20.

329 32 5
                                    

"Cari apa?"

Tubuh mungil itu seketika terkejut ketika suara halus Kun dengan tiba-tiba muncul tepat di samping telinganya yang saat itu dirinya sedang sibuk mengobrak-abrik isi lemari pendingin di dalam dapur, entah apa yang sedang dicarinya.

Lelaki manis itu menolehkan kepalanya cepat setelah Kun tertawa melihat wajah terkejut Ten dari sampingnya.

"Kamu ngapain di situ sih, bikin kaget tau gak." Kesalnya lalu memukul lengan panjang Kun.

"Harusnya aku tanya, kamu ngapain di sini? Pake sembunyi-sembunyi lagi."

"Lagi cari itu.."

"Itu apa?"

"Yang warna merah."

"Warna merah?" Kun semakin dibuat bingung dengan teka-teki yang dibuat oleh kekasihnya ini. Benda apa yang berwarna merah dan tersimpan di dalam kulkas?

"Maksud kamu strawberry?"

Lelaki manis itu tidak langsung menjawab, kedua matanya bergerak ke sembarang arah kala rasa gugup mulai menyelimuti perasaannya. Kun benar, benda berwarna merah yang sedang dirinya cari saat itu adalah strawberry. Bukan karena apa-apa, hanya saja setelah hari itu, dirinya terus terbayang dengan buah merah yang memiliki biji-biji kecil yang menempel di luar kulitnya itu.

Padahal sebelum hamil, dirinya sangat menghindari sesuatu yang beraroma buah-buahan. Karena menurutnya rasanya terlalu aneh dan membingungkan, karena hal itulah dirinya bisa begitu membenci buah. Namun setelah hamil, kenapa rasanya dirinya selalu menginginkan buah yang dibencinya itu. Entah ini mungkin bawaan dari bayi, atau mungkin karena hal lain. Ia pun juga tidak tau.

Dengan perasaan ragu, lelaki manis itu mulai menganggukkan kepalanya dan langsung mendapatkan sebuah senyuman lebar dari Kun di sampingnya. Lalu sesaat kemudian pria tampan itu menciumnya, melumat bibir peach itu singkat tanpa melepas senyuman itu dari wajahnya.

Kedua matanya menatap lembut kepada lelaki manis yang juga tengah menatapnya dengan tatapan bingung.

"Kamu mau strawberry?" Kun kembali bertanya.

Ten menganggukkan kepalanya pelan, dirinya masih merasa bingung dengan sikap Kun yang barusan. Jarang sekali ia mendapatkan ciuman tanpa harus meminta seperti ini dari Kun, biasanya ia akan memohon-mohon seperti seorang pengemis atau dengan memberikan kecupan manis untuk menarik perhatian seorang Qian Kun ini.

Senyum di wajah Kun semakin terlihat begitu lebar dari sebelumnya, bahkan pria tampan itu juga memperlihatkan deretan gigi putih miliknya kepada Ten. Kenapa?

"Tunggu sebentar, ya?"

***

Kedua mata itu mengejap pelan saat dengan perlahan dirinya merasakan bahwa ada seseorang yang dengan sengaja memberikan sebuah jaket kepadanya. Sepasang mata yang sebelumnya terlihat fokus pada layar laptop kini beralih pada sesosok pria yang memiliki paras tampan dan tegas yang baru saja memberinya sebuah jaket kulit yang entah milik siapa.

"Di luar dingin, makanya gue bawain Lo jaket biar gak masuk angin." Ujar Jaehyun dengan nada bicara yang sedikit halus. Saat ini dirinya juga menggunakan jaket yang sama dengan yang ia berikan kepada Winwin, hanya saja ukuran milik Winwin sedikit lebih kecil dari miliknya.

"Jaket ini punya Lo?" Winwin menatap wajah Jaehyun dengan tatapan penasaran.

Sekilas Jaehyun menganggukkan kepalanya dan membuka layar laptop miliknya. "Itu jaket punya gue yang lama, karena udah gak muat jadi gue kasih ke Lo aja." Jawabnya dengan asal.

"Terus Lo beli lagi dengan model yang sama?" Jaehyun mengangguk singkat dan kembali fokus pada layar laptopnya.

Winwin pun ikut mengikuti kegiatan Jaehyun dan kembali memfokuskan dirinya pada layar laptopnya. Saat ini dirinya sedang mengerjakan beberapa tugas yang baru saja diberikan oleh dosen beberapa waktu yang lalu sebelum kelas mereka berakhir.

Untuk saat ini Winwin dan Jaehyun memang berada di kelas yang sama, karena beberapa orang pernah mengatakan bahwa akan ada perpindahan kelas dari beberapa kelompok. Jadi besar kemungkinan jika Winwin dan Jaehyun akan terpisah kelas.

Di tengah kesibukan Winwin yang sedang fokus dengan pekerjaannya mengetik di atas laptop, ada Jaehyun yang beberapa kali mencoba mencuri pandang ke arah Winwin dari tempatnya duduk. Ada sesuatu yang sangat ingin ia tanyakan kepada laki-laki di sampingnya ini, namun rasa ragu dan tidak enak terus menghalanginya untuk bertanya.

"Jaehyun/Winwin."

Mereka berdua tertegun dengan sebuah kebetulan yang tidak terduga baru saja terjadi pada mereka berdua. Entah bagaimana keduanya bisa saling memanggil nama satu sama lain dalam waktu yang bersamaan. Benar-benar diluar nalar mereka berdua.

"Sorry.." Jaehyun berujar dengan suara lirih.

"Lo dulu deh."

"Lo dulu aja, lagian gak penting juga yang mau gue omongin."

Winwin pun hanya menganggukkan kepalanya kecil dan tersenyum tipis, sangat tipis. "Oh, eum.. gue cuma mau bilang soal tugas skripsi kemarin, gue udah selesai semuanya jadi Lo gak perlu bantuin gue lagi."

"Oh, ya? It's okay kalo udah selesai, dengan begitu kan Lo bisa santai kan ke depannya." Jaehyun tersenyum tipis.

"Lo sendiri, tadi mau ngomong apaan?" Laki-laki itu kembali bertanya.

Jaehyun menggelengkan kepalanya pada Winwin dan menjawab dengan cepat. "Gak, bukan apa-apa. Gak penting juga, udahlah gue mau ke dalem duluan, dingin soalnya." Jaehyun segera bangkit dari tempat duduknya dengan membawa laptop dan minuman yang sebelumnya ia bawa masuk ke dalam gedung fakultas, meninggalkan Winwin sendirian di bawah pohon rindang di halaman universitas.

Winwin yang memang masih duduk di kursi taman hanya diam sambil mengamati langkah kaki Jaehyun yang terus membawanya menjauh dan menghilang dari pandangannya begitu melewati sebuah tikungan tajam ke arah kiri. Entah mengapa akhir-akhir dirinya selalu merasa ada sesuatu yang berbeda dari sosok Jaehyun, pria yang sebelumnya memiliki sifat yang tenang dan tidak pernah peduli dengan lingkungan sekitar kini berubah seratus delapan puluh derajat menjadi Jaehyun yang lebih peka dengan segala sesuatu yang dirinya perbuat entah itu hal kecil atau besar.

***

"Enak buahnya?"

Lelaki manis itu menganggukkan kepalanya singkat lalu memasukkan kembali potongan buah apel ke dalam mulutnya. Setelah selesai dengan sesi buah strawberry kini dirinya sudah beralih ke buah merah lainnya yaitu apel. Memang hal ini terlihat begitu aneh baginya, seorang Ten yang dulunya sangat membenci buah kini menjadi seorang Ten yang sangat menyukai buah.

Perubahan yang seratus delapan puluh derajat aneh itu mulai terlihat begitu jelas padanya. Namun sepertinya Kun tidak pernah menghiraukan hal itu, buktinya saja saat dirinya meminta untuk makan buah strawberry secara tidak langsung, Kun malah tampak begitu senang karena itu.

"Besok mau buah apa lagi? Aku beliin." Kun berbicara seraya menatap wajah manis Ten yang saat itu masih mengunyah makanannya.

"Emang harus sekarang bilangnya?'

Kun mengangguk. "Harus, biar aku bisa siapin sebelum kamu minta nanti. Jadi mau apa?"

Ten tampak sedang mencari jawaban dari pertanyaan Kun, kedua alisnya berkerut dan kedua bibirnya juga ikut mengerucut layaknya siput yang ada di dalam kartun larva. "Eum.."

Cup.

Lelaki manis itu seketika terdiam saat dengan tiba-tiba Kun mencium bibirnya tanpa menunggu sampai ucapannya selesai. "Kuunn.." rengeknya seperti bayi, yang mana itu semakin membuat rasa gemas Kun meningkat dan kembali mendaratkan ciumannya di atas bibir manis Ten.

"Iih, kamu apaan sih?!" Ujar lelaki manis itu kesal, pasalnya ciuman singkat Kun yang kali ini terasa sedikit kasar.

"Gemes."













To Be Continue...
Part nya sedikit dulu ya teman-teman, soalnya aku lagi di kejar waktu jadi gak bisa panjang-panjang dulu ya😁😁
Terimakasih, see you 👋

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang