Freen POV.
Setiap orang memiliki batas rasa sabar, Aku tidak selamanya akan baik dalam menerima apapun perkataan yang hadir di hadapanku, Aku membenci caranya mengatakan itu, mukanya terlihat berpihak kepadaku, tapi isi kepalanya ingin menyingkirkan Ku.
Laki-laki yang Aku panggil Ayah ini mulai memperlihatkan ketidak sukaannya kepadaku, Aku tau, Ia sesayang itu pada putri bungsunya, namun Ia seperti ingin menyingkirkan ku dari kehidupan istriku sendiri, yang bahkan sudah Ia ikhlaskan hidupnya kepadaku sepenuhnya.
Aku egois, berulang kali Ia mengatakan itu kepadaku, sampai Ia lupa sebesar apa luka dan trauma yang Ku alami seumur hidupku, bagaimana Aku bertahan dengan rasa takut yang mencekik ku keras, Ia hanya tau, Aku anak dari keluarga yang berantakan, yang ditemukan istrinya, sampai Aku tidak tau bagaimana sebenarnya Ayah memandangku sebagai menantunya.
"Aku pastikan bulan ini Aku akan menghamili Becky, Yah. "
Melihatnya melotot sempurna, pasalnya setelah 15 menit hanya dirinya yang berbicara, Aku hanya diam menunggu waktuku untuk membalasnya, ini bukan kali pertama, tapi masih sama sakitnya dari tahun-tahun sebelumnya, Aku tidak tau persis bagaimana laki-laki itu terlalu mendambakan buah hati dari Becky, atau sebenarnya Becky lah yang mengeluh kepada sang Ayah, hingga Aku tersudut seperti sekarang.
"Bagus, kebahagian wanita adalah menjadi Ibu, jika Kau menikahinya hanya untuk membuat harapannya terkubur, tinggalkan Dia. "
Langkah kakinya berlalu meninggalkanku, Aku tidak mengejarnya, atau meminta maaf, itu sudah lama Ku lakukan, perlahan Aku mulai muak dengan perlakuannya, Aku juga rasa harusnya sekarang Aku menyembuhkan diriku, dari semua hal buruk yang Ia lontarkan padaku.
Menyambar kunci mobilku, satu-satunya orang yang akan Ku temui hanya Becky, Aku marah, demi apapun Aku marah dengan semua keadaan ini, Aku sudah mengatakan kepadanya untuk bersabar, tapi Ia tidak mengindahkannya.
"Di mana?"
Isi kepalaku berisik, Aku terlelan oleh amarahku sendiri, tidak bisa ku pisahkan apa yang harusnya Aku lakukan atau tidak.
Rumah Kami, seharusnya hanya ada Kami, bukan semua keinginan laki-laki itu, tapi seakan sekarang Ia tidak lagi ada harga dirinya sebagai kepala keluarga.
Tak butuh waktu lama untukku pulang, wanitaku sudah menungguku di depan pintu seperti apa yang selalu Ia lakukan, Aku keluar dari mobilku, setelah Ku parkirkan mobil mewah itu dengan sembarangan, Aku merekam bagaimana kening itu berkerut, Ia pasti sangat bingung kenapa Aku begitu.
Namun saat tangan itu Aku tarik dan memaksanya masuk, Ia memberontak, ini kali pertama Aku melakukan hal fisik yang cukup kuat padanya setelah 10 tahun pernikahan Kami, ini pertama kali untuknya.
Tubuh itu ku hempaskan ke atas sofa, kemeja yang Ia kenakan Aku robek dengan paksa, Ia memberontak lagi, Aku menginkatnya dengan kain kemeja itu dengan kuat, membuka celana dan dalamannya dengan kasar, Aku mengikat kakinya dengan celana kain berwarna putih itu, Aku mencumbunya, nafsu birahiku memuncah saat melihatnya bertelanjang di hadapanku, Aku gelap mata, benar-benar marah dengan semua hal, yang Aku tau saat ini adalah bagaimana caraku untuk melampiaskannya, Aku tak peduli dengan role play sialan itu, Aku menghentaknya dengan milikku begitu saja, kasar terasa, bahkan bagiku, mulutnya Aku paksa untuk mencumbuku, Ia bahkan menggigit lidahku untuk mengajukan protesnya, Aku menamparnya untuk pertama kali, Aku tidak peduli teriakannya, Aku tidak peduli betapa pilunya tangisan itu mengalun di telinga.
Aku mengoyangkan pinggulku dengan keras, Ia berteriak sakit dengan memelas, Aku juga tidak mengindahkannya, Aku menuruti nafsuku, menjelajahi tubuhnya dengan kilat birahi sehat di kedua bola mataku, Aku mengeluh nikmat saat tubuhku menegang hebat, cairan itu ku tumpahkan dengan santai, dan kembali Ku ulang, ku paksa tubuh itu menungging di hadapanku, Ku tarik rambutnya agar Ia berhenti memohon, Aku muak mendengarnya, Aku mengutuk nama Ayahnya waktu Aku kembali memasuki liangnya, Aku memaki keluarganya, semua orang gila yang memaksaku untuk memiliki anak dengan istriku sendiri.
"Freen, sakit, Aku mohon berhenti. "
"Ayahmu tidak pernah tau bagaimana Aku tumbuh dengan trauma sialan ini, Ia tidak tau Aku terluka sebegitu dalamnya sampai Dia dengan gampangnya bicara akan menghancurkan hubungan Kita, Aku mati-matian agar Kau bisa terus bersamaku, dan Dia mengambilmu dariku, sialan. "
Aku tidak peduli, Aku menghentakkan pinggulku dengan keras, semakin keras, hinggal sekali lagi Aku menemui puncakku, cairan itu menemui indungnya.
"Freen, tol..
Kali ini Aku berhenti, saat wanitaku tiba-tiba melemah seketika, tidak ada perlawanan, tidak ada suara, tidak terdengar isak tangis yang tadinya keras, tubuh itu layu jatuh ke sofa.
"Bec...
"Becky, Babe gak usah becanda, Babe. "
Hidungnya mengeluarkan darah, Aku berteriak kaget, menyelesaikan kegiatanku, merangkum wajah Becky dengan kedua tanganku, pucat, darah, dan tidak lagi dalam kesadarannya, Aku tidak mungkin membawa Becky ke rumah sakit, Aku sama saja menggali kuburanku sendiri, tapi satu hal yang Aku sadari, Aku sudah memperkosanya hari ini.
All of my life, when I was struggling
You are all of my life, you filled me up
I tried filling myself up with other things
All of my life
You are all of my life
But I couldn't be filled.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumi untuk Freenky (Freenbecky)
Short Story(Misgendering⚠️) Bumi itu luas, Ia tidak akan membuatmu kesepian.