25.

383 33 3
                                    

"21 Agustus pukul sepuluh lebih lima belas menit, jenis kelamin laki-laki dengan berat masing-masing 2.8 dan 2.7 kilogram, dan panjang 52 cm serta dalam kondisi sehat dan lengkap."

Saat ini mungkin kata bahagia tidaklah cukup untuk menggambarkan bagaimana perasaan Kun saat ini. Karena hari ini, tepat pada saat ini seorang Qian Kun si pemilik bandara internasional China resmi menjadi seorang ayah dari dua makhluk kecil yang baru saja lahir di pukul sepuluh lima belas pagi dari seorang lelaki manis yang bernama Ten Lee.

Jangan bilang jika Kun itu terlalu berlebihan, karena ini adalah salah satu caranya untuk menunjukkan kepada semua orang bahwa saat ini dirinya begitu bahagia dengan kelahiran dua putra kembarnya ke dunia. Tidak, dirinya butuh lebih dari kata bahagia. Oh, dirinya benar-benar bahagia.

"Lagi mikirin apa, sampe senyum-senyum gitu mukanya?" Ten tampak menatap wajah tampan Kun dengan ekspresi heran. Saat ini dirinya sudah dipindahkan ke ruang rawatnya dan sedang berbaring di ranjang pasien bersama Kun yang duduk di kursi samping tempat tidurnya.

Kun yang masih tersenyum membayangkan tentang kebahagiaannya saat ini hanya menggelengkan kepalanya cepat sambil mengusap rambut hitam Ten menggunakan jarinya. "Gak apa-apa."

"Seneng boleh, tapi jangan keterusan kaya orang stres."

Ucapan Ten seketika membuat ekspresi Kun yang sebelumnya terlihat begitu bahagia kini berubah datar karena mendengar kata terakhir Ten yang menurutnya terlalu menjerumuskannya. "Kok kamu ngomongnya kaya gitu, sayang? Merusak suasana aja."

"Lagian tadi kamu senyum-senyum itu kenapa?" Ten balik bertanya, kali ini dengan diselingi dengan tertawa kecil melihat raut wajah Kun yang berubah total karenanya.

Mulai sekarang Ten harus mengurangi tertawa dan setiap pergerakannya karena jika salah sedikitpun itu akan berefek besar pada luka jahitan perutnya yang masih basah. Jadi meskipun dirinya sudah merasa lebih baik, dokter tetap melarang agar ia tidak terlalu melakukan banyak gerakan yang dapat menimbulkan gerakan otot perutnya.

Jadi meskipun dirinya ingin tertawa terbahak karena melihat ekspresi wajah Kun, ia masih harus menahan agar otot perutnya tidak bergerak terlalu cepat. Jujur saja itu sangat sakit.

"Seneng ya sekarang udah jadi Ayah?" Ten berujar sambil menyandarkan kepalanya pada telapak tangan Kun di sampingnya.

Pria tampan itu tampak tersenyum dan menganggukkan kepalanya singkat, raut wajahnya tak luput dari rasa bahagia yang gak pernah berujung itu. "Akhirnya aku bisa liat si kembar setelah selama ini cuma bisa dengerin dari perut kamu."

"Jadi nama si kembar Xiaojun sama Hendery?"

"Iya, kamu mau nambah nama lagi?"

Lelaki manis itu menggelengkan kepalanya cepat, saat ini dirinya sudah terlalu pusing dengan obat bius yang terus membuatnya mengantuk padahal dirinya tidak ingin tidur sebelum bertemu dengan kedua anaknya. Xiaojun dan Hendery, nama bagus yang dibuat oleh sosok Ayah yang selalu sabar menghadapi segala ketololan nya semasa hamil kemarin.

Cklek..

Kun menoleh ke belakang, kedua matanya menatap lurus pada daun pintu yang terlihat terbuka dengan munculnya dua orang perawat yang berjalan memasuki ruang rawat bersama dua inkubator bayi ke dalam ruangan. Dari belakang, Ten juga sedikit mengangkat kepalanya guna untuk melihat kedatangan dua perawat bersama kedua bayinya itu.

Sebenarnya Ten tidak berniat untuk segera bertemu dengan kedua anaknya, hanya saja ia masih belum bisa menerima bahwa dirinya sudah resmi menjadi orang tua. Menurutnya ini terlalu cepat. Tetapi setelah melihat wajah manis dan mungil itu tertidur, dirinya baru sadar jika kedua bayi itu adalah putranya sendiri.

"Kun.."

Kun yang saat itu sedang menatap dua wajah damai dalam mimpi itu seketika menolehkan kepalanya, saat itu perawat sudah pergi meninggalkan keduanya setelah menjelaskan kondisi dua bayi mereka yang syukurnya dalam keadaan baik-baik saja.

"Ya? Kenapa sayang?"

"Itu bukan boneka kan?"

***

"Kepalanya kamu taro di atas tangan kamu, terus yang bawah kamu pake buat pegangin kakinya."

Seorang wanita paruh baya berbicara dengan halus kepada Ten yang saat itu sedang melakukan pembelajaran pertama tentang menggendong seorang bayi. Di temani oleh mertuanya, lelaki manis yang duduk di atas tempat tidurnya itu mulai mempelajari tatacara menggendong bayi dengan baik bersama seorang bayi yang kini menjadi bahan prakteknya sendiri, Hendery.

"Begini?" Ujar lelaki manis itu setelah mempraktekkan apa yang baru saja mertuanya itu ucapkan.

Wanita paruh baya itu tersenyum dan menganggukkan kepalanya singkat, ternyata Ten bisa melakukannya dengan baik dalam satu kali percobaan. "Bagus, ternyata kamu cepet juga ya pahamnya." Ujarnya sambil mengusap rambut hitam Ten yang sedang menatap bayi yang terlelap di dalam pelukannya itu, kemudian berbalik menatap Kun saat itu juga sedang menggendong bayi lainnya di atas sofa ruang rawat VIP milik Ten.

Di sampingnya juga ada Winwin yang sedang tertidur pulas di atas sofa dengan wajahnya yang ia tutupi dengan jaket. Laki-laki itu terlalu lelah karena sejak pagi dirinya harus membantu membereskan dan membawa sisa barang yang belum dibawa ke rumah sakit, bahkan pada saat itu ia baru saja tidur setelah mengerjakan tugas mata kuliah yang tidak bisa terhitung dan langsung dibawa pergi begitu saja oleh ibunya.

"Oh, Mama kan belum tau siapa nama dede kembarnya." celetuknya yang seketika membuat sepasang kekasih yang terkejut karena lupa memberitahu siapa nama kedua putra mereka kepada neneknya sendiri.

"Oh iya, lupa.." Ten tercengang, karena terlalu sibuk mempersiapkan kelahiran kedua putranya dirinya sampai lupa memberitahu mertuanya tentang siapa nama dari dua bayi ini. Tapi bukankah Kun sudah memberitahunya?

Lelaki manis menolehkan kepalanya ke arah Kun, pria tampan itu masih sibuk mengamati bayi dalam gendongannya itu tanpa menghilangkan senyuman di wajahnya. "Kayanya Kun lupa kasih tau deh, Ma."

"Qian Kun?"

Kun terkesiap, seketika ia mendongakkan kepalanya saat sang ibu mulai memanggil namanya. Apalagi jika sudah menyebut nama aslinya.

"Iya kenapa, Ma?"

Wanita paruh baya itu menghela napasnya dan mulai melipat kedua lengan sembari menatap wajah putranya yang kebingungan itu dengan kesal. Bagaimana Kun bisa melupakan ibunya hanya untuk memberitahukan satu hal saja?

"Kamu gak mau kasih tau nama anak kamu siapa?" Tanya wanita itu sekali lagi.

"Oh, eum... Kemarin Kun lupa mau kasih tau Mama, soalnya lagi sibuk siapin keperluan Ten sama anak-anak." Jawab Kun seadanya, dalam hati dirinya sudah berpikiran yang tidak-tidak dengan ibunya ini.

"Jadi namanya siapa?"

"Yang ini Xiaojun." Jawabnya sambil menatap bayi mungil di dalam gendongannya kemudian beralih pada sesosok mungil dalam pelukan Ten dan tersenyum. "Dan yang itu namanya Hendery.."

"Kenapa dibedain namanya?" Sang Mama bertanya dengan bingung. Karena biasanya bayi kembar yang dirinya temui identik dengan nama yang sama, tapi mengapa cucunya yang ini diberi nama yang berbeda?

"Ya soalnya bagus, menantu Mama aja suka." Jawab Kun seadanya, karena memang itu yang dirinya pikirkan sejak awal. Nama kedua putra kembarnya memang berbeda, namun memiliki makna yang sama. Bagus, bukan?

"Eh?" Ten yang sebelumnya diam sambil mendengarkan percakapan antar ibu dan anak itu seketika terkejut dengan kalimat yang diucapkan oleh Kun. Kenapa jadi membawa-bawa namanya juga? "Apaan sih kok bawa-bawa aku segala?."








To Be Continue...

Cieee yang ikutan gemes😁😁😊

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang