22.

358 34 1
                                    

"Kun."

Tepat saat jam menunjukkan pukul tiga pagi, kedua mata itu perlahan mengejap begitu dalam tidurnya ia mendengar suara seorang Ten yang terdengar sedang memanggilnya dengan suara yang cukup lirih.

Hingga pada akhirnya kedua mata itu akhirnya terbuka, lalu mengumpulkan beberapa nyawa yang sempat menghilang. Baru setelah itu dirinya bisa menemukan sosok yang sedang tertidur di sampingnya itu tengah menatapnya dengan tatapan mata yang sudah berubah merah dan penuh air mata.

Melihat hal itu segera membuat Kun bangkit dan menghampiri lelaki manis yang berada di samping dan langsung membawanya ke dalam pelukannya. "Hei, hei. Kenapa, kok nangis? Kamu kenapa, hem?"

Suara lembut Kun sedikit menurunkan intonasi suara tangisan Ten dari dalam pelukannya. Lelaki manis itu memeluk tubuh Kun dan meremas baju tidur yang digunakan olehnya hingga beberapa bagiannya berubah kusut.

"Kenapa, sayang? Coba cerita sama aku, jangan nangis." Kun mengusap wajah manis itu dari jejak air matanya dan sesekali mencium bibir plum nya lembut.

Di hadapannya, Ten yang masih sedikit dibuat sesenggukan oleh tangisannya, perlahan mulai melepas pelukannya pada pada tubuh Kun dan sesekali mengusap jejak air matanya sendiri menggunakan tangan. "Aku gak bisa tidur.."

"Kenapa gak bisa tidur, hem? Kamu mimpi?" Kun mengusap rambut hitam milik Ten perlahan.

Lelaki manis dalam pelukannya itu menggeleng, kedua tangannya bergerak untuk memeluk leher Kun dan menelusup kan wajah. "Enggak."

"Terus kenapa?"

"Punggungnya sakit." Ujarnya sembari mengusap punggungnya tanpa melepas pelukannya pada leher Kun.

Mendengar ucapan Ten yang mengeluh tentang punggungnya yang sakit, maka dengan wajah yang setengah mengantuk Kun mengulurkan tangannya untuk mengusap punggung Ten pelan. "Posisi tidurnya kurang nyaman kali, makanya gak bisa tidur. Coba cari yang enak dulu."

"Udah, tapi sama aja gak bisa tidur" Ten mengusap air matanya kemudian beralih menatap wajah Kun dihadapannya. "Kun."

Kun sedikit menutupi mulutnya karena menguap. Ini masih pukul dua pagi, siapa orang yang bangun sepagi ini? "Hmm? Kenapa sayang?"

"Kamu ngantuk ya?"

"Sedikit, kenapa?" Kun mengusap surai hitam Ten guna menyingkirkan helaian rambut yang sedikit lebih panjang dari sebelumnya. Semenjak hamil ini Ten jadi kurang memperhatikan penampilannya sendiri sampai dirinya lupa untuk memotong sedikit rambutnya.

Sedangkan Ten, lelaki manis dengan kedua matanya yang memerah karena menangis itu hanya diam menatap wajah tampan dihadapannya itu. Kedua matanya yang menyerupai mata kucing itu tak hentinya menatap wajah Kun hingga pria tampan itu merasa aneh.

"Hei, aku tanya kenapa gak dijawab? Kamu kenapa?" Kun sedikit bingung dengan sikap Ten yang tiba-tiba berubah total seperti ini.

"Kepala aku pusing."

"Makanya tidur, biar gak pusing. Sini peluk." Kun menarik tubuh mungil itu ke dalam pelukannya dan mengusap-usap belakang kepala Ten dengan menggunakan telapak tangannya.

Selama beberapa saat posisi mereka berdua tetap sama, hingga beberapa saat kemudian Ten berujar. "Kun."

"Hmm?"

"Nanti kali kalo dede nya udah lahir, kamu masih sayang kan sama aku?"

"Sayang lah, kenapa aku gak sayang sama kamu?" Kun bertanya sembari membenarkan selimut yang menutupi bagian tubuhnya dnegan Ten.

"Nanti kan bakal punya dede, takutnya kamu malah cuma sayang sama dede nya bukan sama aku lagi."

Sekilas Kun tampak tersenyum dengan penuturan Ten. Bagaimana ketika lelaki manis itu mulai memikirkan bagaimana jika saat kedua anaknya nanti lahir Kun malah lebih memfokuskan diri pada kedua anaknya ketimbang dengan dirinya sendiri. Menurutnya itu lucu, kenapa Ten bisa memikirkan hal seperti itu padahal anak mereka sendiri belum juga lahir?

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang