51.

125 19 4
                                    

Ini sudah yang kesekian kalinya ia mengusap dan menghapus jejak air mata yang ada di wajahnya di depan cermin yang menunjukkan pantulan wajahnya yang begitu menyedihkan di depan wastafel, namun entah mengapa air mata itu seolah tidak mau berhenti keluar dari kelopak matanya. Bahkan setelah beberapa kali ia sempat membasuh wajahnya dengan air untuk menghapus sedikit rona merah di kelopak matanya yang bengkak akibat terlalu lama menangis, air mata itu terus saja berlomba-lomba keluar dari matanya setiap kejadian yang terjadi beberapa waktu lalu.

Dunia ini terlalu kejam untuk membiarkan seseorang terus berlarut dalam kesedihannya sendiri.

Sekali lagi, lelaki manis yang berdiri di depan wastafel itu kembali membasuh wajahnya dengan air keran yang mengalir deras di atas wastafel beberapa kali sebelum ia kembali mendongakkan kepalanya untuk kembali menatap cermin dihadapannya. Tidak, ini bukan waktunya untuk meratapi kesedihannya sendiri. Saat ini dirinya hanya butuh keyakinan bahwa ia bisa melindungi dirinya sendiri, melindungi janin ini bagaimanapun caranya. Benar, dirinya hanya perlu melakukan itu.

Namun apakah perbuatannya saat ini adalah jalan yang benar untuknya dan janinnya. Karena begitu dirinya berbalik, entah bagaimana dunia yang awalnya terlihat tenang bisa berubah dalam sekejap mata hanya karena sebuah kejadian yang mungkin bisa mengubah segala sesuatu yang dirinya bayangkan sebelumnya.

Brraakkk!!

"Aakhh.." lelaki manis itu tersentak saat dirinya terpeleset dan akibatnya perutnya pun terbentur oleh mulut bath tub dengan cukup keras.

Ia merasakan perutnya benar-benar sakit, terlalu sakit sampai-sampai remasan tangan pada permukaan perutnya itu tidak berguna. Dirinya tidak sanggup lagi menahan rasa sakit yang begitu luar biasa ini, bahkan jauh lebih sakit dengan saat dirinya melahirkan kedua putra kembarnya dulu. Kenapa ini?

Air matanya turun begitu saja, dirinya takut jika terjadi sesuatu pada kandungannya, pada calon bayinya. Dirinya tidak mau jika harus kehilangan calon bayinya karena kecerobohannya sendiri, dirinya tidak mau jika harus melihat bagaimana sedihnya makhluk kecil itu harus pergi meninggalkan dunia tanpa sempat ia melihatnya.

Karena terus merasakan sakit yang luar biasa, akhirnya lelaki manis itu memberanikan diri untuk melihat ke bawah. Dengan perlahan ia mulai menundukkan kepalanya ke bawah tepatnya ke bawah lutut kakinya yang masih berada di atas lantai tempatnya berpijak saat ini, dan mungkin setelah ini dirinya harus lebih banyak merasakan sakitnya merelakan sesuatu yang bahkan belum sempat dirinya miliki.

Ada segumpal darah mengalir begitu deras keluar dari balik selangkangan kakinya. Cairan kental dan berwarna merah pekat itu keluar dari dalam tubuhnya begitu saja, tanpa ada yang bisa membuatnya berhenti untuk keluar. Apa janin itu benar-benar gugur di dalam kandungannya?

"Enggak.. gak mungkin.. jangan..." Lelaki manis itu menggelengkan kepalanya bersamaan dengan air matanya yang terus mengalir dari kelopak matanya tanpa henti.

Apa yang dirinya takuti saat ini benar-benar terjadi, semua harapannya untuk memiliki seorang anak mendadak sirna karena sebuah kecerobohan yang dibuatnya sendiri.

"Ten.?!"

Bersamaan dengan itu, muncul sosok Kun dari balik pintu kamar mandi dengan wajah yang terlihat sangat panik. Karena sebelum dirinya datang ia sempat mendengar suara tangisan Ten dari dalam kamar mandi, yang mana itu semakin membuatnya khawatir dengan keadaan Ten di dalam sana.

Masih dengan posisinya yang berdiri di depan pintu masuk kamar mandi, dirinya melihat tubuh mungil Ten sudah bersimpuh di atas lantai penuh dengan cairan darah yang mengalir dari dalam tubuhnya sendiri. Lelaki manis itu menangis histeris menatap cairan pekat itu memenuhi lantai kamar mandi tempatnya bersimpuh saat itu.

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang