28.

316 31 1
                                    

Kun menyesal, ini semua salahnya. Seharusnya dirinya pulang lebih awal tadi, seharusnya dirinya menuruti permintaan Ten untuk tetap tinggal di rumah selama weekend, tapi karena ego tentang pekerjaan lebih mendominasi dirinya jadi mengabaikan kekasihnya itu dan meninggalkannya di rumah.

Bodoh, kenapa tidak dari awal dirinya di rumah saja jika pada akhirnya ia harus berdiri berjam-jam di depan pintu kamar yang terkunci dari dalam seperti ini.

Karena pulang terlalu larut dari yang dirinya janjikan pada Ten tadi pagi, setelah dirinya pulang dari kantor Ten sama sekali tidak menyambut kedatangannya dan malah mengunci diri di dalam kamar dan membiarkan Kun berada di luar selama kurang hampir dua jam lamanya.

"Sayang udah ya marahnya, aku capek mau masuk kamar. Buka pintunya please." Kun mengetuk pintu kamar untuk yang kesekian kalinya, dirinya sudah lelah terus berdiri di depan pintu seperti ini, bahkan kepalanya sudah resmi bersandar pada daun pintu yang tertutup itu sembari terus mengetuk pintu.

Namun jika sudah berurusan dengan Ten yang marah seperti ini, sepertinya sudah tidak ada ampunan baginya. Lelaki manis itu pasti akan membiarkannya terus berdiri di sana sampai pagi.

"Sayang please buka pintunya. Aku minta maaf karna pulang telat, aku janji besok gak akan ke ulang lagi. Aku..." Kun menghentikan ucapannya kala ia merasakan pintu yang ia gunakan untuk menyandarkan kepalanya itu bergerak maju yang nyaris saja membuatnya terjatuh ke depan jika dirinya tidak cepat menjaga kembali keseimbangannya.

Dari sana Kun melihat Ten berdiri di depan pintu kamar dengan menggunakan piyama abu-abu dengan celana pendek tengah menatapnya dengan tatapan yang begitu tajam. Kun saat itu berniat untuk berbicara mengenai dirinya yang pulang terlambat pun segera mengurungkan niatnya setelah melihat tatapan mata tajam itu tertuju padanya.

"S-sayang aku.."

Kali ini Kun resmi terdiam membeku, saat itu dirinya sedang berniat untuk menjelaskan tentang semuanya itu seketika terdiam saat dengan tiba-tiba Ten yang sebelumnya terlihat menatapnya penuh rasa kesal itu memeluknya dengan begitu erat seolah-olah tidak terjadi apapun. Lelaki manis itu berubah kepribadian dalam sekejap.

"Ten?"

"Diem, aku lagi gak mau marah sekarang." Potong Ten sembari mengeratkan pelukannya pada leher Kun.

Kun yang masih bingung pun hanya menuruti perintah Ten sembari mengusap punggung sempit Ten dengan perlahan.

***

"Kamu tadi.."

"Gak usah tanya soal tadi, aku lagi gak mood." Ten lebih dulu memotong ucapan Kun, dirinya masih sibuk menyusupkan wajahnya di bawah lipatan leher Kun sejak pria tampan itu masuk ke dalam pelukannya.

Menghirup aroma khas dari tubuh Kun akhir-akhir ini sering membuatnya merasa lebih nyaman saat tidur, mungkin karena sudah lama dirinya tidak mencium aroma ini sejak si kembar lahir. Apalagi jika sudah berurusan dengan dua bayi kembar yang tidak pernah berhenti membuat kedua orang tuanya itu merasa kerepotan entah karena masalah besar maupun kecil, semakin membuat Ten yang biasanya akan bergelut dengan pelukan Kun kini harus tertunda.

"Kamu gak marah sama aku?" Kun bertanya di tengah keheningan mereka berdua. Dirinya hanya ingin memastikan bahwa lelaki manis itu tidak sedang merajuk padanya, apalagi jika melihat sikapnya yang seperti ini. Cukup aneh.

Ten yang sebelumnya sibuk menyeludupkan wajahnya pada leher Kun seketika langsung melemparkan tatapan maut kepada kekasihnya. "Kamu pikir?"

"Ya aku kan.."

"Udah deh ganti topik aja."

Kun diam, dirinya tidak tau harus merespon apa. Mulutnya seketika bungkam tepat setelah Ten yang sebelumnya masih berada dalam pelukannya itu semakin mengeratkan pelukannya hingga tanpa sadar itu membuat Kun sedikit kesulitan bernapas.

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang