27

3.5K 610 34
                                    

Hallo semuanya,
Terimakasih untuk doa kalian semua, maaf tidak bisa menjawab satu per satu.

Malam ini mamak update lagi ya kisah Stevan dan Vanilla.....

Selamat membaca...

***

Vanilla Attanaya Raharja POV

Sudah seminggu aku hidup tanpa kehadiran Stevan di hidupku. Namun aku yakin aku akan bisa melalui semua itu. Tidak peduli betapa beratnya ini semua, namun aku pasti bisa menjalaninya. Lebih baik terluka di awal daripada nanti di kemudian hari. Tiga hari setelah kejadian itu, aku masih merindukan pesan, telepon bahkan kehadirannya di hidupku, namun aku harus realistis. Andai kata aku mempertahankannya toh pada akhirnya aku bukanlah prioritas dalam hidupnya. Oh, mungkin seperti inikah rasanya jika memiliki pacar sudah berbuntut alias memiliki anak? Wah, jika iya aku salut pada mereka yang bisa menjalaninya dengan ikhlas dan lapang dada.

Hari ini aku berjanji bertemu dengan David, teman sekolahku dulu. Dia adalah seorang pria Amerika namun bisa berbahasa Indonesia dengan baik karena dulu orangtuanya pernah bertugas lama di Indonesia saat ia masih duduk di bangku sekolah. Satu hal yang aku tau, dia pernah naksir kepada Caramel, namun di tolak oleh Caramel karena ia tidak mau memiliki pacar pria asing. Oh, sungguh malang nasib pria tampan yang satu ini. Hingga ia pulang ke negara asalnya saja, Caramel masih tetap tidak menerima cintanya.

Setelah lebih dari sepuluh tahun tidak bertemu, kini David yang sedang berjalan ke arahku ini sungguh berbeda dengan dirinya yang dulu. Aku yakin, jika Caramel tahu, pasti ia akan menyesal karena pernah menolak cinta pria ini.

"Vanilla," kata David saat kami berpelukan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Vanilla," kata David saat kami berpelukan.

"David, lama juga nggak ketemu sama lo. Gimana kabar lo?" Tanyaku padanya saat kami sudah saling mengurai pelukan.

"Masih sama, Van. Masih belum laku. Kamu sendiri gimana? Masih tinggal di Jakarta?" Tanyanya kepadaku.

Aku menggelengkan kepalaku. Memang dulu kami sekeluarga pernah tinggal di Jakarta selama tiga tahun sejak kelas satu SMA sampai kami lulus SMA. Selain alasan Papa mengembangkan bisnisnya, tentunya alasan keduanya karena Papaku tidak mau melewatkan setiap pertandingan bulutangkis di Istora Senayan Jakarta. Jika kami tinggal di Jakarta otomatis semua lebih mudah dan hemat biaya.

"Nggak. Lulus SMA dulu gue lanjut kuliah di luar."

"Caramel gimana kabarnya?"

Entah mengapa mendengar pertanyaannya, aku menjadi tertawa cekikikan sendiri. Apakah ia masih memiliki rasa kepada saudaraku yang polos itu?

"Masih single. Belum laku juga."

David tampak tersenyum bahagia mendengarnya.

"Happy banget, lo. Masih naksir lo sama dia?"

#SteVanillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang