04.

462 39 0
                                    

Menyesal selalu datang paling akhir, di saat seseorang berharap untuk sesuatu yang lebih baik, namun seseorang datang dan menghancurkan semua harapan itu sendiri. Sama halnya dengan Kun yang sepanjang pagi ini terus menggerutu karena Winwin, rencananya untuk tidak membawa Ten pergi ke luar negeri sebelum masa pelatihannya selesai gagal ketika laki-laki itu mengungkit tentang helikopter nya beberapa hari yang lalu.

Bukan karena Kun tidak ingin memenuhi keinginan kekasih manisnya itu, hanya saja ini masih terlalu cepat jika mengingat tanggal bulan pernikahan mereka yang baru berjalan dua bulan. Belum lagi jika lelaki manis itu meminta untuk pergi berbulan madu seperti apa yang orang tuanya inginkan, semua itu bisa kacau jika ada kegiatan traveling.

"Ayo, Kun. Jangan buang-buang waktu cuma buat mikir gak jelas, kita masih punya satu tujuan." Suara ceria dari lelaki manis itu berhasil mengalihkan seluruh lamunan Kun.

Pria tampan itu tersenyum lebar begitu melihat wajah manis itu terlihat lebih bahagia dari biasanya. Dari dulu Ten sangat ingin pergi berkeliling dunia dan menikmati semua hal yang dimilikinya, namun setiap kali dirinya menanyakan tentang hal itu, Kun selalu saja membuat alasan yang sayangnya terlalu sulit untuk ditolak olehnya. Jadi mau tidak mau Ten harus mengikuti, meskipun dalam hati dirinya sudah meronta-ronta untuk menentang.

Namun mau bagaimanapun Kun juga masih memiliki pekerjaan yang tidak bisa ditinggalkan begitu saja, kekasihnya itu juga memiliki keinginannya sendiri.

"Jangan lari-larian, sayang, nanti kamu bisa jatuh!" Peringat Kun begitu melihat Ten yang terlalu antusias sampai lelaki manis itu mulai berlari-lari kecil di dalam lorong bandara internasional milik ayahnya.

Namun sepertinya hal itu tidak juga membuat Ten jera, lelaki manis itu malah semakin meningkatkan rasa semangatnya dan sesekali melompat-lompat layaknya anak kecil. Kun yang melihat hal itu tidak bisa tahan untuk tidak tertawa melihat tingkah laku kekasih manisnya itu.

"Pak Qian?."

Kun segera menolehkan kepalanya begitu nama depannya disebut dengan cukup lantang oleh seorang pria bertubuh tinggi yang muncul di sampingnya itu. Pria tampan itu berdecak pelan begitu menemukan siapa orang yang baru saja memanggilnya. "Haish.. sudah ku peringatkan untuk tidak menyebut nama depanku, sekertaris Kim."

Pria yang dipanggil sekertaris Kim itu tertawa kecil melihat tanggapan dari atasannya itu. "Maaf, cuma saya mau kasih tau kalau pesawat jet anda sudah siap digunakan."

"Apa udah diperiksa semua mesinnya?" Kun bertanya dengan tatapan yang terus fokus pada Ten yang terus berjalan hingga lelaki manis itu berhenti di sebuah lapangan besar yang dikhususkan untuk penerbangan pesawat jet.

Sekertaris Kim menganggukkan kepalanya dengan sopan, sebelum melanjutkan. "Kami sudah melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap mesin dan juga kebutuhan yang diperlukan selama di dalam pesawat, juga memastikan agar tuan dan tuan Ten nyaman selama perjalanan nanti."

Kun menganggukkan kepalanya singkat, pandangannya lalu beralih pada pesawat jet dengan corak merah dan putih yang berada di tengah lapangan itu. "Bagus, kalo gitu saya bisa pergi dengan tenang selama di perjalanan nanti." Ujar pria tampan itu tanpa melepaskan tatapannya pada pesawat dihadapannya.

Sedangkan Ten? Ten menatap sekitarnya dengan tatapan yang tajam, lapangan luas dengan simbol H ditengahnya itu tampak kosong tanpa ada seorangpun di sana. Lelaki manis itu menoleh pada Kun yang sedang sibuk berbicara dengan seseorang yang sejak tadi bersama dengannya, entah siapa itu tapi kehadirannya sangatlah mengganggu.

"Helikopter kamu dimana?"

Pertanyaan Ten berhasil membuat kedua pria yang ada di sana menoleh padanya. Mengapa, pertanyaannya tidak salah bukan? Seharusnya ada helikopter di sini, tapi kenapa yang muncul malah jet pribadi milik keluarga Qian?

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang