33

1K 144 11
                                    

Mohon maaf teman-teman, kemarin Sabtu-Minggu tole demam jadi Mamak enggak sempet nulis sama sekali.

Sekarang Mamak update ya...

Selamat membaca😘

***

#Stevanilla Part 33

Vanilla Attanaya Raharja POV

Goblog... bodoh.... stupid....

Aku terus mengumpat di dalam hatiku. Rasanya aku benar-benar menjadi manusia paling bodoh di dunia. Apa sih yang aku pikirkan sampai aku peduli pada Stevan yang akan tinggal di negri gingseng? Toh di sana mungkin Stevan akan menemukan perempuan yang bisa menjadi penggantiku, jadi kenapa aku sampai repot-repot  memberinya gelang batu giok hijau yang susah payah aku beli dengan menawar pol-polan dulu ketika aku berada di China?

Caramel yang merupakan kembaranku saja tidak pernah aku beri gelang giok hijau itu, tapi ini, aku justru memberikannya pada Stevan secara cuma-cuma. Gebleg Lo, Vanila!

Kini setelah satu jam lebih aku berada di taman rumah sakit ini dan menjadi santapan makan malam para nyamuk, aku memutuskan kembali ke kamar Madre. Semoga saat aku sampai di sana, Stevan sudah tidak ada di sana. Rasanya aku tidak siap untuk bertemu dengannya lagi.

Begitu aku memasuki ruangan ini, aku bisa bernapas dengan lega karena sosok Stevan dan kopernya sudah tidak ada di tempat ini. Aku justru bersyukur karena ia tidak mengucapkan selamat tinggal dengan layak kepadaku. Aku takut bahwa diriku akan terbawa suasana dan ujungnya aku akan memeluknya. Tidak ... tidak, jangan sampai aku terlihat lemah di depannya. Aku yang menginginkan perpisahan ini awalnya. Jadi sepahit apapun, aku harus tetap pada pendirianku. Lebih baik sendiri daripada punya pasangan tetapi kita bukan prioritasnya. Lagipula perempuan mana yang mau jika memiliki pasangan namun pasangan itu masih peduli pada mantan pasangan one night stand-nya hanya karena mereka memiliki anak. Anggaplah aku egois dan kolot, tapi jika masih ada opsi lain, kenapa juga aku mesti memaksakan sesuatu yang aku sendiri tidak yakin ke depannya akan seperti apa? Hanya satu alasan yang bisa masuk di akal logikaku yaitu cinta. Ya, cinta terkadang membuat orang budeg dan mengesampingkan logikanya. Mereka tidak mau menerima saran, pendapat bahkan pandangan orang lain. Dan aku sudah memutuskan jika aku tidak akan menjadi wanita yang seperti itu. Titik tanpa koma pokoknya.

Setelah duduk di sofa, aku mencoba mengecek handphone milikku. Ternyata ada beberapa pesan di group keluargaku dan satu lagi dari Stevan. Aku memilih membuka group keluargaku dulu daripada membuka pesan dari mantan pacarku itu.

Ruben : Tante Maria bilang si Mel mau ke Roma.

Nada : kapan lo ketemu sama Tante Maria?

Ruben : tadi waktu jemput Mama di rumah Tante Liz. By the way gue penasaran sama keadaan Vanilla. Apakah Vanilla sudah mau gantung diri di pohon cabe gara-gara putus cinta sampai Caramel dipanggil ke sana?

Adam : Sia-sia amat gantung diri. Mending balik ke sini dulu terus gue jadiin tumbal. Sama-sama mati, lebih baik dijadikan tumbal pesugihan, biar gue makin kaya.

Setan!
Memiliki sepupu seperti Mas Adam benar-benar membuatku sering menghela napas panjang berbonus mengumpat. Aku kira setelah dirinya menikah dengan sahabatnya kelakuannya akan berubah, tenyata sama saja. Adam tetaplah monyet yang membuat gigi-gigi orang disekitarnya hampir rontok karena menahan gemas kepadanya.

Caramel : iya, gue mau ke Roma. Demi Vanilla, gue sudah menyiapkan satu persembahkan istimewa. Gue yakin dia pasti terhibur.

Juna : bawain aja paket liburan buat dia, Mel. Pasti happy.

#SteVanillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang