45.

125 17 0
                                    

"Papa!"

Ten dibuat terkejut saat sebuah lengan kecil melingkar di pinggang rampingnya dari belakang dan segera memeluknya dengan erat. Lelaki manis itu segera berbalik hanya untuk menemukan bahwa Xiaojun tengah berdiri di belakang sembari memeluknya dengan wajah yang terlihat sedih.

"Xiaojun kenapa, sayang? Kok sedih?" Tanya Ten begitu ia berjongkok untuk mensejajarkan tingginya dengan Xiaojun.

Anak kecil itu terlihat melengkungkan kedua sudut bibirnya ke bawah dengan kedua bola matanya yang terlihat berkaca-kaca menatap Ten. "Papa, Injun mau minta maaf.."

"Minta maaf kenapa? Xiaojun salah apa?"

"Soalnya kemarin Injun udah marah-marah sama Papa. Injun udah bentak-bentak Papa gara-gara Injun gak mau pulang dari sekolah. Pokoknya habis ini Injun janji gak jadi anak nakal lagi sama Papa. Nanti kalo Injun nakal Papa jewer aja telinganya Injun, biar Injun kapok ya Papa?" Ujarnya sembari menitikkan air mata ke pipi tembam nya.

Ten tidak dapat menyembunyikan senyumnya setelah melihat bagaimana cara anak kecil itu yang begitu menggemaskan. Bagaimana ketika Xiaojun yang ikut berbicara, serta bagaimana anak kecil itu menjewer telinganya sendiri hanya untuk mempraktekan bagaimana cara menghukum dirinya saat nakal dengan mata yang tak hentinya mengeluarkan air mata. Menggemaskan, bukan?

Bagaimana bisa ada anak kecil yang bisa menafsirkan kata-kata yang bahkan belum dirinya ajarkan sekalipun padanya dengan sangat jelas seperti ini?

"Papa kok ketawa? Papa mau maafin Injun kan, Papa?"

"Iya sayang, Papa maafin. Tapi Xiaojun janji ya gak boleh jadi anak nakal lagi atau nanti Papa jewer telinganya kaya yang Xiaojun bilang tadi, ya?" Ten mengusap lembut wajah manis Xiaojun yang berurai air mata dengan ibu jarinya lalu menciumnya beberapa kali.

Gemas sekaligus haru menyatu dalam hatinya, gemas melihat bagaimana anak kecil itu terlihat menjewer telinganya sendiri dan haru karena anak sekecil Xiaojun bisa mengucapkan kata maaf dengan begitu tulus padanya. Sejujurnya dirinya tidak terlalu mengharapkan permintaan maaf dari putranya, karena dirinya tau jika anak itu masih belum bisa memahami apa maksud dari perkataannya kemarin dan hal itu cukup wajar.

Namun begitu dirinya menerima permintaan maaf yang begitu tulis dari putranya itu, seketika ia jadi terenyuh melihat betapa tulusnya anak kecil itu meminta maaf padanya. Ten tersenyum dan menarik tubuh kecil Xiaojun ke dalam pelukannya dan mulai mengusap rambut hitam milik putranya itu dengan lembut, menyalurkan kasih sayangnya kepada putra kecilnya yang kini mulai menangis sesenggukan dalam pelukannya.

"Injun minta maaf.. hiks.. Papa." Isak Xiaojun di dalam pelukannya ibunya.

"Iya, sayang gak apa-apa. Udah ya jangan nangis lagi anak Papa sayang." Sekali lagi ia mengusap punggung sempit milik putranya dengan halus tanpa memudarkan senyum manis pada sosok Kun yang berdiri di bawah tangga sembari menatapnya dengan senyum bahagia di sana.

"Makasih.."

***

"Xiaojun sama Hendery masuk sendiri ya?" Ujar Ten pada kedua putranya yang bersemangat menenteng tas ranselnya di depan pintu kelasnya.

Kedua anak kembar itu menganggukkan kepalanya kompak sembari menarik kedua tali ranselnya. "Oke Papa."

"Inget kan tadi Papa bilang apa? Harus nurut sama?.."

"MISS!!" Si kembar menjawab dengan kompak dan bersemangat, sudah tidak sabar untuk bisa segera masuk ke dalam kelas dan bertemu dengan teman-temannya yang lain.

Ten maupun Kun tidak bisa menyembunyikan rasa gemasnya saat melihat kedua putranya yang begitu bersemangat setiap akan berangkat ke sekolah. Ternyata ucapan Xiaojun waktu itu benar, anak-anaknya mulai bosan kehidupan sehari-hari di rumah dan mengingin suasana baru seperti di sekolah.

When You Beside Me || Kunten WayV ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang