Selamat malam teman-teman....
Maaf, ya mamak baru sempat update....Semoga kalian masih setia mengikuti kisah Stevan dan Vanilla....
Akhir kata mamak ucapkan selamat membaca dan mohon ditandai jika kalian menemukan typo ya.
Terimakasih
***
#Stevanilla Part 30
Stevan Boselli POV
Aku tidak pernah mengira jika aku akan bertemu dengan Patricia di rumah sakit. Aku memang mengatakan kepadanya jika aku sedang di rumah sakit karena Madre sedang di rawat di sini, tapi aku tidak tahu jika Patricia berinisiatif untuk datang menjenguk Madre. Hal yang paling apes dari semua yang terjadi hari ini adalah Patricia bertemu dengan Vanilla di sini tepat ketika Vanilla baru saja akan pulang.
Tak perlu menjadi cenayang untuk tau jika Vanilla pasti berpikir yang tidak-tidak tentang aku dan Pat. Tapi aku tidak bisa menyalahkannya. Orang-orang pasti berpikir jika aku memiliki hubungan khusus dengan Pat apalagi ketika ia datang ke sini ternyata dirinya juga membawa Fazio bersamanya.
Setelah Vanilla pamit untuk pulang, aku dan Patricia duduk di kursi tunggu yang ada di rumah sakit dengan Fazio yang ada dalam dekapanku. Bagaimanapun juga, aku akan menikmati hari-hari terakhirku ketika aku bersama dengan Fazio, anakku. Mungkin nanti aku baru bisa memeluknya kagi ketika ia hampir memasuki bangku preschool.
"grazie per essere venuta qui a trovare la mamma.*" (*Terimakasih sudah datang ke sini menjenguk ibu.)
Patricia hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Ia tak berkata apapun sehingga aku memilih diam. Lama kami terdiam hingga ia mengajakku berbicara kembali.
"Ti ama ancora*," kata Patricia kepadaku yang membuatku menolehkan kepala untuk menatapnya. (*Dia masih cinta sama kamu.)
Aku hanya bisa tersenyum kecil dan menggelengkan kepalaku. Aku jelaskan kepadanya bahwa semua akan sia-sia belaka. Karena bagi Vanilla cinta saja tidak akan cukup untuk modal membawa sebuah hubungan ke tingkat yang lebih serius. Terlebih aku juga akan pergi jauh ke Korea sedangkan Vanilla akan pulang ke Indonesia jika ia tidak memperpanjang kontrak kerjanya.
Setelah aku menerangkan itu semua kepada Patricia, aku hanya bisa menitipkan Fazio kepadanya. Aku berjanji kepadanya bahwa biaya hidup Fazio akan aku tanggung seluruhnya. Walau Patricia menolaknya karena ia tahu kondisi ekonomiku jauh di bawah dirinya, tapi aku tetap bersikeras untuk bertanggung jawab atas kelangsungan hidup anakku. Cukup aku yang merasakan memiliki ayah yang tidak bertanggungjawab hingga akhirnya Madre harus bekerja keras menghidupi diriku sejak bayi hingga aku lulus sekolah. Aku tidak mau anakku merasakan itu semua.
Setelah menemaniku cukup lama di rumah sakit, Patricia akhirnya pamit untuk pulang ketika jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Terlalu malam memang tapi aku cukup berterimakasih kepadanya karena mau menemaniku di sini. Setidaknya aku memiliki teman berbagi cerita ringan kali ini dan kehadiran Fazio mampu membuatku melupakan sejenak beban yang ada di pundakku.
Sepeninggal Patricia dan Fazio, aku masuk ke dalam kamar Madre. Saat aku memasuki kamar, tampak sosok Madre yang masih tertidur lelap. Aku memilih melangkahkan kakiku mendekati ranjangnya. Aku tarik kursi untuk duduk di dekatnya. Aku pegang tangannya dan untuk pertama kalinya aku mencurahkan semua isi hatiku kepadanya tidak terkecuali tentang bagaimana hubunganku dengan Vanilla dan Patricia.
Penyesalan memang selalu datang di akhir, jika datang di depan namanya pendaftaran, dan kini aku cukup menyesal karena memilih untuk tinggal sendiri daripada menemani Madre. Rasanya aku memiliki penyesalan yang tiada habisnya. Kelak jika Madre sudah sehat dan kondisinya memungkinkan, aku ingin mengajaknya untuk tinggal bersama di manapun aku berada. Hanya aku anaknya satu-satunya dan demi diriku ia telah bekerja keras hingga melupakan kebutuhan batinnya seperti memiliki pasangan. Semoga saja Tuhan memberikan aku kesempatan untuk bisa menunjukkan baktiku kepada Madre dan membuat Madre bahagia di hari-hari tuanya ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
#SteVanilla
ChickLit"Aku enggak mau nikah kalo belum dapat suami setajir Mas Juna dan semanis Mas Ervin memperlakukan Mbak Luna." - Vanilla Attanaya Raharja. "Lebih baik melajang seumur hidup, karena menikah dan berkeluarga itu butuh biaya yang besar selain tanggung ja...