukan padanya.
"Gimana hari Kamu kalau gak ada Aku. "
"Bahkan Kamu gak ada cuma dua jam kemarin. "
Bahkan, setelah hari itu terjadi, Freen hanya memikirkan dirinya, bahkan sering kali hanya Becky saja yang menjadi pusatnya.
"Freen, gimana hari Kamu?"
"Good. "
"Selama lebih dari setahun, Kamu hanya sibuk dengan Aku, Aku dan Aku, gimana dengan Kamu sendiri. "
"Kamu ada cukup buat Aku Sayang, yang akan menjadi masalah jika Kamu tidak ada, mungkin setelahnya Aku punya cerita yang berbeda. "
"Jangan tahan sendirian ya, Aku tau Kamu juga terluka. " Menyembunyikan wajahnya di perut Becky isak tangis itu terdengar, dan akhirnya kali ini Becky melihat lelah itu pecah menjadi tangis.
"Aku takut, " kata yang tidak terlalu terdengar jelas, karena isak tangis yang keras.
"Hmm? kenapa?"
"Aku takut Kamu pergi, setiap hari Aku harus hidup dalam rasa was-was, Aku gak tenang, Aku mungkin mastiin nafas Kamu masih ada setiap Kamu tidur, Aku gak lagi bisa tidur dengan baik, takut saat Aku terlelap, Kamu udah ninggalin Aku. "
"Astaga Freen, "
"Aku gak mau. "
Eratnya pelukan, Freen tidak berbohong akan itu, semua keinginannya, semua yang Ia harapkan, semua yang ada dalam kepalanya, hanya tertuju kepada Becky, Ia bahkan tidak pernah peduli dengan dirinya sendiri semenjak hari itu.
"Makasih sudah mencintai Aku sedalam ini, Aku mungkin gak sekuat itu kalau bukan sama Kamu, "
Terkadang ada banyak hal yang tidak pernah ada jawabnya, sulit dimengerti dan bahkan tidak semuanya ingin berada di sana, namun jika bersama orang yang tepat bagaimana sulit itu bekerja, semua akan baik-baik saja.
"Mungkin berat jika bersama Kamu, tapi tidak bersama Kamu semua itu akan jauh lebih berat. "
Pada akhirnya, semua akan berjalan seperti semestinya, semesta bekerja tidak selalu selaras dengan isi kepala, kadang takdir lebih senang menghianati imgin, Tuhan punya caranya, punya jalannya sendiri, tidak semua akan baik-baik saja sampai garis akhir, ada yang berdarah dulu baru jadi pemenang.
"Eh sebentar Sayang, kayaknya ada pesan deh di hp Aku. "
Senyum itu berubah menjadi wajah tidak menyangka, Becky menutup mulutnya tidak percaya, ini kabar baik yang Ia semogakan selama ini.
"Sayang kenapa?"
"Aku jadi bridesmaid. "
Freen mengerutkan keningnya, berpikir di antara Mereka siapa yang belum berlayar kapalnya.
"Emang siapa yang nikah?"
"Javier dan...
"dan?"
"Belvina. "
Kadang Aku tidak ingin menjelaskan apapun, jika itu Kamu, dunia pasti tau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi untuk Freenky (Freenbecky)
Short Story(Misgendering⚠️) Bumi itu luas, Ia tidak akan membuatmu kesepian.