9

4.1K 678 33
                                    

Stevan Boselli POV

"Gimana kalo kita mulai dating? Aku akan mencoba untuk menjalani ini sama kamu dan nantinya kita bisa seperti keinginan kamu untuk menikah," akhirnya perkataan dan pertanyaan paling aku hindari selama ini meluncur juga dari bibirku.

Aku bahkan tidak sadar mengatakan ini semua, tapi aku sama sekali tidak menyesal telah mengatakannya. Aku rasa mencoba memperjuangkan Vanilla tidak ada salahnya. Apalagi melihat interaksinya dengan ibuku tadi. Kini aku sedang menunggu dengan perasaan panas dingin karena Vanilla tidak kunjung menjawab pertanyaanku. Semoga saja ia menerimanya karena aku telah menuruti keinginannya.

"Stevan," panggil Vanilla setelah beberapa saat.

"Ya?"

"Aku tau manusia adalah mahluk yang dinamis bukan statis. Ia bisa berubah kapan saja," kata Vanilla pelan namun ia menatapku dengan lurus tepat dimataku. Dipandang dirinya seperti ini kenapa aku jadi makin panas dingin tidak karuan seperti ini.

Aku hanya menganggukkan kepalaku sebagai jawaban jika aku paham kata-katanya.

"Tapi jika manusia merubah semua prinsip yang telah lama ia pegang itu dalam sekejap mata setelah lama tidak saling bertemu, bagiku itu sesuatu yang perlu aku pertanyakan lagi."

Astaga....
Aku sudah menurunkan harga diriku di depannya namun ia justru membuat semua ini terlihat runyam. Tinggal jawab saja ia terima atau tolak, selesai sudah perkara.

Aku hanya menghela nafas dan menatap Vanilla dengan sisa kesabaran yang masih terdapat didalam diriku.

"Intinya kamu terima atau tolak?"

Vanilla hanya menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Aku sudah tau jawabannya.

"Okay, aku tau sekarang kalo kamu sudah menolak ajakan dating dari aku. Dari sini seharusnya sudah kelihatan siapa yang main-main selama ini."

Aku melihat Vanilla berusaha sabar dan tenang di hadapanku yang mulai berapi api menanggapi pembicaraan kami berdua ini.

"Semua butuh proses, Van, aku belum terlalu mengenal kamu, begitupun sebaliknya. Masih ada keluarga juga yang harus saling kenal."

Ya Tuhan...
Rasanya ingin aku cekik leher Vanilla saat ini. Kenapa berputar putar tidak jelas seperti ini. Keluarga? Ya dia sudah bertemu dengan ibuku, sedangkan keluarganya pun aku juga sudah mengenalnya walau cuma kedua sepupunya beserta para suaminya.

"Keluarga aku cuma ibuku saja dan kamu sudah bertemu beliau. Aku juga sudah kenal sama keluarga kamu. Kurang apalagi?"

Aku melihat wajah tampak bersalah Vanilla. Aku merasa ada sesuatu yang sengaja ia sembunyikan atau memang dia tidak ingin mengatakannya kepadaku. Aku tatap balik mata Vanilla dan kini sorot mata itu tampak terlihat bersalah.

"Aku minta kamu coba jujur sama aku tentang semua. Jangan ada yang kamu tutupi."

"Kamu yakin mau dengar semuanya?"

"Ya. Begitu lebih baik."

Aku melihat Vanilla menghela nafasnya dahulu dan kini ia mulai menyedekapkan tangannya didepan dada.

"Sejak aku membuka mata di dunia, aku tidak pernah hidup kekurangan satu apapun. Bahkan aku memiliki hoby yang bisa dibilang boros. Aku suka travelling, aku suka jajan dan tentunya karena itu semua kamu sudah tau kalo aku tidak bisa hidup hemat apalagi menabung. Kamu yakin jalani semua sama aku?"

Lagu lama tapi memang hal seperti ini benar adanya wajib dipertanyakan diawal. Benar-benar Vanilla membabat habis semua perasaan dengan logika. Baguslah setidaknya wanita seperti dirinya tidak akan menangis atau mungkin bunuh diri karena semua sudah ia pertimbangkan dengan logika sebelum melangkah lebih jauh. Aku juga harus jujur seperti dirinya.

#SteVanillaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang