27.

284 29 2
                                    

Ten tampak menghela napas untuk yang kesekian kalinya saat dirinya terus mendapati Kun yang terus berlalu lalang melewati ruang makan dan mengabaikan dirinya yang sudah sejak tadi menunggu di atas kursinya. Wajahnya begitu lesu sekaligus kecewa dengan apa yang baru saja terjadi saat Kun menerima telepon kantor di tengah-tengah acara makan mereka.

Hari ini adalah hari Sabtu, seharusnya mereka bisa menghabiskan waktu bersama di rumah. Namun setelah mendapat telepon itu, Kun yang sama sekali belum menyentuh makanannya itu harus terburu-buru kembali ke kamar untuk mengambil beberapa barang yang akan dirinya bawa ke kantor hari ini. Huh, jika saja dirinya bisa marah sekarang, mungkin saat ini dirinya sudah menghabiskan satu gelas air untuk melegakan tenggorokannya yang terus dirinya gunakan untuk melarang Kun untuk pergi.

"Sayang, aku udah telfon Winwin buat nemenin kamu di rumah jadi kamu gak kerepotan karena urus anak-anak sendirian, ya?" Ujar Kun saat sedang menuruni anak tangga menuju ruang makan untuk membenarkan lengan kemeja yang ia gunakan tepat di samping Ten.

Lelaki manis itu tidak merespon, raut wajahnya semakin berubah lesu di atas meja makan. Dirinya tidak tau harus merespon hal apa lagi untuk bisa melarang Kun untuk tidak pergi dari rumah karena urusan kantor.

"Juga aku udah pesenin jasa bersih-bersih rumah, biar nanti kamu tinggal santai aja di rumah. Gak apa-apa ya?" Kun kembali melanjutkan ucapannya sambil terus membenarkan pakaiannya.

"Kamu masih bakalan ke kantor, Kun?"

"Iyalah, sayang. Kamu denger sendiri kan gimana asisten aku bilang kalo kantor lagi butuh bantuan, jadi aku tetep harus ke sana buat bantu." Jawabnya tanpa menolehkan kepalanya pada Ten sekalipun, kali ini dirinya sibuk menatap arah jarum jam di tangannya.

"Tapi kan ini weekend, Kun."

Pria tampan yang sebelumnya terlihat sibuk dengan persiapannya sebelum menuju kantor itu seketika berhenti ketika dirinya mulai menyadari perubahan nada bicara Ten yang terdengar sangat kecewa. Dengan spontan iapun segera menolehkan kepalanya ke belakang, dan benar saja, Ten sudah memasang wajah yang begitu kecewa kepadanya.

Setelah meninggalkan semua aktivitas awalnya, Kun segera berlutut di samping kursi yang di tempati oleh Ten sembari menatap wajah sedih itu. Dirinya tidak tau jika Ten akan merasa begitu kecewa setelah dirinya menerima telepon tadi pagi.

"Sayang, maaf aku gak bermaksud buat ninggalin kamu waktu weekend, tapi hari ini kantor lagi ada masalah jadi mau gak mau aku harus ke sana. Maaf ya?"

Ten meresponnya tanpa ekspresi. "Padahal kemarin kamu udah janji buat habisin weekend di rumah, tapi sekarang kamu malah pergi."

"Iya aku tau aku salah, tapi sekali aja kamu ngertiin aku. Aku janji cuma sebentar kok, gak sampe dua jam.." Kun terdiam saat ponselnya kembali mendapat panggilan dari asistennya di kantor yang sudah jelas itu pasti tentang kantor.

Ten yang menyadari hal itu seketika berubah murung, kepalanya dirinya balik ke belakang hingga dirinya tidak lagi menemukan wajah Kun di sampingnya. Tangannya masih dirinya gunakan untuk menjadi bantalnya. "CK! Udahlah kamu berangkat aja, Kun. Nanti asisten kamu nunggu."

"Sayang?"

Cklek..

Kepalanya seketika tertoleh, dari balik pintu rumah tampak Winwin yang baru saja masuk ke dalam rumah dengan menenteng tas ransel di pundaknya. Sebelum laki-laki itu sempat berujar, Kun terlebih dahulu menyuruh laki-laki itu dengan menggunakan kepalanya untuk memberikan sebuah perintah yang meminta laki-laki itu untuk pergi ke lantai atas.

Winwin yang saat itu baru saja sampai hanya bisa menuruti perintah dari sepupunya itu dengan menunjukkan ekspresi wajah yang sedikit mengejek sambil bergumam, "Mampus.."

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang