Selamat malam semuanya, malam ini mamak update lagi ya #SteVanilla sebagai teman malam Minggu kita semua.🥰
Sebelum membaca klik dulu tanda bintangnya. Akhir kata mamak ucapkan selamat membaca.
***
Stevan Boselli POV
Setelah mendengar penuturan dari Vanilla, akhirnya sore ini setelah aku menjemput Vanilla dari kantor, kami berdua pergi ke rumah sakit tempat di mana anak Patricia di rawat. Saat sampai di tempat ini, aku bertemu dengan Patricia. Ia terlihat duduk di ruang tunggu pasien. Aku dan Vanilla datang menghampirinya, namun saat kami tiba di sana justru Patricia yang memeluk Vanilla lebih dulu. Ia menangis di pelukan Vanilla yang terlihat legowo menerima semua ini.
Beberapa menit mereka berpelukan, akhirnya Patricia mengurai pelukan itu. Kini kami bertiga duduk di ruang tunggu. Menunggu sesuatu yang entah seperti apa hasilnya. Anak Patricia yang bernama Fazio, kini terlihat semakin kurus. Entah benar aku ayahnya atau tidak, namun aku tidak tega melihatnya. Hampir satu jam kami berada di sana, akhirnya aku dan Vanilla pamit untuk pulang.
Selama perjalanan pulang kami memilih diam. Baik aku ataupun Vanilla sedang tidak ingin memecah keheningan ini. Hanya pelukan eratnya saat kami di atas motor sebagai pertanda bahwa ia memberikan semangat serta dukungannya untukku.
"Van," panggilku pada Vanilla saat kami tiba di depan pintu apartemennya.
"Ya?"
"Please, stay with me."
Vanilla hanya tersenyum lalu memelukku. Entah kenapa aku ingin menangis setelah melihat kondisi Fazio. Ada perasaan sesak di dada.
"Yes. Don't be afraid. I'm here, Stev," kata Vanilla sambil memelukku dan ia menepuk nepuk punggung belakangku.
"Thank you."
Setalah Vanilla mengurai pelukannya, aku segera pamit untuk pulang. Bagaimanapun juga, aku tidak bisa berada di apartemennya terlalu lama apalagi menginap. Menghargai aturan Vanilla yang masih menjunjung budaya timurnya, aku tidak bisa memaksanya. Toh, pada akhirnya terbukti jika kehidupan bebas yang aku jalani dulu hanya menimbulkan kesengsaraan di hari ini. Andai bisa memutar waktu, mungkin aku memilih untuk tidak melakukan one night stand dengan Patricia. Berbagi segalanya dalam tubuh kita namun kita tidak saling mencintai? Oh, mungkin jika saat ini, aku tidak akan bisa melakukannya, karena bayangan wajah Vanilla tidak akan pergi begitu saja dari benakku.
***
Vanilla Attanaya Raharja POV
Akhirnya hari yang telah aku, Stevan dan keluarga Patricia tunggu tiba. Kini kami semua sedang duduk di dalam sebuah ruangan di mana nantinya di ruangan ini akan di buka hasil tes kecocokan DNA Stevan dengan Fazio. Sejak tadi Stevan sudah terlihat tegang, berkali kali ia meremas tanganku, seakan ia sedang mencari penguatan di sana. Dan saat ini ketika petugas dari rumah sakit ini membacakan hasil tes-nya jantungku rasanya sudah berhenti berdetak. Duniaku terasa runtuh, kiamat telah datang pada diriku. Hasil tes itu mengatakan jika Fazio Ignatio memiliki 99 persen lebih kecocokan DNA dengan Stevan. Aku masih berusaha menguasai diriku.
Ya Tuhan,
Ternyata Patricia tidak berbohong jika anak itu adalah anak Stevan. Walau kemarin aku sudah menyiapkan diri untuk tegar menghadapinya dan tidak goyah, namun hati manusia siapa yang tau, pada kenyataannya aku merasa sedikit terluka atas takdir ini.Sebagai wanita dewasa yang sudah mengambil suatu keputusan untuk tetap menjalin hubungan bersama Stevan, kini aku harus berusaha menjalin hubungan baik dengan Patricia ataupun Fazio. Karena bagaimanapun juga Fazio akan menjadi anak sambungku kelak, jika aku menikah dengan Stevan.
KAMU SEDANG MEMBACA
#SteVanilla
ChickLit"Aku enggak mau nikah kalo belum dapat suami setajir Mas Juna dan semanis Mas Ervin memperlakukan Mbak Luna." - Vanilla Attanaya Raharja. "Lebih baik melajang seumur hidup, karena menikah dan berkeluarga itu butuh biaya yang besar selain tanggung ja...